Apa nilai yang terkandung dalam ibadah qurban brainly

Menghias unta di pasar hewan kurban Pakistan. ©ASIF HASSAN/AFP

JABAR | 1 Agustus 2020 18:02 {news_reporter_link} {news_ext_reporter}

Merdeka.com - Hari Raya Idul Adha menjadi hari yang paling ditunggu oleh umat Islam selain Hari Raya Idul Fitri. Pada hari tersebut, umat Islam akan melaksanakan ibadah sholat Id dan juga ibadah kurban.

Ibadah kurban ini merupakan salah satu ibadah wajib bagi setiap umat muslim yang mampu melaksanakannya. Melaksanakan ibadah kurban juga menjadi cara kita dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dan juga sebagai bentuk ketaatan kita terhadap perintah-Nya.

Allah SWT sendiri juga memerintahkan ibadah kurban ini setelah ibadah sholat, “Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (Q.S. Al-Kautsar: 2).

Dalam pelaksanaannya, ibadah kurban juga memiliki hikmah tersendiri yang bisa kita petik sebagai seorang muslim. Berikut beberapa hikmah dalam berkurban yang dilansir dari muslim.or.id dan dalamislam.com.

2 dari 7 halaman

Hikmah dalam berkurban yang pertama adalah untuk mengenang ketaatan Nabi Ibrahim. Ibadah kurban selalu mengingatkan kita kepada kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.

Dengan melaksanakan ibadah kurban ini, kita bisa mengenang sekaligus mengingat bagaimana luar biasanya ketaatan yang dimiliki Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail terhadap perintah Allah SWT.

Kisah ini juga dijelaskan dalam Al-Qur’an pada surat As-Saffat ayat 102 sampai ayat 107:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. (102) Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). (103).
Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!” (104). Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (107)

3 dari 7 halaman

©2020 Liputan6.com/Angga Yuniar

Hikmah dalam berkurban yang kedua adalah untuk meningkatkan ketakwaan kita. Melakukan kurban merupakan salah satu cara kita sebagai umat Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Apa yang ingin kita raih dalam ibadah kurban ini bukanlah persembahan daging dan darahnya, melainkan untuk mendapatkan ketakwaan. Allah SWT berfirman, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Q.S. Al-Hajj: 37).

4 dari 7 halaman

Hikmah dalam berkurban yang ketiga yaitu sebagai usaha kita dalam melakukan syiar Islam. Melaksanakan ibadah kurban juga sebagai bentuk kepatuhan kita terhadap ajaran Rasulullah SAW dan Allah SWT.

Selain itu, ibadah kurban juga menjadi syiar agama Islam yang bisa kita lakukan. Allah SWT telah menerangkan ini dalam salah satu ayatnya yang berbunyi,

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syi’ar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Hajj : 36).

5 dari 7 halaman

©2020 Liputan6.com/Angga Yuniar

Hikmah dalam berkurban yang berikutnya yaitu bahwa ibadah kurban lebih baik dibandingkan sedekah dengan uang senilai hewan kurban. Dalam hal ini Ibnul Qayyim berkata,

“Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdhol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut. Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiron meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan qurban.” (Talkhish Kitab Ahkamil Udhiyah wadz Dzakaah, hal. 11-12 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2: 379).

6 dari 7 halaman

Hikmah dalam berkurban yang selanjutnya yaitu sebagai tanda keislaman dan bentuk ketaatan kita terhadap Allah SWT. Bagi muslim yang hidupnya mampu, maka kurban adalah ibadah yang wajib dilakukan.

Rasulullah sampai bersabda dalam salah satu hadistnya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

7 dari 7 halaman

©ASIF HASSAN/AFP

Hikmah dalam berkurban yang terakhir yaitu untuk berbagi sekaligus membahagiakan saudara kita kaum duafa. Agama Islam mengajarkan untuk selalu berbagi kepada sesama, apalagi dengan orang-orang yang membutuhkan.

Hari raya kurban bisa menjadi momen di mana kita berbagi kepada saudara kita para kaum duafa. “Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah.” (HR. Muslim).

(mdk/ank)

Semarang – Ibadah kurban yang dilakukan umat muslim sebagai salah satu bentuk ketaatan pada Allah dan mengenang kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, menurut Wakil Gubernur Jawa Tengah Drs H Heru Sudjatmoko MSi, terkandung nilai-nilai Pancasila. Sebab, setidaknya ada dua dimensi Pancasila di dalamnya, yakni dimensi spiritual dan sosial.

“Ternyata sebagian intisari makna Idul Adha ada di Pancasila. Atau mungkin dulu rumusan Pancasila juga mengambil dari pelajaran agama,” tutur Heru pada acara Silaturahim Ulama dan Umaro, di Ponpes Sunan Gunung Jati Ba’alawy, Sabtu (2/9).

Pada dimensi sosial, kata dia, bentuknya adalah berbagi. Bagi yang mampu berkurban, akan memberi masyarakat yang tidak mampu berkurban. Antara lain kelompok fakir, miskin, anak yatim piatu, dan sabilillah.

“Kalau yang muda mengatakan, cinta itu harus diwujudkan dengan pengorbanan. Dalam arti luas, perjuangan mesti disertai pengorbanan. Take and give. Saya pikir ketika kita tetap melestarikan budaya gotong royong, melaksanakan sesuai ajaran agama, saya kira pelajaran dari Idul Kurban luar biasa,” urai mantan Bupati Purbalingga ini.

Sementara dalam dimensi spiritual, imbuhnya, kurban adalah sarana pembuktian keimanan umat Islam kepada Allah. Keimanan meliputi keikhlasan yang artinya ibadah yang dijalankan semata-mata karena Allah dan untuk menjalankan perintah-Nya. Dimensi spiritual itu merupakan cerminan sila pertama Pancasila.

Penulis : Rt, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Pembagian daging qurban dibagi rata sesuai dengan nilai Pancasila..

Rabu , 29 Jul 2020, 13:48 WIB

Republika/ Raisan Al Farisi

Nilai-Nilai Pancasila pada Ibadah Qurban. Petugas membagikan daging hewan qurban kepada warga.

Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap umat telah diberi syari’at untuk mengadakan penyembelihan hewan kurban masing-masing (QS. Al Hajj: 34). Ritual ini merupakan salah satu amalan mulia yang mempunyai kedudukan khusus. Dalam suatu  hadits disebut sebelum tetesan darah kurban menyentuh tanah, amalan itu sudah diterima.

Baca Juga

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah).

Kurban dan Nilai-Nilai Pancasila

Dalam Islam, ritual pemotongan hewan kurban ini tidk dapat dipisahkan dengan amalan yang lain yaitu, shalat, infak, dan sedekah, serta membutuhkan keikhlasan hati dalam pelaksanannya. Dilihat dari sisi yang lain semua nilai yang ada dalam kelima sila Pancasila juga terekam dalam ritual kurban ini.

Nilai Ketuhanan yang Mahaesa

Nilai utama pelaksanaan Ibadah Idul Kurban adalah ketakwaan. Allah berfirman

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (37)

37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Haj ayat 37)

Ibadah kurban seseorang tidak akan sampai kepada Allah jika tidak dilandasi oleh ketakwaan kepada-Nya. Allah tidak akan melihat kepada kecantikan atau ketampanan seseorang tetapi Allah hanya akan melihat kepada hati (I’tiqad/ niyataan/taqwa) dan perbuatan/ amal seseorang.

Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Menurut KBBI adil adalah sama berat, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, tidak sewenang-wenang. Adab adalah kehalusan dan kebaikan budi pekerti, kesopanan, akhlak. Sedang beradab adalah mempunyai budi pekerti yang baik, berlaku sopan.

Kehalusan dan kebaikan budi pekerti berkaitan dengan Idul kurban itu seperti diperingatkan Rasulullah kepada orang mukmin-muslim yang mampu dengan kata-kata halus: ia belum berkurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kami.”

Rasulullah bersabda;

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا )  رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَه, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ, لَكِنْ رَجَّحَ اَلْأَئِمَّةُ غَيْرُهُ وَقْفَه

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa mempunyai kemudahan untuk berkurban, namun ia belum berkurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami.” Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah (Bulughul Marram)

Pemotongan hewan kurban umumnya dilaksanakan oleh panita atau takmir masjid. Pembagian daging kurban dilaksanakan dengan dibagi rata. Setiap orang akan mendapat porsi yang sama masing-masing satu paket dengan berat relatif berdasarkan perbandingan jumlah hewan kurban dan data jumlah calon penerima. Bagi rata.

Bagi shahibul kurban, dia masih akan mendapat jatah khusus. Ada yang memberikan atau mengembalikan kepala kambingnya ke pemilik, ada yang memberikan sampilnya. Bagi yang berkorban mendapat jatah dua porsi yaitu jatah umum dan jatah pemberi kurban. Ini namanya bagi adil.

Nilai Persatuan Indonesia

Kebersamaan atau persatuan itu sangat diutamakan dalam Islam dengan ungkapan jangan bercerai berai. Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu (Qs.Ali Imran: 103)

Rasulullah mengisyaratkan agar pemotongan hewan kurban dilaksanakan bersma-sama (bergotong royong) sehingga tidak perlu diberi upah.

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقُومَ عَلَى بُدْنِهِ وَأَنْ أَتَصَدَّقَ بِلَحْمِهَا وَجُلُودِهَا وَأَجِلَّتِهَا وَأَنْ لَا أُعْطِيَ الْجَزَّارَ مِنْهَا قَالَ نَحْنُ نُعْطِيهِ مِنْ عِنْدِنَا

746- Dari Ali RA, dia berkata, “Aku diperintahkan oleh Rasulullah untuk mengurusi unta kurban beliau, lalu menyedekahkan daging kurban itu beserta kulit dan pakaiannya, dan aku dilarang memberi upah penyembelihnya dengan diambilkan dari kurban tersebut. Beliau bersabda, ‘Kami sendiri yang akan memberi upah penyembelihnya.” ‘ {Muslim 4/87}

Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawatan/Perwakilan

Musyawarah  mencari mufakat untuk menentukan langkah kerja bersama merupakan inti pokok ajaran Islam. Dalam musyarah, mereka tidak pernah memutuskan sesuatu urusan melainkan terlebih dahulu mereka musyawarahkannya di antara sesamanya agar masing-masing dari mereka mengemukakan pendapatnya.

وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (38)

38. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(Qs. Asy-Syura: 38)

Bermusyawarah ini sudah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Ketika akan melaksanakan perintah Allah menyembelih Nabi Ismail, Nabi Ibrahim mengadakan diskusi (musyawarah) dengan ahli keluarganya terlebih dahulu.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102

102. Maka tatkala anak itu sampai  umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Qs. Ash-Ashafat: 102)

Dalam pelaksanaan Idul Kurban, bermusyawarah ini tercermin dalam musyawarah rencana pembelanjaan hewan kurban, rencana pembentukan tim kerja/penyembelihan sampai dengan pemrosesan daging, dan penentuan siapa-siapa yangakan diberi daging kurbannya itu.

Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Allah berfirman:

فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (36)

Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang tidak meminta-minta dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.(Qs. Al. Hajj: 36)

Daging hewan kurban supaya diberikan kepada alqani’ ( الْقَانِعَ  ) atau  orang yang tidak meminta,  dan al-mu’tar (وَالْمُعْتَرَّ  ) yaitu orang yang meminta). Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa qani’ artinya orang yang merasa puas dengan pemberianmu, sedangkan ia tetap berada di dalam rumahnya; dan mu’tar artinya orang yang menyindirmu dan mengisyaratkan kepadamu agar memberinya sebagian dari hewan kurbanmu, tetapi ia tidak meminta secara terang-terangan

Seperti uraian di atas, pembagian daging hewan kurban, dibagikan secara adil, yaitu bagito (dibagi rata, maksudnya semua mendapat jatah yang sama) dan bagidil (bagi adil), dibagi sesuai dengan porsinya, misalnya bagi yang berkurban mendapat jatah lebih banyak maksimal seperti tiga dari daging kurban). Untuk di kampung, ketua panitia biasanya mendapat jatah tambahan satu kepala kambing.

Anggota Majelis Pustaka PCM Semin Gunungkidul DIY, Wardi

//www.suaramuhammadiyah.id/2020/07/29/nilai-pancasila-dalam-ibadah-kurban/

  • nilai kurban
  • nilai pancasila
  • idul adha 2020
  • ibadah qurban

sumber : Suara Muhammadiyah

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA