Apa yang dapat kita lakukan agar tidak kembali ke tempat yang serendah-rendahnya

Ghufron, S.H.I; Amal Manusia Dalam Surat At-Thin

Jepara || www.pa-jepara.go.id

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Aufi yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa firman Allah at-Tiin ayat 5 “kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya” mengandung arti dikembalikan ke tingkat pikun (seperti bayi lagi). Sehubungan dengan hal ini, Rasulullah saw pernah ditanya tentang kedudukan orang-orang pikun. Maka Allah menurunkan ayat selanjutnya (at-Tiin ayat 6), yang menegaskan bahwa mereka yang beriman dan beramal sholeh sebelum pikun, akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.

Intinya surah at-Tin turun berkaitan dengan pertanyaan para sahabat tentang balasan amal orang yang sudah pikun. Melalui surah at-Tin, Allah Swt. menegaskan bahwa amal orang yang beriman dan beramal saleh akan senantiasa mengalir pahalanya meskipun orang tersebut mengalami pikun.

Kandungan Surah at-Tin

Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sebenarnya telah berulang kali dikatakan dalam Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa memang Allah menyatakan kebenaran dan keberadaan manusia sebagai mahluk yang mempunyai bentuk yang sebaik-baiknya. Namun kiranya tidak tepat menurut sekalian para ahli tafsir memahami ungkapan “sebaik-baik bentuk”. Hanya terbatas pada pengertian fisik semata. Padahal Allah mengecam orang-orang yang fisiknya baik tetapi jiwa dan akalnya kosong. Ayat in dikemukakan dalam konteks penggambaran anugerah. Dan tentunya anugerah itu mengacu pada kesempurnaan bentuk dan isinya.

Kalau membahas makna dari ayat-ayat pada surat At- Tin sedikit banyak kita akan mengetahui dan membenarkan bahwa manusia itu adalah mahluk yang memiliki bentuk sebaik-baiknya, secara fisik dan tentunya nonfisik atau isi pada manusia. Secara bentuk fisik mungkin kita telah banyak memahami dan meyakini bahwa bentuk manusia lebih baik ketimbang bentuk fisik mahluk lainya. Namun secara isi atau psikis itu sendiri, apa yang membuatnya menjadi mahluk yang dikatakan mahluk paling sempurna.

Di ayat pertama Allah persumpah dengan menggunakan nama buah, yaitu buah tin dan zaitun yang banyak memiliki manfaat atau potensi. Sebagai isarat bahwa manusia diciptakan memiliki banyak potensi untuk dapat memberi banyak manfaat.

Salah satu potensi besar manusia, yaitu ditunjukkan Allah pada ayat kedua. Yaitu Allah bersumpah atas nama sebuah tempat, yaitu bukit sinai tempat nabi Musa menerima wahyu dari Allah. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa manusia memiliki potensi untuk mendapat petunjuk dan menegembangkan petunjuk tersebut. Ayat kedua ini juga menyampaikan pesan bahwa manusia diciptakan Allah dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, sehingga apabila manusia bisa mengikuti petunjuk Allah dan memanfaatkan dengan modal potensi yang manusia miliki, maka manusia akan bisa bertahan dan bahkan mengatur dunia dan akhiratnya.

Dan jelas dijelaskan dalam ayat ke tiga “Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman”. Maka hal ini menunjukkan bahwa apabila manusia sudah bisa memannfatkan potensinya dengan berdasar petunjuk-petunjuk yang Allah turunkan bagi manusia, maka ia akan seperti kota makkah. Kota yang gersang tetapi kenyataannya kota mekkah adalah kota yang diberkahi dengan makanan yang berlimpah dan jelas kota yang aman.

Akal dijadikan oleh Allah dengan tabiat asal yang baik dan mematuhi perintah Allah. Dalam proses pemenuhan nafsu-nafsunya tersebut, manusia dibekali dengan akal. Manusia memang berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.

Akal menjadikan manusia seolah-olah seperti sebuah komputer yang paling canggih sedemikian sehingga komputer yang paling canggih pun tidak bisa mengalahkan manusia. Hal ini kembali disebabkan karena nafsu manusia yang tidak pernah habis, yang menjadikan manusia terus mengejar sesuatu yang lebih. Dalam hal inilah nafsu bekerja sama dengan akal untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai lebih bagi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang terus mencari yang lebih baik, itulah nafsu dasarnya dan akallah yang menjadi perantaranya, sarana untuk merealisasikannya.

Hati peranannya mengenal dan berperasaan. Ia juga bisa menampung ilmu pengetahuan tanpa belajar jika jiwanya bersih. Di samping itu ia menjadi raja dalam diri manusia. Akal peranannya berfikir, mengkaji dan menilai untuk menerima ilmu pengetahuan. Tabiat hati (roh) memang sudah kenal ALLAH dan mengenal kebaikan. Sebagaimana Firman Allah: "Tidakkah Aku ini Tuhan kamu (wahai roh)?" Mereka menjawab: "Bahkan kami menyaksikannya." (Al A`raf 172). Dalam Al-Qur’an banyak dikatakan bahwa roh itu terbuat dari Nur. Kita bisa mengkaji bahwa nur atau cahaya itu mempunyai sifat menerangi, cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening, memantulkan cahaya dan sebaginya. Hal ini menunjukkan bahwa ruh yang ada dalam hati kita mempunyai sifat yang menerangi atau memberi petunjuk. Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.

Pada ayat kelima Allah berfirman “Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya”. Ada tiga penafsiran yang membahas tentang tempat yang serendah-rendahnya. Salah satu pakar tafsir indonesia Prof. Quraish Shihab mengatakan: maksud dari tempat yang serendah-rendahnya adalah Keadaan dimana Ruh Ilahi belum menyatu dengan diri manusia. Seperti diketahui proses manusia melalui dua tahap utama : penyempurnaan fisik dan peniupan Ruh Ilahi sesuai dengan firman Allah surah Al- Hijr ayat 29:

Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].

[796] dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.

Ada juga ulama’ tasawuf berpen dapat lain. Bahwa yang dimaksud dari tempat yang serendah-rendahnya adalah dunia. Ketika manusia keluar dari dunia maka ia telah dimasukkan ke tempat yang paling rendah. kemudian apakah potensi besar yang ada pada manusia telah hilang? Tidak, menurut para ulama’ tasawuf saat diturunkan manusia kedunia maka juga turun hijab yang menutupi potensi besar itu sebab rendahnya martabat dunia.

Pada ayat ke enam Allah berfirman “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. Kata iman bisa juga diartikan pembenaran. Pembenaran atas adanya Allah. Manusia yang sudah di kembalikan kedunia telah tertutup penyaksiannya terhadap Allah. Maka yang ia ketahui hanyalah dunia yang rendah ini. Tetapi dengan potensi yang ada pada manusia, maka manusia mulai membangun dunia (membangun sosial, ekonomi, politik, sains dan agamanya) hingga kemudian dari tugas dia sebagai kholifah yang membangun dunia dengan alat nafsu, akal dan hatinya dan berklaborasi dengan tugasnya sebagai hamba yang dituntut untuk beribadah. Maka manusia akan menemukan iman atau pembenaran atas adanya Allah dan hari akhir sebagai tujuan hidupnya.

Demikianlah. Allah telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna. Sebagai mahluk yang banyak memiliki potensi, sehingga dengan potensi itu manusia bisa menjadi kholifah yang memerintah dan membangun alam semesta. Manusia mencapai tingkat setinggi-tingginya apabila ia bisa mengklaborasikan tiga elemen potensial dalam dirinya.

Oleh :

Yudi Yansyah S.Pd.i

Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng

Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق وأظهره على الدين كله ولو كره المشركون، هدانا للإيمان وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله، أحمده حمداً كثيراً كما هو أهله وأشكره شكر من يستزيده ويتضرع إليه وحده، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له في ربوبيته وألوهيته وكمال ذاته وصفاته وأشهد أن محمداً عبد الله ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهديهم واستن بسنتهم إلى يوم الدين وبعدالحمد لله الذي {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} { يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا} {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ، وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita sehingga sampai saat ini kita masih bisa memenuhi undangan-Nya untuk menghadiri sholat jumat berjama’ah di masjid ini.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beliaulah sang penutup para nabi dan imamnya orang-orang yang bertaqwa serta suri tauladan bagi seluruh umat manusia

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’id bahwasannya jibril as pernah datang kepada Rasulullah SAW kemudian berkata:

يَا مُحَمَّدُ ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ

Ya Muhammad hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah siapapun yang engkau mau tapi engkau akan berpisah dengannya, dan bekerjalah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya”

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

Hadits di atas mengandung tiga nasihat agung, yaitu: Yang Pertama adalah: عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ (hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati) sebagian ulama’ berkata bahwasannya kalimat ini merupakan ancaman, penakut-nakutan, serta peringatan bahwasannya kita semua akan mati, hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya yang berbunyi:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَتُ المَوْت.

Setiap yang bernyawa pasti akan mati” (QS. Al-Ankabut: 57)”

Sekarang setelah kita tahu bahwasannya setiap kita pasti akan mati, maka yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sudah siapkah kita untuk menghadap Dzat yang Maha kuasa? Bekal apakah yang telah kita persiapkan untuk menghadapi persidangan-Nya? Apakah harta, pangkat dan kekuasaan, anak-anak kita yang sukses, istri kita yang cantik, atau gelar kesarjanaan yang menempel di nama kita? Apakah itu yang kita persiapkan untuk menghadapi persidangan Dzat yang Maha adil? Sungguh kita akan rugi besar jika hanya itu yang kita persiapkan untuk menghadapi pengadilan-Nya, bahkan kita akan celaka karenanya. Karena di akhirat kelak manusia akan ditanyai tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?

2. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan serta di mana dia belanjakan?

3. Tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan?

4. Tentang ilmunya, untuk apa dia amalkan?

Itulah pertanyaan-prtanyaan yang akan dilontarkan kepada kita kelak, bukan berapa kekayaanmu? Bukan apa pangkatmu di tempat kerja atau organisasimu? Apakah kamu seorang Sarjana, master, doctor, ataukah professor? Oleh karena itu mumpung kita masih hidup di dunia ini dan masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri marilah kita mempersiapkan bekal yang terbaik untuk bekal kita di akhirat kelak. Apa bekal yang terbaik itu? Bekal terbaik bagi manusia untuk menghadapi persidangan Allah SWT ialah hanya taqwa. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah: 197

وَتَزَاوَدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ زَادِ التَقْوَى

Berbekallah kamu karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”

Pesan yang kedua adalah وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ (dan cintailah siapapun yang engkau mau karena sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya) di sini kita diperbolehkan mencintai siapapun yang kita mau namun perlu kita ingat juga bahwasannya kita akan berpisah dengannya. Baik itu perpisahan yang bersifat selamanya yang berupa kematian atau yang bersifat sementara seperti perpisahan kita dengan rekan kerja kita yang mendapat tugas untuk bekerja di tempat lain.

Oleh karena itu hendaknya kita didalam mencintai seseorang itu sewajarnya saja jangan sampai kecintaan kita kepada seseorang itu melebihi kecintaan kita kepada Allah SWT. Karena salah satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat mencintai Allah SWT melebihi kecintaan dia kepada istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan yang lainnya. Allah SWT berfirman

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah SWT. ” (QS. Al-Baqarah: 165)

Karena dengan mencintai Allah SWT melebihi selain-Nya kita akan merasakan nikmatnya Iman sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّار

Tiga hal yang apabila seseorang itu memilikinya maka dia akan merasakan nikmtnya iman: hendaknya dia mencintai Allah SWT dan rasul-Nya melebihi kecintaan dia kepada selain keduanya, hendaknya dia tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah, hendaknya dia tidak kembali kepada kekufuran (setelah dia beriman) seperti dia benci dilemparkan ke neraka”.

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

Dan nasihat Jibril yang ketiga adalah وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُجْزِيٌّ بِهِ (dan bekerjalah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya) ini merupakan sebuah peringatan yang besar bagi kita bahwasannya kita semua sebagai manusia pasti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia ini, Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah SWT sehingga manusia diberi kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk Allah SWT yang lain, karena manusia dianugerahi otak yang mampu berfikir sehingga manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Karena manusia adalah makhluk yang berakal sehingga manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia melakukan suatu amalan atau perbuatan, apakah amalan ini bertentangan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT atau tidak?

Atau bahkan amalan tersebut termasuk amalan yang dilarang oleh Allah? Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa untuk mengerjakan amal sholih agar kita tidak dikembalikan Allah SWT kepada tempat yang paling rendah yaitu neraka jahannam. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat At-Tin ayat 4-6.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيم ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (5) Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (6) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.”

بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Dibaca: 76 Kali

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA