Apa yang dimaksud filsafat dan filsafat dakwah?

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !

1.      Jelaskan Pengertian Filsafat dakwah? Dan apa aspek kajian filsafat dakwah ?

Jawaban :

ž  Pengertian Filsafat dakwah adalah filsafat khusus yang berkaitan dengan dakwah sebagai relasi dan aktualisasi iman manusia dengan agama islam, Allah dan alam.secara filosofis yang hendak dikaji dalam filsafat dakwah adalah hakekat dakwah ; apa sebenarnya dakwah itu, maka kajiannya adalah keseluruhan dari proses komunikasi, transformasi ajaran dan nilai-nilai islam serta proses internalisasi, pengalaman dan pentradisisan ajaran dan nilai-nilai islam, perubahan keyakinan, sikap dan perilaku pada manusia dalam relasinya dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam lingkingannya. Filsafat dakwah juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para da’I atau mubaligh, sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik dlam arti neriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh islam dan pada gilirannya dapat melakukan perbaikan (islah), membangun kehidupan yang damai, harmonis dan sejahtera dalam rangka mewujudkan kerahmatan Allah di dunia.

ž  Adapun aspek kajian Filsafat Dakwah itu ada 4 :

1.      Tentang apa yang harus diyakini umat islam dalam kehidupannya. Kajian ini berkembang menjadi filsafat ketuhanan.

2.       Tentang siapa yang meyakini tuhan tersebut. Kajian ini berkembang menjadi filsafat manusia.

3.       Dimana manusia itu berada. Berkembang menjadi filsafat alam.

4.       Bagaimana sikap dan perilaku manusia baik terhadap tuhan, alam dan manusia itu   sendiri.

2.      Objek studi filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, logis serta sistematis dengan mempertimbangkan dimensi religio-politik, cultural, sosio, pisikologis umat manusia. Coba anda jelaskan!

Jawaban

Objek studi filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, radikal dalam arti bahwa filsafat mengkaji suatu masalah untuk menemukan hakikat atau hal yang paling mendasar dari suatu masalah itu, oleh karna itu studi atau kajian filsafat tak berhenti pada permukaan sesuatu, tetapi sampai pada akar-akarnya, logis, sistematis dan menyeluruh tentang dakwah islam atau tentang proses usaha merealasikan ajaran islam sebagai sebuah sistem pemikiran secakrulisasi ajaran islam di sepanjang zaman  dalam kehidupan umat manusia dengan melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi religo-politik-kultural atau kebudayaan—sosio-psikologis umat manusia.

Pada hakikatnya dakwah islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia, pada dataran kenyataan individual dan sosio-kultural, dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran islam dalam semua segi kehidupan manusia. Dengan menggunakan cara tertentu. Sistem dakwah memiliki fungsi meletakan dasar eksistensi masyarakat islam, menamakan nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan perdamaian, kebaikan dan keindahan, dengan mempertimbangkan dimensi religo-poliitik, kebudayaan, sosio-psikologis umat manusia, untuk mengubah manusia ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriah maupun batiniah.

3.      Coba anda uraikan tujuan, fungsi dan tugas filsafat dakwah ?

Jawaban : Tujuan filsafat dakwah

§  dapat memberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu unit ajaran islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya, sehingga akhirnya dapat membawa kepada kebenaran yang hakiki.

§  Mendalami hasanah pemikiran filsafat dakwah islam yang ternuansakan dalam berbagai pemikiran islam yang klasik. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk memahami pemikiran teologi mutazilah, maturdiayah, asyariyah, mazhab syiah, filsafat islam timur, dan filsafat islam barat beserta para ilmuannya sehingga kita bisa menggali atau mengambil manfaat yang ada dalam pemikiran klasik tertentu .

§  Menggali pemikiran baru tentang filsafat dakwah islam baik dari akses kepustakaan maupun studi kaus yang hasilnya edukatif. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk mendayagnakan metodologi dakwah islamyang baru, atau menerima metode baru dari perkembangan ilmu komunikasi secara selektif dan dapat bemanfaat.

§  Merumusskan konsep bahwa manusialah yang membutuhkan pada agama islam. Bukan islam yang membutuhkan mereka.

Fungsi filsafat dakwah

§  Secra teoritis konseptual, filsafat dakwah dapat menjadi instrument dalam merumuskan pokok-pokok esensial dari doktrin agamaislam yang berdimensi Rahmatan Lil Alamin, sehingga akan membentuk pemahaman yang utuh ( tidak persial) tentang subtansi islam, yang dalam level aplikatifnya dapat memunculkan inovasi bermutu dan responsive.

§  Sedangkan secara aksiologis, filsafat dakwah mendorong setiap individu manusia untuk selalu meneladani sifat-sifat terpuji dari nabi Muhammad SAW berserta tradisi kehidupan yang secara moral dan mental tanpa cela, sehingga di dalam jiwa (rohani) manusia akan terpatri suatu kesadaran eksitensial, bahwa dirinya adalah khalifahtullah di muka bimi yang bertugas mulia untuk memakmurkannya secara berkemanusian  

Tugas filsafat dakwah

§  Mengumpulkan pengetahuan tentang dakwah sebanyak-banyaknya, kemudian dianialisis, dibandingkan, dikkritis untuk menemukan hakekat dakwah tersebut. Dengan mengumpulkan pengetahuan tentang dakwah itu, diharapkan dapat memberikan jawaban secara tepat tentang apa, mengapa, dan bagaimana  dakwah tersebut. Oleh sebab, itu pembahasan filsafat dakwah tidak dapat dilepaskan dari Allah, islam, manusia serta lingkungan (bumi, alam)  di mana terjadi proses dakwah.

§  Memberikan pemahaman tentang filosofis-filosofis ajaran islam, tuhan dan alam/lingkungan.

§  Melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis dan radikal (sampai keakar-akarnya) tentang dakwah dan problrm-problrmnya.

§  Menyusn suatu skema konsep yang menyeluruh tentang dakwah.

4.      Pertanyaan-pertanyaan apa yang muncul ketika dakwah didekati dari sudut filsafat? Dan jelaskan posisi dakwah sebagai ilmu dan dakwah sebagai aktivitas !

Jawaban :

ž  Ketika dakwah didekati dari sudut filsafat (filsafat da’wah), maka muncul pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dijawab misalnya apakah da’wah itu? Apakah tujuan da’wah itu? Apakah da’wah itu diperlukan bagi kehidupan manusia? Mengapa manusia memerlukan da’wah? Apa akibatnya kalau tidak ada da’wah?. Pertanyaann tersebut merupaka problem ontologis da’wah yang harus dijelaskan oleh filsafat da’wah.

Posisi dakwah sebagai ilmu & aktivitas adalah.

ž   Antara dakwah dan ilmu dakwah tidaklah sama, keduannya memiliki perbedaan. Dakwah sebagai aktivitas merpakan sesuatu yang telah muncul sejak adanya kenabian yang awalnya disampaikan oleh Rasulullah SAW.

ž  Berbeda denga ilmu dakwah, walaupun dakwah sudah in hern dengan gerak islam sejak awalnya, namun tiak dengan ilmu dakwah.ilmu dakwah bisa dikatakan ilmu yang relatif baru. Ilmu dakwah lair belakangan jika dibandingkan dengan ilmu keislaman lainnya, seperti ulumul qur’an, ulumul hadist, dan lain sebagainya. Sebagai disiplin ilmu yang lebih baru , awalnya ilmu dakwah belum memiliki tradisi keilmuan yang mapan dibandingkan dengan disiplin ilmu  lain.

ž  Dakwah sebagai ilmu: merupakan sesatuan pengetahuan baik teoritis maupun praktis yang sistematis berkaitan bagian yang memiliki tujuan tertentu, konsep, metode, sistem, cara, minhaj.

ž  Dakwah sebagai aktivitas: merupakan gerakan/harokah tranformasi ajaran islam bagi individu, keluarga, masyarakat, umat dan bangsa. Menyeru, mengajak, membimbing, mengarahkan,memotivasi, amar ma’ruf nahi munkar.

5.      Ontologi dan epistemologi merupakan hakekat filsafat dalam mencari makna kebenaran. Apa yang dimaksud kebenaran? Dan apa kebenaran menurut Kattsof?

Jawaban :

ž  Kebenaran adalah sesuatu yang bersifat subyektif , artinya pernyataan benar selalau terkait dengan bagaimana tanggapan orang terhadap sesuatu. Kebenaran menyangkut persoalan apakah orang yang mencapai bahwa itu adalah seuatu pernyataan yang benar. Sama halnya dengan kesalahan, yang juga terkait dengan bagaiman orang mempercayai bahwa itu adalah salah.

ž  Dan kebenaran menurut Kattsof adalah sesuatu dianggap benar apabila ia merupakan serangkaian dari kesesuaian antar proposisi yang berisi kandungan makna suatu pernyataan, yang tersusun dalam sebuah perkataan semantik dan terdapat ukuran kebenaran itu. Dengan demikian untuk mengetahui sesuatu itu salah atau benar sangat tergantung kepada pernyataan yang saling berhubungan yang terdapat kesamaan makna (konsisten), pernyataan tersebut merupakan kesesuaian antara simbol dan atau fakta dengan pernyataannya sendiri (korespondensi) dan terdapat ukuran untuk menyatakan sesuatu itu benar atau salah.

6.      Dalam perspektip posivistik ada pradigma bahawa dakwah memiliki daya paksa dan menentukan perilaku. Bagaimana menurut anda ? kemukakan argumennya!

Jawaban :

Perspektif positivistic (fakta social).  Menurut saya pradigma ini memandang realitas sosial dakwah memiliki daya paksa dan menentukan perilaku. Karena  Raelitas social terdiri dari pranata social (institut, norma, adat, hukum dsb) dan struktur sosial (organisasi sosial, interaksi sosial dsb). Dakwah merupakan realitas social yang memiliki daya paksa terhadap perilaku manusia, karenanya da’i berusaha semaksimal mungkin agar pesan-pesan dakwah diikuti apa adanya.

Fakta social itu bersifat eksternal dan coercive. Bersifat eksternal karena fakta social berada di luar idea tau diri manusia. Norma atau aturan hukum, misalnya, hanya di ketemukan dalam suatu masyarakat, tidak dalam diri seseorang. Norma atau aturan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan masyarakat dan tidak tergantung pada indivdu. Boleh jadi aturan itu lahir tanpa harus menunggu kelahiran seseorang. Bersifat coersive karena fakta social itu bersifat memaksa seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan dari system itu. Meskipun berada di luar diri manusia tetapi system dan setruktur mempunyai kekuatan memaksa. Seseorang akan melakukan sesuatu apabila mendapatkan pengaruh dari luar dirinya. Artinya tindakan yang di lakukan tidak lepas dari pengaruh sitem-sistem. Terbentuknya hokum atau aturan, misalnya, adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia, tetapi mempunyai daya paksa sehingga manusia mematuhi dan tunduk pada aturan tersebut. Sesorang yang melanggar suatu aturan akan dikenai sanksi dan sanksi ini sebagai bukti bahwa hokum mempunyai daya paksa. Unsure pemaksaan akan berangsur-angsur berkurang dan tidak terasa lagi sebagai paksaan bersamaan dengan seringnya tindakan itu dilkaukan sebagai suatu hal yang biasa dilakukan. Paradigm ini menggambarkan seseorang sebagai sesuatu yang pasif dan menunggu pengarh dari system atau setruktur dalam bertindak.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA