Apa yang terjadi jika kadar kalium dalam darah tinggi?

KOMPAS.com - Kalium merupakan salah satu jenis elektrolit di dalam tubuh yang berperan penting dalam mengatur cairan tubuh, serta menjaga fungsi otot, saraf, dan jantung.

Normalnya, kadar kalium orang dewasa di dalam darah berkisar antara 3,6 milimol per liter (mmol/L) hingga 5,2 milimol per liter (mmol/L).

Kadar kalium yang berlebih dalam darah akan dikerluarkan dari darah oleh ginjal melalui urine.

Baca juga: 7 Fungsi Kalium untuk Tubuh

Namun, terdapat kondisi yang menyebabkan kadar kalium pada darah lebih tinggi dari seharusnya, yaitu hiperkalemia.

Hiperkalemia merupakan kondisi ketika kadar kalium mencapai 5 sampai 5,5 milimol per liter (mmol/L).

Kadar kalium yang mencapai lebih dari 6 milimol per liter (mmol/L) merupakan kondisi berbahaya dan memerlukan penanganan medis segera.

Hiperkalemia merupakan penyakit yang kerap tidak disadari oleh penderitanya karena tidak menimbulkan gejala.

Namun, kondisi ini harus mendapat penanganan yang tepat karena dapat memicu terjadinya henti jantung, bahkan kematian.

Hiperkalemia menjadi salah satu kondisi yang terjadi karena gangguan pada fungsi ginjal atau karena penyakit ginjal kronik, serta diabetes yang tidak ditangani.

Kondisi inilah yang menyebabkan ginjal tidak dapat berfungsi maksimal untuk menjaga kadar kalium dalam darah tetap normal.

Gejala

Dikutip dari Healthline, gejala hiperkalemia dapat bervariasi karena bergantung pada tingginya kadar kalium dalam darah.

Tak jarang, penderita hiperkalemia tidak merasakan gejala apa pun. Namun, ketika kadar kalium di dalam darah cukup tinggi dapat ditandai dengan beberapa gejala berikut:

Baca juga: 8 Gejala Hipokalemia (Kekurangan Kalium) yang Perlu Diwaspadai

  • Tubuh merasa mudah lemah dan lemas
  • Sensasi mati rasa atau kesemutan
  • Mual dan muntah
  • Gangguan pernapasan
  • Nyeri dada
  • Palpitasi atau detak jantung tidak teratur dan berdetak lebih cepat.

Pada kasus yang parah, hiperkalemia dapat menyebabkan kelumpuhan atau gagal jantung.

Selain itu, jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan henti jantung yang berujung pada kematian.

Penyebab

Menurut Mayo Clinic, hiperkalemia paling umum disebabkan karena masalah pada ginjal, seperti:

  1. Gagal ginjal akut
  2. Penyakit ginjal kronis.

Masalah atau gangguan pada ginjal tersebut menyebabkan ginjal tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana seharusnya.

Akhirnya, kadar kalium berlebih tidak dapat dikeluarkan dari tubuh dan mengalami penumpukan sehingga kadar kalium dalam darah menjadi lebih tinggi dari seharusnya.

Faktor risiko

Merangkum Medline Plus dan Healthline, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko penyakit ini, antara lain:

Baca juga: 12 Makanan yang Mengandung Kalium Tinggi

  1. Penyakit Addison, ketika kelenjar adrenal tidak membuat cukup hormon yang mengurangi kemampuan ginjal untuk mengeluarkan kalium dari tubuh
  2. Penghancuran sel darah merah akibat cedera parah atau luka bakar
  3. Efek samping obat tertentu, seperti ACE-inhibitor untuk menurunkan tekanan darah, beberapa jenis obat kemoterapi, dan penghambat reseptor angiotensin
  4. Penyalahgunaan alkohol atau NAPZA
  5. Penggunaan suplemen kalium dalam jangka panjang atau secara berlebihan
  6. Menderita anemia hemolitik
  7. Mengidap diabetes tipe 1
  8. Dehidrasi
  9. Trauma.

Diagnosis

Dikutip dari Cleveland Clinic, untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter mungkin akan melakukan tes darah atau tes urine untuk mengukur kadar kalium dalam darah,

Selain itu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung.

Pemeriksaan elektrokardiogram akan menunjukkan perubahan irama jantung yang disebabkan karena hiperkalemia.

Perawatan

Dirangkum dari Cleveland Clinic dan Healthline, metode penanganan untuk mengobati hiperkalemia cukup bervariasi tergantung pada tingkat keparahan yang diderita.

Berikut beberapa metode penanganan hiperkalemia:

Baca juga: 10 Efek Kekurangan Kalium pada Tubuh

  • Pemberian obat-obatan, seperti:
    1. Diuretik
    2. Kalsium glukonat
    3. Resin
    4. Albuterol
  • Infus kalsium, untuk melindungi jantung dan otot
  • Infus insulin dan glukosa, untuk membantu menarik kalium kembali ke dalam sel tubuh
  • Hemodialisis atau cuci darah, untuk membantu ginjal menyaring dan membuang kadar kalium berlebih dari dalam darah

Selain itu, terdapat beberapa metode penanganan mandiri yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperkalemia ringan.

Beberapa cara berikut juga membantu mempercepat pemulihan bagi penderita hiperkalemia berat, antara lain:

  1. Batasi makanan yang mengandung tinggi kalium, seperti pisang, kacang polong, susu, kentang, dan daging sapi
  2. Hentikan konsumsi suplemen kalium
  3. Minum lebih banyak air untuk mencegah dehidrasi
  4. Hentikan konsumsi obat yang dapat meningkatkan risiko hiperkalemia

Komplikasi

Merangkum Cleveland Clinic dan Medline Plus, terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat hiperkalemia, yaitu:

Baca juga: 7 Gejala Kekurangan Kalium yang Pantang Disepelekan

  • Aritmia, yaitu gangguan irama jantung yang mengancam nyawa
  • Serangan jantung
  • Jantung tiba-tiba berhenti berdetak (henti jantung)
  • Kelumpuhan
  • Gagal ginjal.

Pencegahan

Dilansir dari The American Kidney Fund, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor risiko terkena hiperkalemia, seperti:

  1. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
  2. Membatasi atau menghindari konsumsi makanan tinggi kalium, seperti pisang, kentang, kacang-kacangan, dan keju
  3. Membaca label nutrisi sebelum membeli produk makanan atau minuman agar dapat mengukur kadar kalium yang dikonsumsi
  4. Lakukan tes darah secara rutin untuk memeriksa kadar kalium jika menderita penyakit yang dapat meningkatkan risiko terkena hiperkalemia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggi kadar kalium di dalam tubuh (hiperkalemia) dapat menyebabkan tubuh jadi lemas atau muncul gangguan jantung.

GridHEALTH.id – Kalium atau disebut juga potasium merupakan salah satu jenis mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

 Peran kalium bagi tubuh sangat banyak, termasuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Kita bisa mendapatkan asupan kalium dengan mengonsumsi beberapa jenis sayuran dan buah-buahan.

Sebagai salah satu jenis elektrolit tubuh, kalium ikut serta dalam mengatur cairan tubuh, menghantar sinyal listrik pada saraf, serta mengatur kontraksi otot.

Maka dari itu, ketersediaan elektrolit termasuk kalium ini dalam tubuh yang cukup sangat berpengaruh terhadap fungsi organ dan kinerja tubuh.

Asupan kalium sering kali disarankan untuk penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, karena kalium dapat menurunkan kadar natrium dalam darah.

Namun bila berlebihan, asupan kalium dapat menimbulkan masalah kesehatan tubuh. Hiperkalemia adalah istilah medis ketika seseorang memiliki kadar kalium yang lebih tinggi dari biasanya.

Baca Juga: 6 Jenis Makanan Alami Ampuh Menghilangkan Kram Otot dengan Cepat

Baca Juga: Menteri Kesehatan Jerman: Vaksin Covid-19 Efektif Melawan Strain Virus Baru

Biasanya, penderita hiperkalemia tidak memiliki gejala apa pun, sehingga sulit untuk didiagnosis oleh dokter.

Hiperkalemia adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar kalium dalam darah. Meski zat mineral ini sangat dibutuhkan tubuh, "penumpukan" kalium di dalam darah ternyata berbahaya. Mari mengenal penyebab dan gejala hiperkalemia.

Ditinjau olehdr. Reni Utari

Hiperkalemia adalah kondisi medis yang bisa mengancam nyawa jika tak ditangani.

Hiperkalemia adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya jumlah kalium dalam darah. Yang harus diwaspadai, hiperkalemia bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam nyawa, seperti henti jantung atau kematian.Faktanya, ketika tak ditangani secara serius, hiperkalemia adalah kondisi medis yang memiliki tingkat kematian tinggi. Maka dari itu, kenalilah penyebab dan gejala hiperkalemia, agar Anda terhindar darinya.

Apa penyebab hiperkalemia?

Penyebab hiperkalemia bisa datang dari penyakit maupun penggunaan obat-obatan. Mengetahui penyebab hiperkalemia bisa membantu Anda untuk mendapatkan penanganan terbaik saat datang ke dokter.Salah satu penyebab hiperkalemia yang paling umum ialah gagal ginjal. Saat gagal ginjal terjadi, maka ginjal akan kehilangan fungsinya dalam menyaring kadar kalium yang berlebih. Bahayanya, penumpukan kalium bisa terjadi.Beberapa jenis pengobatan ternyata bisa menyebabkan hiperkalemia, sebut saja obat kemoterapi, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, hingga angiotensin receptor blockers.Selain obat-obatan, mengonsumsi suplemen kalium secara berlebihan juga bisa menyebabkan hiperkalemia. Maka dari itu, Anda disarankan untuk berkonsultasi pada dokter sebelum mengonsumsinya.Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang bisa menyebabkan pecahnya otot, sehingga kalium yang ada di dalam sel otot akan dilepaskan ke dalam darah.Kecelakaan bisa menyebabkan trauma pada tubuh. Sebut saja luka bakar atau kecelakaan kendaraan, yang bisa merusak sel-sel tubuh sehingga kalium akan terlepas dan mengalir di dalam darah.Selain itu, beberapa penyakit seperti diabetes tipe 1, dehidrasi, penyakit Addison (kelenjar adrenal tak memproduksi hormon yang cukup), dan perdarahan internal juga bisa menyebabkan hiperkalemia.

Jenis-jenis hiperkalemia

Hiperkalemia adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar kalium dalam darah. Kadar normal kalium di dalam darah adalah 3,5-5 mmol/L.Hiperkalemia pun terbagi menjadi tiga jenis; jika jumlah kalium di dalam darah mencapai 5,1-6 mmol/L, maka Anda dianggap memiliki hiperkalemia ringan.Jika mencapai 6,1-7 mmol/L, maka kadar kalium di dalam darah dianggap sebagai hiperkalemia sedang. Terakhir, jika kadar kalium melebihi 7 mmol/L, itu artinya Anda mengidap hiperkalemia parah.Untuk mengetahui penyebab dan jenis hiperkalemia yang diderita, berkonsultasilah ke dokter. Terlepas dari apa pun jenisnya, penanganan medis tetap diperlukan untuk mencegah datangnya komplikasi.

Gejala hiperkalemia yang umum terjadi

Apapun yang baik jika berlebihan, akan menimbulkan berbagai gejala merugikan. Tak terkecuali kalium, zat mineral yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga detak jantung tetap stabil.Jika Anda mengidap hiperkalemia, maka berbagai gejala di bawah ini bisa muncul:
  • Merasa lelah dan lemah
  • Mati rasa dan kesemutan
  • Mual
  • Muntah
  • Sulit bernapas
  • Nyeri dada
  • Irama jantung tak beraturan dan jantung berdebar
Dalam kasus yang ekstrem dan langka terjadi, hiperkalemia juga bisa menyebabkan gagal jantung dan kelumpuhan. Jika tidak ditangani, hiperkalemia bahkan dapat mengakibatkan jantung berhenti berdetak.

Bagaimana cara mengobati hiperkalemia?

Umumnya, pengobatan hiperkalemia akan fokus untuk menurunkan kadar kalium yang berlebih di dalam darah dan menstabilkan organ jantung.Tergantung dari penyebabnya, berikut ini adalah pengobatan hiperkalemia yang bisa direkomendasikan dokter.Jika hiperkalemia yang Anda idap disebabkan oleh gagal ginjal, maka dokter bisa merekomendasikan hemodialisis atau cuci darah. Saat ginjal tak bisa menjalankan fungsinya dengan baik, dokter akan meminta bantuan mesin untuk membuang limbah (seperti kelebihan kalium) dari dalam darah.Berbagai macam obat-obatan juga bisa dikonsumsi untuk mengatasi hiperkalemia. Pertama, ada obat kalsium glukonat yang bisa meredakan efek kelebihan kalium pada jantung.Kemudian, ada obat diuretik. Pemberian obat diuretik dilakukan untuk membantu Anda membuang kelebihan kalium lewat urine. Terakhir ada resin, yang bisa mengikat kalium dan mengeluarkannya dari dalam tubuh saat buang air besar.Anda disarankan untuk tidak mencoba obat-obatan di atas tanpa resep dokter. Sebab, Anda tidak tahu dosis tepat yang dibutuhkan untuk mengatasi hiperkalemia.Selain tindakan medis, cara mengobati hiperkalemia bisa dilakukan lewat perawatan rumahan. Jika mengalami hiperkalemia ringan, ada beberapa metode pengobatan yang bisa dicoba di rumah:Salah satu cara paling mudah untuk mengobati hiperkalemia ringan ialah mengurangi asupan kalium yang ada pada makanan. Makanan yang mengandung kalium tinggi meliputi pisang, susu, kentang, daging sapi, hingga kacang-kacangan.Selain itu, Anda juga disarankan untuk tidak mengonsumsi suplemen kalium selama menjalani pengobatan.Perlu diketahui, dehidrasi bisa menyebabkan hiperkalemia. Maka dari itu, minumlah lebih banyak air secara teratur dan rutin.Beberapa bahan herbal alami ternyata bisa meningkatkan kadar kalium di dalam darah, seperti alfalfa, jelatang, hingga dandelion. Maka dari itu, berhati-hatilah dalam memilih obat herbal.Meski terdapat berbagai cara untuk menangani hiperkalemia ringan di rumah, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan obat-obatan yang sesuai.

Baca Juga

Q Fever, Infeksi Bakteri yang Bisa Timbulkan Komplikasi7 Penyebab Muka Merah yang Paling UmumApakah Boleh, Minum Paracetamol Sebelum Makan?

Catatan dari SehatQ:

Hiperkalemia adalah kondisi medis yang tak boleh diremehkan. Bahkan, hiperkalemia adalah penyakit yang mengharuskan penderitanya dirawat di rumah sakit, sampai kadar kaliumnya kembali normal.Jika Anda sudah merasakan berbagai gejala hiperkalemia, jangan membuang-buang waktu lagi. Datanglah ke rumah sakit dan mintalah bantuan dari dokter.

penyakithiperkalemiakelebihan kaliumkalium

Medicine Net. //www.medicinenet.com/hyperkalemia/article.htm
Diakses pada 22 Juni 2020
Healthline. //www.healthline.com/health/high-potassium-hyperkalemia
Diakses pada 22 Juni 2020

Cara mengatasi telinga keluar cairan harus disesuaikan dengan penyebabnya. Meskipun begitu, Anda dapat mengompres sisi telinga yang mengeluarkan cairan dengan handuk hangat sebagai langkah pertolongan pertama.

Diet gluten free adalah pola makan yang "mengharamkan" makanan dengan kandungan gluten. Biasanya, diet gluten free dilakukan oleh penderita penyakit Celiac, yang tidak bisa mengonsumsi dan mencerna gluten.

Penyebab benjolan di kepala bukan hanya kondisi yang harus disepelekan, tapi bisa menjadi gejala suatu penyakit serius, mulai dari lipoma, exostosis, hingga chordoma yang harus ditangani dengan segera.

Dijawab Oleh dr. Adhi Pasha Dwitama

Dijawab Oleh dr. Sylvia Chandra

Dijawab Oleh dr. Adhi Pasha Dwitama

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA