Bagaimana perkembangan kerajaan kerajaan islam di Sulawesi brainly

Lihat Foto

Wikimedia Commons

Gambar Sultan Hasanuddin, Raja Kerajaan Gowa-Tallo, dalam perangko yang diterbitkan pada 2006.

KOMPAS.com - Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar adalah salah satu kerajaan Islam terbesar yang ada di Sulawesi Selatan.

Kerajaan ini merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari keturunan sama, yaitu Kerajaan Gowa.

Kerajaan Gowa didirikan oleh Tumanurung Bainea pada awal abad ke-14.

Pada abad ke-15, kerajaan ini terbelah menjadi dua, yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.

Pada masa pemerintahan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna, Gowa dan Tallo bersatu dan sejak saat itu disebut sebagai Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar.

Pada akhir abad ke-16, Kerajaan Gowa-Tallo memasuki masa Islam dan berubah menjadi kesultanan.

Raja Kesultanan Gowa-Tallo pertama yang memeluk Islam adalah I Mangarangi Daeng Manrabbia (1593-1639) dengan gelar Sultan Alauddin I.

Kesultanan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin atau yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur.

Di bawah kekuasaannya, kerajaan ini dikenal sebagai negara maritim yang menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur.

Sultan Hasanuddin juga memimpin perjuangan melawan penjajah di daerah Makassar.

Baca juga: Kerajaan Gowa-Tallo: Letak, Kehidupan, Peninggalan, dan Keruntuhan

Raja-raja Kerajaan Gowa-Tallo

  • Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallonna (...-1546 M)
  • I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga (1546 -1565 M)
  • I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
  • I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590 M)
  • I Tepu Karaeng Daeng Parabbung Tunipasulu (1593 M)
  • Sultan Alauddin I (1593-1639 M)
  • Sultan Malikussaid (1639-1653 M)
  • Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
  • Sultan Amir Hamzah (1669-1674 M)
  • Sultan Mohammad Ali (1674-1677 M)
  • Sultan Abdul Jalil (1677-1709 M)
  • Sultan Ismail (1709-1711 M)
  • Sultan Najamuddin (1711-….)
  • Sultan Sirajuddin (….-1735 M)
  • Sultan Abdul Chair (1735-1742 M)
  • Sultan Abdul Kudus (1742-1753 M)
  • Sultan Maduddin (1747-1795 M)
  • Sultan Zainuddin (1767-1769 M)
  • Sultan Abdul Hadi (1769-1778 M)
  • Sultan Abdul Rauf (1778-1810 M)
  • Sultan Muhammad Zainal Abidin (1825-1826 M)
  • Sultan Abdul Kadir Aididin (1826-1893 M)
  • Sultan Muhammad Idris (1893-1895 M)
  • Sultan Muhammad Husain (1895-1906 M)
  • Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin (1906-1946 M)
  • Sultan Muhammad Abdul Kadir Aiduddin (1956-1978 M)
  • Sultan Alauddin II (2011-2020 M)
  • Andi Kumala Andi Idjo (2020-sekarang)

Baca juga: Perlawanan Terhadap VOC di Maluku, Makassar, Mataram, dan Banten

Lihat Foto

Wikimedia Commons

Istana Tamalate, salah satu peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.

KOMPAS.com - Di Sulawesi Selatan terdapat salah satu kerajaan Islam terbesar, yaitu Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar.

Letak wilayah inti kerajaan ini berada di daerah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17, ketika kesultanan ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan mengembangkan berbagai inovasi di bidang pemerintahan, ekonomi, militer, dan sosial budaya.

Awal mula kejayaan kerajaan ini tidak lepas dari peran Karaeng Patingalloang, seorang mangkubumi yang menjalankan kekuasaan pada 1639-1654, mendampingi Sultan Malikussaid yang kala itu masih kecil.

Pemimpin kesultanan Gowa-Tallo yang paling terkenal adalah Sultan Hasanuddin.

Saat Sultan Hasanuddin memerintah, terjadi perlawanan sengit melawan VOC yang melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah dari Kepulauan Maluku.

Baca juga: Kerajaan Islam di Maluku

Sejarah

Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo terbagi dalam dua zaman, yaitu periode sebelum memeluk Islam dan setelah memeluk Islam.

Kerajaan Gowa-Tallo merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari keturunan sama, yakni Kerajaan Gowa.

Pada awalnya, di wilayah Gowa terdapat sembilan komunitas yang dikenal dengan nama Bate Salapang atau Sembilan Bendera.

Sembilan komunitas tersebut adalah Tambolo, Lakiung, Saumata, Parang-parang, Data, Agangjene, Bisei, Kalili, dan Sero.

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-12 sampai dengan abad ke-13.[1] Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah satunya di karenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang terjadi. Pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, berbaur dengan masyarakat Indonesia yang menyebabkan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Kerajaan tersebut tersebar pesat dibeberapa daerah di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.[2] Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek kehidupan yang berkembang di masyarakat. Aturan-aturan hidup yang mulai menjadi bagian yang tidak terpisahkan mulai dipraktekkan atau diimplemantasikan dalam setiap aspek kehidupan. Aturan-aturan hidup tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek legalitas formal yang bernuansa hukum, melainkan pula nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang berkaitan dengan aspek kehidupan ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan bahkan politik yang menjadi bagian dari bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat Nusantara.[3]

Awal masuknya Islam ke Indonesia tidak bersamaan, karena ada beberapa daerah yang sejak dini telah dimasuki oleh Islam dan ada belum pernah dimasuki Islam. Sejarawan Islam berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di daerah pulau Sumatera (sekitar abad ke-7 dan 8 M). Sedangkan, Islam masuk ke Jawa pada waktu dikuburkan Fatimah binti Maimun di Laren (Gresik) sekitar tahun 475 H (1082 M). Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang diperkirakan masuk pada abad ke 14 Masehi. Di Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin proses Islamisasi di daerah ini terjadi kira-kira tahun 1550 M. Adapun di pulau Sulawesi terutama di bagian selatan telah di datangi pedagang muslim pada abad ke-15 M. Sedangkan sekitar pada abad ke-12 masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam dan tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara seperti Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Pagaruyung, Kepaksian Sekala Brak, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya. Tercatat pula kerajaan Gowa, Tallo, Bone di Sulawesi, Ternate, dan Tidore di Maluku.[4]

Dari berbagai kerajaan Islam yang ada di Indonesia, kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul pada abad pertengahan yaitu pada tahun 1267 M, bukti bahwa kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam dapat dilihat dari salah satu pendapat petualang muslim asal Maroko yang bernama Abu Abdullah Ibnu Batuthah pada tahun 1304 M – 1368 M yang melakukan perjalanan ke Samudera Pasai.[5] Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu penyebar agama Islam pada abad ke 11-12 yang dapat membuat jumlah penganut agama Islam melampaui jumlah penganut agama Corak Hindu dan Buddha yang sebelumnya merupakan agama yang paling dominan di Jawa dan sebagian di Sumatera termasuk Bali dan pulau-pulau Timur Indonesia.[6] Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi salah satu pusat studi Islam di Indonesia karena adanya campur tangan atau kerja keras dari tokoh atau pemimpin yang ada di kerajaan Samudera Pasai itu sendiri. Tokoh atau pemimpin kerajaan Samudera Pasai yang terkenal dalam penyebaran agama Islam adalah Sultan Malik Al – Shaleh. Sultan Malik Al- Shaleh merupakan putra Gayo, bekas prajurit kesultanan Daya Pasai, pada mulanya beliau bernama Meurah Silu dan belum menganut agama Islam. Tetapi, tidak lama setelah Raja Merah Silu bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, beliau kemudian masuk agama Islam dan mengganti namanya.[7]

Sejak akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke-16 M, pusat-pusat perdagangan di pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Dermayu, Cirebon, dan Banten telah menunjukkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian kegiatan itu muncul sebagai kekuatan politik dengan adanya kerajaan Demak sebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota Majapahit. Para wali dengan bantuan kerajaan Demak, Pajang dan Mataram dapat mengembangkan Islam ke seluruh daerah-daerah penting di Jawa, bahkan di luar Jawa, seperti ke Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, dan Lombok.[8] Perkembangan Islam secara struktural atau pada level birokrasi diawali dengan masuk Islamnya para raja-raja yang kemudian diikuti oleh rakyatnya. Perpindahan agama para penguasa ini memfasilitasi percepatan perkembangan Islam secara kuantitatif. Bahkan, dengan masuknya Islam dalam kelompok bangsawan dan raja, pada akhirnya mereka akan mendalami dan memahami Islam dalam komunitasnya dan ini awal munculnya sosok sultan yang menjadi ulama.[9]

Pada akhir abad 16 M, tidak terjadi kemunduran dalam hal penyebaran Islam melalui kerajaan-kerajaan. Hal ini tidak membawa pengaruh yang cukup luas pada perubahan Hukum Islam, walaupun tetap menjadi bagian yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Pengaruh tidak ada kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berbanding lurus dengan munculnya V.O.C (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebagai perwakilan kolonialisme dengan motif perniagaan (perdagangan). Masa peralihan penguasaan wilayah Indonesia dari kerajaan-kerajaan Islam ke V.O.C dan Kerajaan Belanda, tidak secara langsung mengubah keadaan masyarakat Indonesia dalam mengamalkan aturan-aturan Islam yang telah menyatu dalam ritualitas kehidupan beragama muslim Indonesia. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan sikap penguasa Kolonial tetap mempertahankan lembaga peradilan agama di wilayah Aceh, Jambi, Kalimantan Selatan dan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gajo, Alas, Tapanuli dan Sumatera Selatan, dan Jawa, walaupun tetap berada di bawah pengadilan negeri.[10]

Masuknya agama islam ke Nusantara (indonesia) pada abad 7 akhir dibawa oleh Para Al - Mujahid periode I atau Fase Pertama, telah membawa banyak perubahan dan perkembangan pada masyarakat, adat dan budaya dan pemerintahan. Perubahan dan Perkembangan tersebut terlihat jelas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bermula bercorak hindu dan menganut animisme mengadopsi agama Islam, antara lain sebagai berikut:

  • Kerajaan Jeumpa(777M)
  • Kesultanan Peureulak(840-1292)
  • Kesultanan Samudera Pasai(1267-1521)
  • Kesultanan Lamuri(800-1503)
  • Kerajaan Linge(1025-Kini)
  • Kerajaan Siguntur(1250-Kini)
  • Kesultanan Indrapura(1347-1792)
  • Kerajaan Pagaruyung(1347-1825)
  • Kerajaan Pedir(1400-1524)
  • Kerajaan Daya(1480-Kini)
  • Kesultanan Aceh(1496-1903)
  • Kerajaan Sungai Pagu(1500-Kini)
  • Kerajaan Bungo Setangkai
  • Kesultanan Jambi(1615-Kini)
  • Kesultanan Asahan(1630-Kini)
  • Kesultanan Serdang(1723-Kini)
  • Kesultanan Deli(1632-Kini)
  • Kesultanan Langkat(1568-Kini)
  • Kesultanan Siak
  • Kesultanan Palembang(1455-Kini)
  • Kesultanan Riau Lingga(1824-1911)
  • Kesultanan Kota Pinang(1630-1946)
  • Kesultanan Pelalawan(1725-1946)
  • Kerajaan Indragiri(1347-1945)
  • Kerajaan Aru(1200-1613)
  • Kesultanan Barus(1300-1858)
  • Kerajaan Padang(1630-1946)
  • Kerajaan Tamiang(1330-1558)
  • Kerajaan Tulang Bawang
  • Kerajaan Dharmasraya
  • Kerajaan Sekala Brak(1289-1909)
  • Kesultanan Cirebon (1430 - 1666) [11][12][13][14]
  • Kesultanan Demak (1475 - 1554)
  • Kedatuan Giri (1481 - 1680)
  • Kesultanan Banten (1524 - 1813 )
  • Kerajaan Kalinyamat (1527 - 1599)
  • Kesultanan Pajang (1554 - 1568)
  • Kesultanan Sumedang Larang (1585 - 1620)
  • Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
  • Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (1755-sekarang)
  • Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1755-sekarang)
  • Kesultanan Ternate (1257-Kini)
  • Kesultanan Tidore (1081-Kini)
  • Kesultanan Jailolo
  • Kesultanan Bacan
  • Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
  • Kerajaan Iha
  • Kerajaan Huamual
  • Kerajaan Banggai (abad 16)
  • Kesultanan Buton (1332 - 1911)
  • Kesultanan Bone (abad 17)
  • Kesultanan Gowa (1300-Kini)
  • Kesultanan Gorontalo (1300 - 1878)
  • Kesultanan Makassar
  • Kerajaan toli-toli
  • Kerajaan Muna
  • Kerajaan Buol
  • Kerajaan Wajo
  • Kedatuan Luwu
  • Kerajaan Tallo
  • Kerajaan Palu
  • Kerajaan Parigi
  • Kerajaan Soppeng
  • Kerajaan Bungku
  • Kerajaan Siang
  • Kerajaan Mongondow
  • Kerajaan Tawaeli
  • Kerajaan Balanipa
  • Kerajaan Banggae
  • Kerajaan Binuang
  • Kesultanan Bima
  • Kesultanan Sumbawa
  • Kerajaan Adonara
  • Kerajaan Taliwang
  • Kerajaan Dompu
  • Kerajaan Selaparang
  • Kerajaan Lamakera
  • Kerajaan Selimbau(600-Kini)
  • Kerajaan Sintang(1500-Kini)
  • Kerajaan Mempawah(1740-Kini)
  • Kerajaan Tanjungpura(800-1590)
  • Kerajaan Landak(1292-Kini)
  • Kerajaan Kubu(1772-Kini)
  • Kerajaan Bangkalaan(1780-1905)
  • Kerajaan Sanggau(1310-Kini]
  • Kerajaan Tayan(1780-Kini)
  • Kerajaan Kusan(1785-1912)
  • Kesultanan Pasir (1516-1905)
  • Kesultanan Banjar (1526-1905)
  • Kesultanan Kotawaringin(1615-Kini)
  • Kerajaan Pagatan (1750)
  • Kesultanan Sambas (1671-Kini)
  • Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura(1300-Kini)
  • Kesultanan Berau (1377-1830)
  • Kesultanan Sambaliung (1810-1960)
  • Kesultanan Gunung Tabur (1800-1953)
  • Kesultanan Pontianak (1771-Kini)
  • Kerajaan Tidung(1515-1916)
  • Kerajaan Tidung Kuno (1076-1551)
  • Dinasti Tengara (1551-1916)
  • Kesultanan Bulungan (1731-1964)

  1. ^ Yasmin, Puti. "3 Teori Masuknya Islam ke Indonesia Lengkap". detiknews. Diakses tanggal 2020-08-26. 
  2. ^ "7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia | Indonesia Baik". indonesiabaik.id. Diakses tanggal 2020-08-26. 
  3. ^ Alma’arif 2015, hlm. 284.
  4. ^ Susmihara 2018, hlm. 14-15.
  5. ^ Poncowati et al 2017, hlm. 2.
  6. ^ Gunawan 2018, hlm. 15.
  7. ^ Yakin 2015, hlm. 274.
  8. ^ Jannah dan Hadi 2018, hlm. 32.
  9. ^ Nasution 2020, hlm. 42.
  10. ^ Fadhly 2017, hlm. 387-388.
  11. ^ Rosmalia. Dini. 2013. Identifikasi Pengaruh Kosmologi pada Lanskap Kraton Kasepuhan di Kota Cirebon. Bandung: Institut Teknologi Bandung
  12. ^ Susilaningrat. R. Chaidir. 2013. Dalem Agung Pakungwati Kraton Kasepuhan Cirebon
  13. ^ Hardhi. TR. 2014. Dakwah Sunan Gunung Jati dalam Proses Islamisasi Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
  14. ^ Fajar, Rizky Nur. 2013. Perancangan Komunikasi Visual Publikasi Buku Seri Keraton Cirebon. Jakarta: Universitas Bina Nusantara

  • Alma’arif, A. (2015). "Islam Nusantara: Studi Epistemologis Dan Kritis" (PDF). Jurnal Studi Keislaman. 15 (2): 265–291. doi:10.24042/ajsk.v15i2.724. 
  • Fadhly, F (2017). "Islam Dan Indonesia Abad XIII-XX M Dalam Perspektif Sejarah Hukum". Veritas et Justitia. 3 (2): 384–413. doi:10.25123/vej.2683. 
  • Gunawan, S. (2018). "PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA (Suatu Diskursus Tentang Awal Mula Islam Ke Nusantara)". Jurnal Hukum Ekonomi. 4 (1): 13–29. ISSN 2580-5134. 
  • Jannah M., &, Hadi M. N. (2018). "ISLAMISASI NUSANTARA DAN PROSES PEMBENTUKAN MASYARAKAT MUSLIM". Journal MULTICULTURAL of Islamic Edication. 2 (1): 27–38. ISSN 2548-1371. 
  • Nasution, F. (2020). "Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia" (PDF). Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan. 11 (1): 26–46. doi:10.32923/maw.v11i1.995. 
  • Poncowati, Y., Salihah, D., Wahyuni, S., Nisak, J., &, Budiman, M. (2017). "SEJARAH PERADABAN ISLAM ABAD PERTENGAHAN DI INDONESIA" (PDF). Jurnal Agama Islam: 1–8. ISSN 2549-8401. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  • Susmihara (2018). "Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara". Jurnal Sejarah dan Kebudayaan. 6 (1): 13–32. ISSN 2580-5762. 
  • Yakin, A. U. (2015). "Islamisasi dan Syariatisasi Samudera-Pasai Abad ke-14 Masehi". Jurnal Studi Keislaman. 9 (2): 269–294. doi:10.15642/islamica.2015.9.2.269-294. 
  • Yusuf, Mundzirin; Sejarah Peradaban Islam di Indonesia; Yogyakarta: Penerbit PUSTAKA, 2006.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam&oldid=21016470"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA