Apa dampak diselenggarakannya sea games di jakarta-palembang tahun 2011 bagi perekonomian indonesia

Lebih pintar, unduh sekarang!

atau

Lihat beberapa iklan dan buka blokir jawabannya di situs

Bayu Dwi Mardana Kusuma Selasa, 12 Oktober 2021 | 23:16 WIB

Tim beregu putra bulu tangkis Indonesia di SEA Games 2011. Jawaban apa pengaruh penyelenggaraan SEA Games terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan? Jelaskan. Kelas 6 SD Tema 5 (tribunnews.com)

Fotokita.net - Berikut jawaban apa pengaruh penyelenggaraan SEA Games terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan? Jelaskan. Ini salah satu soal dalam buku tematik kelas 6 SD Tema 5.

Pertanyaan di atas adalah soal Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018 Kelas 6 SD Tema 5 halaman 49, .

Halaman 49 tersebut merupakan materi Pembelajaran 5, Subtema 1 Kerja Keras Berbuah Kesuksesan, Tema 5 Wirausaha.

Sebelum menjawab soal apa pengaruh penyelenggaraan SEA Games terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan? Jelaskan, siswa terlebih dahulu diberikan teks bacaan dengan judul Mendulang Prestasi, Mengembangkan Potensi Ekonomi.

Indonesia kembali dipercaya untuk menyelenggarakan kegiatan akbar SEA Games ke-26. Ini merupakan keempat kalinya Indonesia menjadi tuan rumah festival olahraga terbesar se ASEAN ini setelah sebelumnya di SEA Games 1979, SEA Games 1987, dan SEA Games 1997.

Baca Juga: Jawaban Apa Arti Bendera dan Logo ASEAN Buku Tematik Kelas 6 Tema 5

1

Dampak Psiko-Sosial SEA Games 2011:

Survei Pada Masyarakat Palembang

Ali Maksum - Unesa Surabaya

Adang Suherman UPI Bandung M. Sofyan Hanif UNJ Jakarta

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respons masyarakat terhadap

penyelenggaraan SEA Games 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode survei dengan angket sebagai instrumen utamanya. Populasi penelitian ini

adalah masyarakat Palembang berusia 15 tahun ke atas yang tersebar di 16

kecamatan. Sampel diambil secara accidental proporsional sampling dan diperoleh

responden sebanyak 1068 orang. Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif

dan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons masyarakat

Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games sangat positip, 97,5% merespons

senang. SEA Games direspons positip baik oleh remaja, dewasa, maupun lansia, pria

dan wanita dengan jenis pekerjaan yang beragam, termasuk buruh. Sebanyak 14,3

responden hadir ke lapangan menyaksikan pertandingan dan 90,1% mereka

menontonnya melalui layar televisi. Masyarakat Palembang (57,2%) mendapatkan

manfaat dari digelarnya SEA Games, bahkan sebanyak 14,3% terlibat baik langsung

maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan SEA Games. Terkait dengan

penggunaan fasilitas pasca SEA Games digelar, sebanyak 42,2% responden yakin

bahwa masyarakat akan menggunakan fasilitas tersebut, SEA Games di Palembang

ternyata juga membangkitkan 40,7% masyarakat Palembang untuk berolahraga.

Kata kunci: respons, psiko-sosial, SEA Games

Pendahuluan

Meski dengan susah payah, termasuk merebaknya isu korupsi dalam persiapannya,

Indonesia telah berhasil menyelenggarakan pesta olahraga South East Asian Games 2011 atau

yang disingkat dengan SEA Games 2011. Agenda dilaksanakan selama 12 hari, tepatnya 11-22

November 2011 di dua kota, yakni Jakarta dan Palembang. Kesuksesan Indonesia tidak sebatas

pada penyelenggaraan, tetapi juga sukses prestasi dan sukses ekonomi. Sukses prestasi dapat

dilihat dari keberhasilan Indonesia menjadi juara umum dengan mengungguli Thailand.

Sementara sukses ekonomi dapat dilihat dengan banyaknya sponsor yang terlibat, bergeraknya

produksi barang dan jasa serta tumbuhnya ekonomi masyarakat.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Kementerian Pemuda dan

Olahraga RI, cq. Asdep Penerapan Iptek, yang telah menjadi sponsor keterlaksanaan peneilitian ini.

2

Dipilihnya kota Palembang sebagai tempat penyelenggaraan selain Jakarta tentu bukan

tanpa alasan. Selain karena pemerataan kesempatan, Palembang dipilih karena komitmen

pimpinan daerah dan didukung oleh kesiapan infrastrukturnya. Meski penyelenggaraan SEA

Games dilakukan di dua kota, penyelenggaranya tetap ada dalam koordinasi panitia pusat yang

disebut Indonesia South East Asian Games Organizing Committee (INASOC).

Ditunjuknya Indonesia sebagai penyelenggara SEA Games tentu memiliki konsekuensi,

salah satunya adalah anggaran. Terkait dengan masalah ini, pemerintah melalui APBN 2010,

menganggarkan biaya SEA Games sebesar 350 miliar rupiah, sementara dari APBN 2011

dianggarkan sebesar 2,1 triliun rupiah. Bahkan Menpora Andi Mallarangeng pada suatu

kesempatan mengatakan bahwa Pemerintah menambah anggaran senilai 1 triliun rupiah dari

APBN termasuk 600 miliar rupiah dari anggaran untuk sektor pendidikan, dan sumbangan dana

dari sponsor (Wikipedia, 2011). Artinya, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan oleh

Pemerintah, termasuk masyarakat, terkait dengan penyelenggaraan SEA Games. Pada saat yang

sama, hal yang demikian menunjukkan komitmen dan kesungguhan bangsa ini untuk

mengemban amanah internasional.

Pertanyaannya kemudian apakah SEA Games lebih sebagai pagelaran olahraga semata,

ataukah memiliki dampak sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar? Dalam beberapa

kasus, SEA Games yang dihelat di Palembang tak hanya jadi ajang bagi atlet untuk berjuang

membela negara, tetapi masyarakat Palembang juga memanfaatkan SEA Games sebagai

kesempatan emas untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya. Sebagai contoh, warga

Palembang yang mempunyai rumah lebih ternyata menyewakan rumahnya kepada awak media

yang ingin mendapatkan tempat tinggal selama meliput SEA Games. Informasi yang dihimpun

DetikSport (2011) menunjukkan bahwa biasanya biaya sewa rumah ukuran menengah ke atas Rp

10 juta per bulan, maka selama SEA Games harganya meningkat hingga Rp 20-25 juta per bulan.

Demikian juga dengan ruko-ruko yang disewakan untuk LOC (panitia lokal) SEA Games,

harganya bisa mencapai 35 juta per bulan, jika sebelumnya pada hari biasa sekitar Rp 20 juta

sampai Rp 25 juta per bulan. Demikian juga dengan penyewaan kendaraan bermotor seperti

mobil bisa dikenakan biaya sekitar Rp 900 ribu hingga Rp 1,5 juta per harinya, dari biasanya

sekitar Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu per harinya. Untuk motor, biaya sewanya, yang jika hari

biasa hanya sekitar Rp 50 ribu, kini bisa mencapai Rp 100 ribu per hari selama penyelenggaraan

SEA Games. Sementara itu untuk hotel yang biasanya dikenakan biaya Rp 350 ribu untuk kamar

3

tipe Deluxe per malam, misalnya, maka untuk SEA Games dikenakan biaya Rp 765 ribu per

malamnya. Sudah bisa diperkirakan berapa keuntungan yang bisa didapat masyarakat lokal

selama perhelatan SEA Games? Hotel-hotel berbintang di Palembang sudah full-booked

beberapa hari sebelum upacara pembukaan, begitu pula dengan rumah-rumah warga.

Bagaimana dampak sebuah event seperti ini di luar negeri? Sebagai ilustrasi kasus

Olimpiade Barcelona yang digelar 1992. Indikator signifikan terjadi pada potensi pariwisata

kota. Pada tahun 1990, Barcelona memiliki total 118 hotel, di antara mereka menyediakan

10.265 kamar dan 18.569 tempat tidur. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1992 akhir,

jumlah hotel telah meningkat menjadi 148, dengan 13.352 kamar dan 25.055 tempat tidur.

Angka-angka ini mewakili kenaikan 35% dalam jumlah tempat tidur hotel yang tersedia.

Sementara itu, tarif kamar diperiode yang sama telah meningkat dari 71% menjadi 84% (Duran,

2005).

Meskipun tahun-tahun setelah Olimpiade yang agak bermasalah untuk pasar wisata, dengan

resesi yang mengarah ke penurunan tingkat hunian (54% pada tahun 1993 dan 1994), namun

sekarang jelas bahwa kebijakan tersebut dianggap tepat. Berkat visi ke depan yang kuat,

Barcelona sekarang menikmati situasi yang luar biasa: empat tahun berturut-turut 80% atau lebih

tinggi tarif hunian, tempat tidur hotel 85% lebih dari tahun 1990 dan 37% lebih dari tahun 1992

(ada 34.303 tempat tidur pada akhir 2001.

Sementara itu pada konteks Olimpiade Sydney 2000, warisan terbesar bagi masyarakat

Sydney adalah infrastruktur fisik yang dibangun, seperti Stadion Olimpiade, Sydney

Internasional dan Pusat olahraga Akuatik, Pusat Olahraga, hotel, kampung atlet, dan banyak lagi

(Waitt, 2003). Fasilitas ini telah digambarkan sebagai "tempat terbaik di dunia. Terkait dengan

aspek ekonomi, penyelenggaraan Olimpiade telah memberikan beberapa pekerjaan yang

berhubungan dengan konstruksi, layanan yang disediakan di Olimpiade, layanan rumah tangga di

Desa, layanan makanan dan minuman di Stadion dan sebagainya. Meskipun demikian, ada

beberapa hal yang patut dicatat bahwa persiapan Olimpiade menginvestasikan sejumlah besar

modal di daerah dan pada saat yang sama peran daerah dalam mengambil keputusan dikurangi,

kurangnya transparansi dan akuntabilitas publik, ada keterasingan masyarakat dalam pelibatan

yang berpotensi memperburuk kesenjangan sosial-ekonomi, dan membatasi tingkat partisipasi

masyarakat termasuk dalam akses fasilitas yang ada (Waitt, 2003).

4

Hal yang sama juga terjadi di India ketika menggelar Commonwealth Games 2010, dana

alokasi yang besar ternyata tidak cukup membangkitkan semangat India untuk mentransformasi

diri (Uppal, 2010). Watak pembangunannya cenderung elitis, anti rakyat miskin, buruk dalam

perencanaan, termasuk dari perspektif ekologis. Catatan pentingnya, masyarakat tidak boleh

dikorbankan hanya karena alasan nasionalisme dan sentimen yang hiperbolik.

Pengalaman negara-negara lain dalam menggelar event besar olahraga sangat bervariasi,

antara kutub positip yang menganggap bahwa event tersebut akan membawa manfaat bagi

masyarakat, dan kutub negatip yang menganggap bahwa suatu event pada gilirannya merugikan

masyarakat. Bagaimana konteks SEA Games yang diselenggarakan oleh Indonesia, terutama

terkait dengan masyarakat yang ada di Palembang. Bagaimanakah respons masyarakat

Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games 2011? Apakah mereka merasakan manfaat atas

digelarnya SEA Games 2011? Hal inilah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini.

Substansi masalah dalam penelitian ini akan dikaji dari perspektif social exchange theory.

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia, termasuk interaksi sosial, pada

dasarnya merupakan pertukaran kepentingan atas dasar untung rugi, baik yang nyata maupun

tidak nyata (Ekeh, 1974; Zafirovski, 2005). Dalam perspektif social exchange theory, antara

individu dengan lingkungan, termasuk dengan individu yang lain, terdapat hubungan yang

bersifat reciprocal. Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita

dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi.

Dalam hubungan tersebut terdapat unsur reward, cost, dan profit (Ekeh, 1974; Zafirovski, 2005).

Reward merupakan sesuatu yang diperloleh melalui adanya cost yang dikeluarkan, sementara

cost merupakan sesuatu yang dikeluarkan atau dikorbankan, dan profit adalah reward dikurangi

dengan cost. Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula

kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali. Prinsip dasar pertukaran sosial adalah

distributive justice - sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi.

Dalam pertukaran dengan orang lain, seseorang akan mengharapkan imbalan yang diterima

sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tinggi pengorbanan, makin

tinggi imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan

investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan. Individu akan melakukan

penilaian, positip atau negatip, atas sesuatu yang dipertukarkan, misalnya eksistensi sebagai tuan

rumah dan adanya event yang digelar. Penilaian positip akan terjadi apabila kedua belah pihak

5

memiliki posisi tawar yang tinggi dalam sesuatu yang dipertukarkan. Posisi tawar diperoleh dari

kepemilikan, pengendalian, dan pengaruh sumberdaya atas sesuatu. Sebaliknya, penilaian

negatip terjadi ketika kedua belah pihak memiliki posisi tawar yang rendah. Artinya, mereka

mendapatkan keuntungan yang sedikit atau bahkan tidak mendapatkan keuntungan sama sekali.

Gambar 1: Social Exchange Process (Zafirovski, 2005)

Dalam konteks penyelenggaraan SEA Games, masyarakat Palembang akan melakukan

penilaian, apakah SEA Games yang digelar di wilayahnya memberikan manfaat pada dirinya

atau justru memberikan kerugian baginya. Secara teoretik, hal ini akan sangat berhubungan

dengan transaksi yang terjadi antara kebutuhan dan “investasi” masyarakat sekitar dengan

manfaat yang diperolehnya. Apakah masyarakat Palembang sekadar memperoleh hiruk pikuk

keramaian SEA games, termasuk dengan kemacetannya? Ataukah masyarakat Palembang

memperoleh manfaat langsung dari penyelenggaraan SEA Games, seperti mendapat pekerjaan

dari kepanitiaan, penjualan souvenir, dan tingginya angka hunian yang berujung pada

peningkatan pendapatan. Konteks “manfaat” pada dasarnya tidak semata pada dampak ekonomi,

Need &

Satisfaction

Motives

Antecedents

Rationality

Satisfaction-

benefits

Reciprocity

Justice

principle

Form of

exchange

relationship

Balance

Unbalance

social

exchange

initiation

social

exchange

formation

social

exchange

transaction

Results of

exchange

relationship

Actions

Outcomes

Positive evaluation of the

results arising from the

social exchange may

reinforce the desire for

future participation in the

relationship

Antecedent conditions not met for a social

exchange relationship to become established

6

melainkan juga dimensi psikologis seperti rasa bangga pada daerah dan bangsanya serta

kepuasan atas prestasi yang dicapai oleh para atlet.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan angket sebagai instrumen

utamanya.. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan fenomena,

kondisi, atau variabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis. Ary,

Jacobs, dan Razavieh, (1990: 381) menyatakan :” ... descriptive research is not generally

directed toward hypotesis testing. The aim to describe “what exists” with respect to variables or

conditions in situation”. Bentuk sederhana dari penelitian deskriptif adalah penelitian dengan

satu variabel. Demikian juga bentuk analisisnya biasanya menggunakan statistik deskriptif

seperti mean, median, persentase, rasio, dan sebagainya. Sedangkan terkait dengan teknik survei,

Frankeal (1993: 342) mengatakan “survey research involves researchers asking a large group of

people questions about a particular topic or issue. This asking of questions, all related to the

issue of interest, is called a survey penelitian yang dilakukan ini terkait dengan isu

diselenggarakannya SEA Games Palembang dengan melibatkan sampel yang relatif banyak.

Penelitian dilakukan di Palembang terkait dengan penyelenggaraan SEA Games 2011.

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat dari berbagai golongan status sosial ekonomi,

usia, dan seluruh kecamatan (16 kecamatan) yang berada di wilayah kota palembang. Menurut

data BPS Palembang (2010), jumlah penduduk Kota Palembang sebesar 1.440.940 orang.

Sampel diambil secara accidental proporsional sampling, yaitu dari masing masing kecamatan

diambil sampel secara eksidental proporsional sesuai dengan jumlah penduduknya dengan

besaran proporsi 0,1%. Dari proporsi yang demikian, maka diperoleh angka sebesar 1.441 orang.

Di sini perlu diberikan catatan bahwa jumlah tersebut merupakan penduduk usia 0 tahun hingga

60 tahun ke atas. Peneliti berpendapat, individu yang dapat memberikan penilaian secara matang

adalah mereka yang berusia 15 tahun ke atas, yang jumlahnya 73% dari total penduduk.

Berdasarkan teknik penentuan sampel tersebut diperoleh responden sebanyak 1068 orang dari 16

kecamatan yang ada di kota Palembang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dan dimodifikasi dari Enthusiasm

Scale (Waitt, 2003) yang pernah digunakannya untuk mengukur respons masyarakat Australia

terhadap penyelenggaraan Olimpiade Sydney 2000. Respons tersebut dikategorikan ke dalam

7

empat kategori, yakni respons kesenangan terhadap kondisi saat dan hasil dari penyelenggaraan,

respons terhadap manfaat secara individu, respon terhadap manfaat sosial, dan respons terhadap

pemanfaatan fasilitas olahraga setelah selesai SEA Games. Respons tersebut diditribusikan ke

dalam sembilan pertanyaan dengan rentang jawaban ya”, “tidak”, dan “tidak tahu”.

Pengumpulan data dilakukan di wilayah kecamatan masing-masing sesuai kesepakatan yang

dicapai antara petugas pengumpul data dengan koordinatornya. Secara umum, pengumpulan data

dilakukan mulai tanggal 18-25 Nopember 2011. Mengingat data pada umumnya berupa data

nominal dan ordinal, selain digunakan analisis statistik deskriptif, maka untuk mengetahui

keterkaitan usia, jender, pekerjaan, dan lokasi kecamatan dengan jawaban, maka digunakan

statistik Chi-Square.

Hasil Penelitian

Respons Masyarakat Palembang terhadap Pelaksanaan SEA Games

Respons di sini dimaksudkan sebagai tanggapan dan penilaian masyarakat yang didasarkan

pada apa yang ia dengar, amati, rasakan, dan alami terkait dengan penyelenggaraan SEA Games.

Ketika masyarakat Palembang ditanya apakah anda merasa senang terhadap pelaksanaan SEA

Games 2011? Sebanyak 97,5% menyatakan senang; 2,1% menyatakan tidak senang; dan hanya

0,5% menyatakan tidak tahu. Artinya, pelaksanaan SEA Games direspons secara positip oleh

sebagian besar masyarakat Palembang. Kelompok responden remaja lebih memberikan respons

positip dibanding kelompok dewasa dan lansia. Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa

usia berpengaruh terhadap senang dan tidaknya kegiatan SEA Games.

Tabel 1: Respons masyarakat Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games

Tabel 2: Analisis Chi-Square terhadap Usia dan Respons yang diberikan

Linear-by-Linear

Association

Dilihat dari domisili dimana responden berada, respons positip justru semakin kuat pada mereka

yang jauh dari tempat diselenggarakannya SEA Games. Dengan kata lain, semakin dekat dengan

tempat pelaksanaan SEA Games, responsnya semakin rendah. Penjelasan yang bisa diberikan

terkait dengan hal ini adalah mereka yang dekat dengan tempat kegiatan, pada tingkat tertentu

merasakan dampak ketidaknyamanan, seperti kemacetan dan keramaian akibat digelarnya SEA

Games.

Tabel 3: Respons masyarakat Palembang terhadap SEA Games menurut tempat tinggal

Ketika kepada mereka ditanya apakah mereka datang ke lapangan untuk menyaksikan

pertandingan SEA Games? Sebanyak 14,3% menyatakan datang ke lapangan, 85,1% tidak, dan

0,6% tidak tahu. Dari data ini bisa diperkirakan bahwa masyarakat Palembang usia 15 tahun ke

atas yang datang ke lapangan menyaksikan pagelaran SEA games sebanyak 149.878 orang.

9

Tabel 4: Masyarakat Palembang yang datang ke lapangan menyaksikan SEA Games

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa usia

berpengaruh terhadap keterlibatan dalam kegiatan SEA Games di Palembang. Keteribatan

remaja lebih tinggi dibanding usia dewasa dan lanjut usia.

Tabel 5: Analisis Chi-Square terhadap usia dan keterlibatan responden

Linear-by-Linear

Association

Kesenangan terhadap SEA Games tidak harus diwujudkan dengan hadir di lapangan, tetapi

bisa juga dilakukan dengan cara menontonnya lewat televisi. Ketika ditanya apakah mereka

menonton SEA Games melalui TV? Sebanyak 90,1% menyatakan menonton, 9,7% menyatakan

tidak, dan 0,2% tidak tahu. Jika dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang di atas 15

tahun, maka sebanyak 944.338 orang menonton SEA Games melalui televisi.

Tabel 6: Masyarakat Palembang yang menonton SEA Games lewat TV

10

Selain dapat menggerakkan masyarakat untuk datang ke lapangan dan atau menontonnya di

televisi, SEA Games di Palembang juga membangkitkan kebanggaan masyarakat. Ketika ditanya

apakah mereka bangga atas prestasi Indonesia dalam SEA Games? Sebanyak 95,6% menyatakan

bangga, 3,4% menyatakan tidak, dan 1,0% menyatakan tidak tahu.

Tabel 7: Kebanggaan masyarakat Palembang terhadap prestasi Indonesia dalam SEA

Games

Apakah anda bangga atas prestasi Indonesia dalam SEA Games?

Pada tingkat tertentu, penyelenggaraan SEA Games dapat menyatukan masyarakat, menjalin

kebersamaan. Ketika ditanya apakah mereka merasakan kebersamaan diantara anggota

masyarakat Palembang dalam SEA games? Sebanyak 70,8% merasakan kebersamaan, 18,7%

menyatakan tidak, dan 10,5% menyatakan tidak tahu.

Tabel 8: Rasa kebersamaan masyarakat Palembang dalam pelaksanaan SEA Games

Apakah anda merasakan kebersamaan masyarakat dalam SEA games?

Manfaat SEA Games bagi Masyarakat Palembang

Ketika ditanya apakah anda terlibat dalam kegiatan SEA Games? Sebanyak 14,3%

menyatakan terlibat, 85,1% menyatakan tidak, dan 0,6% tidak tahu. Jika dikonfirmasi dengan

jumlah penduduk Palembang berusia 15 tahun ke atas, maka sebanyak 149.878 orang terlibat

dalam kegiatan SEA Games.

11

Tabel 9: Keterlibatan masyarakat Palembang dalam SEA Games

Apakah anda terlibat dalam kegiatan SEA Games?

Tabel 10: Keterlibatan responden berdasarkan tempat tinggal

Ketika ditanya apakah anda mendapatkan manfaat dari kegiatan SEA Games? Sebanyak

57,2% menyatakan mendapatkan manfaat, 37,8% menyatakan tidak, dan 5,0% menyatakan tidak

tahu. Apabila dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang berusia 15 tahun ke atas, maka

sebanyak 599.513 orang merasakan manfaat dari digelarnya SEA Games.

Tabel 11: Manfaat SEA Games berdasarkan pekerjaan

12

Tabel 12: Manfaat SEA Games bagi masyarakat Palembang

Tabel 13: Manfaat SEA Games berdasarkan tempat tinggal responden

Sebanyak 70,7% menyatakan merasakan kebersamaan masyarakatdalamkegiatan SEA

Games; 18,7% menyatakan tidak merasakan kebersamaan masyarakat dalam kegiatan SEA

Games; dan hanya 10,5% menyatakan tidak tahu. Responden dengan kategori usia lansia

menjawab merasakan kebersamaan masyarakat dalam kegiatan SEA Games dengan persentase

tertinggi 76,2%, sedangkan usia dewasa menyatakan merasakan kebersamaan masyarakat dalam

kegiatan SEA Games terendah dengan 68,6%.

Tabel 14: Kebersamaan masyarakat berdasarkan usia

13

Penggunaan Fasilitas Pasca SEA Games

Persoalan klasik pasca penyelenggaraan suatu event besar olahraga adalah keberlanjutan

penggunaan fasilitas yang telah dibangun. Ketika ditanya apakah mereka yakin masyarakat akan

menggunakan fasilitas yang ada setelah SEA Games selesai? Sebanyak 42,2% menyatakan yakin

akan menggunakan, 28,5% menyatakan tidak menggunakan dan 29,2% menyatakan tidak tahu.

Keyakinan tersebut terasa lebih kuat pada responden laki-laki dibanding perempuan.

Tabel 15: Keyakinan masyarakat Palembang terhadap penggunaan fasilitas pasca SEA

Games

Apakah anda yakin masyarakat akan menggunakan fasilitas yang ada setelah SEA

Games selesai?

Tabel 16: Keyakinan masyarakat menggunakan fasilitas SEA Games menurut jender

Dampak SEA Games pada aktivitas Berolahraga Masyarakat Palembang

Ketika ditanya apakah SEA Games akan mempengaruhi mereka dalam melakukan olahraga?

Sebanyak 40,7% menyatakan mempengaruhi aktivitas olahraga yang dilakukan, 55% tidak

mempengaruhi, dan 4,2% tidak tahu. Apabila dikonfirmasi dengan jumlah penduduk Palembang

berusia 15 tahun ke atas, maka sebanyak 426.577 orang terdorong melakukan olahraga

terinspirasi dari aktivitas olahraga di pagelaran SEA Games.

Dari perspektif jender, pengaruh lebih kuat pada responden laki-laki daripada perempuan.

Hal ini seiring dengan tingkat partisipasi dalam berolahraga, yakni pada laki-laki lebih tinggi

daripada perempuan. Dilihat dari jenis pekerjaan, kelompok responden pelajar paling tinggi

14

aktivitas olahraganya, diikuti TNI/Polri dan PNS. Sementara itu, kelompok responden yang

paling rendah aktivitas olahraganya adalah buruh dan swasta.

Tabel 17: Dampak SEA Games pada pola aktivitas berolahraga masyarakat Palembang

Apakah SEA Games mempengaruhi anda melakukan olahraga?

Tabel 18: Aktivitas olahraga responden berdasarkan jender

Tabel 19: Aktivitas olahraga responden berdasarkan pekerjaan

Simpulan dan Saran

Penelitian ini telah sebegitu jauh mengidentifikasi dan mengungkapkan dampak psiko-sosial

SEA Games 2011 di Palembang. Setelah melakukan kajian mendalam atas respons masyarakat

Palembang terhadap penyelenggaraan SEA Games, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa

15

penyelengaraan SEA Games mampu membangkitkan antusiasme masyarakat, memperkuat

semangat keindonesiaan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat Palembang. Secara rinci,

kesimpulan studi ini dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Respons masyarakat Palembang terhadap pelaksanaan SEA Games sangat positip, 97,5%

merespons senang. SEA Games direspons positip baik oleh remaja, dewasa, maupun

lansia, pria dan wanita dengan jenis pekerjaan yang beragam, termasuk buruh. Sebanyak

14,3 responden hadir ke lapangan menyaksikan pertandingan dan 90,1% mereka

menontonnya melalui layar televisi. Sebanyak 95,6% responden mengaku bangga dengan

prestasi yang dicapai Indonesia dan mereka (70,8% responden) merasakan suasana

kebersamaan masyarakat Palembang selama penyelenggaraan SEA Games.

2. Masyarakat Palembang (57,2%) mendapatkan manfaat dari digelarnya SEA Games,

bahkan sebanyak 14,3% terlibat baik langsung maupun tidak langsung terhadap

pelaksanaan SEA Games. Keterlibatan tertinggi ada pada TNI/POLRI hingga mencapai

54,5%, kemudian berturut-turut pelajar (25,5%), PNS (18,3%), buruh (12,8%), dan

swasta (5,6%).

3. Terkait dengan penggunaan fasilitas pasca SEA Games digelar, sebanyak 42,2%

responden yakin bahwa masyarakat akan menggunakan fasilitas tersebut, namun 57,8%

responden tidak yakin dan ragu apakah fasilitas yang dibangun dengan biaya milyaran

tersebut akan diguna-optimalkan oleh masyarakat.

4. Digelarnya SEA Games di Palembang ternyata juga membangkitkan 40,7% masyarakat

Palembang untuk berolahraga. Artinya, mereka terdorong dan terinspirasi melakukan

olahraga sebagai akibat tergeloranya spirit olahraga selama SEA Games. Dampak

tertinggi ada pada kelompok pelajar (57%), diikuti TNI/POLRI (50%), PNS (49,5%),

swasta (38%), dan buruh (27,7%).

A. Saran

1. Memperhatikan respons yang sangat positip bertautan dengan diselenggarakannya SEA

Games di Palembang, maka kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan event-event

besar olahraga disejumlah daearah yang dianggap memadai perlu mendapatkan

16

dukungan. Event besar tidak hanya terkonsentrasi di ibu kota, tetapi mengalir ke tempat

lain, yang ini pada gilirannya akan mendinamisasi pembangunan di wilayah tersebut.

2. Keterlibatan masyarakat lokal, termasuk institusi Pemda, DPRD dan kelompok-kelompok

masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian perlu ditingkatkan.

Partisipasi dan keterlibatan yang tinggi merupakan bagian penting dari rasa ikut memiliki

dan bertanggung jawab dari masyarakat lokal.

3. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan disaat SEA Games digelar dan

beberapa hari pasca ditutup. Artinya, suasana psikologis masyarakat masih dalam

euphoria kemenangan dan kesuksesan. Kasus-kasus akibat mis-manajemen seperti hutang

panitia hingga ratusan milyar belum sempat ter-ekspose. Ke depan perlu dipertimbangkan

untuk melakukan riset sebelum, selama, dan sesudah suatu event digelar, agar dapat

diikuti perkembangannya.

17

Daftar Pustaka

Ary. D.. Jacobs. L.C.. & Razavieh. A. (1990). Introduction to research in education (4th edition).

New York: Harcourt Brace College Publisher.

BPS Palembang (2008). Palembang dalam angka. Palembang: Badan Pusat Statistik.

Chasman, R. & Hughes, A. (1999). In staging the Olympic: The event and its impact. Randwick:

University of New South Wales Press.

Dinkes Palembang (2009). Profil kesehatan kota Palembang 2008. Palembang: Dinas Kesehatan

Palembang.

Duran, P. (2005) The impact of the Games on tourism: Barcelona: the legacy of the Games,

1992-2002 [online article]. Barcelona: Centre d’Estudis Olímpics UAB. Tersedia dalam

//olympicstudies.uab.es/pdf/wp083.pdf

Ekeh, P. (1974). Social exchange theory. Cambridge: Harvard University Press

Fraenkel. J.R. & Wallen. N.E. (1993). How to design and evaluate research in education. New

York: McGraw-Hill Inc.

Fredline, E. & Faulkner, B. (1998). Resident reactions to a major tourism event: The gold coast

indi car race. Festival Management & Event Tourism, 5: 185-205.

Maksum, A. (2011). Psikologi olahraga: Teori dan aplikasi (edisi kedua). Surabaya: Unesa

University Press.

Muller, W. & Fenton, D. (1989). Psychological and community issues. The planning and

evaluation of hallmark event, G. Syme, B. Shaw, D. Fenton & W. Muller, eds., pp. 92-102.

Aldershot: Avebury.

Sosial budaya masyarakat Palembang, tersedia dalam www.palembang.go.id.

South East of England Development Agency (2006). Review of the Impacts of the London 2012

Olympic and Paralympic Games on the South East Region.

Uppal, V. (2010). The impact of the commonwealth games 2010 on urban development of Delhi.

Centre for Civil Society, New Delhi, India

Waitt, G. (2003). Social impacts of the Sydney Olympics. Annual of Tourism Research, Vol. 30,

No. 1, pp. 194-215. Britain: Elsevier Science Ltd.

Zafirovski, M. (2005). Social Exchange Theory under Scrutiny: A Positive Critique of its

Economic-Behaviorist Formulations. Electronic Journal of Sociology.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA