Allah akan memberikan rahmat kepada manusia dan memberikan pahala yang berlipat kepada orang yang

Please log in or register to like posts.

News

Terasa kita telah melewati Ramadhan hingga hari ke 20. Seperti yang kita bahas sebelumnya jika Allah melimpahkan segala rizki, rahmat, serta ampunan kepada hambanya yang melakukan kebaikan juga ibadah. Dan 10 hari pertengahan ini merupakan bulan yang penuh maghfiroh. Dan berikut pemaparannya: Pada hari ke – 11 bulan Ramadhan Allah SWT mencatat amalan yang dilakukan manusia pada hari itu dengan pahala seperti pahala empat kali orang yang haji dan umrah, dengan setiap yang berhaji bersama seorang Nabi, dan setiap yang umrah bersama orang yang syahid. Pada hari ke – 12 Allah SWT menjadikan keimanan yang dapat merubah keburukan-keburukan menjadi kebaikan-kebaikan yang berlipat-ganda, dan mencatat setiap kebaikan sebagai seribu kebaikan bagi hambanya yang mau melaksanakan puasa serta amalan baik pada hari itu. Segala puji bagi Allah. Pada hari ke-13 Allah mencatat pahala seperti pahala ibadah penduduk di Kota Mekkah dan Madinah, dan Allah memberi syafaat berupa bebatuan dan bongkahan tanah liat yang ada di antara Mekkah dan Madinah. Maksudnya adalah Allah memberikan syafaat sangat besar. Pada hari ke-14 Allah memberikan maghfiroh seperti bertemu dengan Nabi Adam,Nuh,Ibrahim,Musa,Daud,dan Sulaiman dan seperti beribadah kepada Allah bersama setiap Nabi selama dua ratus tahun. Sungguh hal ini yang diinginkan setiap umat muslim. Pada hari ke-15 Allah SWT menunaikan untuk orang – orang yang beribadah pada hari itu hajat-hajat dunia dan akhirat, memberinya apa yang diberikan kepada Nabi Ayyub; serta para malaikat pemikul Arasy memohonkan ampunan untuknya, dan pada hari kiamat Allah akan memberi empat puluh cahaya, sepuluh cahaya dari sebelah kanan dan sepuluh dari sebelah kirinya kemudian sepuluh dari depan, dan sepuluh cahaya sisanya dari belakang. Maka pada hari kiamat orang – orang tersebut mendaoatkan jalan yang baik dari Allah. Pada hari ke -16 Allah SWT memberi enam puluh pakaian untuk dipakai, enam puluh onta untuk dikendarai, dan Allah swt mengirimkan awan untuk menaungi dari sengatan panas pada hari kebangkitan. Subhanallah. Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmatnya. Pada hari ke-17 Allah SWT mengatakan: sungguh Aku telah mengampuni mereka dan bapak-bapak mereka, Aku akan lindungi mereka dari azab hari kiamat. Pada hari ke-18 puasa ramadhan, Allah SWT memerintahkan para malaikat agar memohonkan ampunan untuk umat Nabi Muhammad SAW sampai tahun selanjutnya dan Allah SWT memberikan pahala para syuhada. Pada hari ke-19 Semua malaikat akan meminta izin kepada Allah agar daoat berziarah ke makam hambanya yang senantiasa sewaktu hidupnya berpuasa pada hari ini dan membawakan hadiah. Pada hari ke-20 Allah akan memberikan banyak syafaat bagi hambanya. Salah satunya menjauhkan hambanya dari setan dan memberikan jarak yang cukup besar antara hambanya dan neraka. Dalam hadist Salman Al – Farisi ia menceritakan bahwa Rosulullah SAW pernah berkhutbah saat menjelang Ramadhan. Di daam khutbah tersebut Rasulullah bersabda :

Karena ini merupakan fase dimana Allah memberikan maghfiroh pada umatnya, maka beruntunglah orang – orang yang senantiasa beribadah seperti tadarus, membaca qur’an, sholat malam dan masih banyak lagi serta memohon ampunan dengan ikhlas. Dan rugilah orang – orang yang menyia – nyiakan waktu ini untuk hal – hal duniawi semata.

Jakarta -

Surat At Taubah berarti pengampunan. Surat ini diturunkan di Madinah sesudah surat Al Maidah dan terdiri dari 129 ayat. Mengutip buku Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 2 karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, surat ini juga memiliki banyak nama yakni, surat Bara-ah, surat Mukhziyah, surat Munaffirah, dan surat Al Adzab.

Dinamakan surat Bara-ah karena surat ini merupakan pernyataan bahwa Nabi Muhammad SAW dan orang-orang mukmin melepaskan diri dari segala ikatan perjanjian yang dibuat bersama orang munafik.

Selain itu, dalam sejumlah ayatnya, surat At Taubah ayat 20-22 berisikan inti perintah Allah SWT kepada orang mukmin. Inti perintah Allah SWT kepada orang mukmin yang terdapat dalam surah At Taubah ayat 22 tersebut adalah perintah untuk berhijrah dan berjihad di jalanNya.

Bacaan surat At Taubah ayat 20-22 selengkapnya dapat disimak dalam penjelasan berikut,

Surat At Taubah ayat 20-22, Arab, Latin, dan artinya

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ(20) الْفَائِزُونَ(21) يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ

(22) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Bacaan latin: Allażīna āmanụ wa hājarụ wa jāhadụ fī sabīlillāhi bi`amwālihim wa anfusihim a'ẓamu darajatan 'indallāh, wa ulā`ika humul-fā`izụn.

Yubasysyiruhum rabbuhum biraḥmatim min-hu wa riḍwāniw wa jannātil lahum fīhā na'īmum muqīm. Khālidīna fīhā abadā, innallāha 'indahū ajrun 'aẓīm.

Artinya: "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.

Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridaan dan surga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar."

Ayat-ayat di atas pada dasarnya berikan perintah Allah SWT kepada orang mukmin untuk melakukan hijrah dan jihad di jalan Allah SWT. Kemudian, melalui ketiga ayat di atas diterangkan pula ganjaran yang dijanjikan Allah SWT bagi yang berhasil mempertahankan keimanannya.

"Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dengan iman yang kokoh yang mendorongnya rela hijrah meninggalkan kampung halamannya. Apalagi jika amal-amal yang tersebut diikuti dengan jihad di jalan Allah yaitu dengan mengorbankan harta kekayaan dan jiwa raganya," tulis Al Quran Kemenag dalam tafsirnya.

Dengan berbagai pengorbanan yang dilakukan orang berhijrah maupun berjihad, ada beberapa ganjaran yang dijanjikan Allah SWT kepada mereka dalam surat At Taubah ayat 20-22 ini. Berikut di antaranya,

  1. Mendapat balasan rahmat yang luas.
  2. Memperoleh paha terbesar yakni, keridhaan yang sempurna dari Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW yang berbunyi,

"Allah berfirman kepada ahli surga, 'Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan.'

Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?"

Allah berkata, "Aku telah meridai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya." (Riwayat al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa'i dari Abi Said al-Khudri).

3. Surga yang menjadi tempat tinggal mereka selama-lamanya.

Menurut tafsir dari Kemenag, Allah SWT tetap memberikan penghargaan bagi orang-orang yang tidak melakukan jihad atau berhijrah. Orang-orang yang dimaksud adalah mereka yang turut menyediakan minumam bagi para jemaah haji dan ikut memakmurkan Masjidil haram.

Meskipun pahala yang dijanjikan tidak sebesar bagi mereka yang telah banyak berkorban untuk hijrah dan jihad. Jadi, pada intinya, perintah Allah SWT kepada orang mukmin yang terdapat dalam surat At Taubah ayat 20-22 adalah untuk mendorong mereka berhijrah dan jihad memperjuangkan agamaNya.

Wallahu'alam.

Simak Video "Diduga Nistakan Agama, Pendeta Saifuddin Ibrahim Dilaporkan ke Bareskrim!"



(rah/row)

12 July 2017

Oleh : Mas Hushendar, S.H., M.H.

Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Maluku Utara

          Telah menjadi sifat dan sikap kodrati manusia berharap mendapat keberuntungan dalam menjalani kehidupan  di dunia ini. Dengan keberuntungan akan membantu kebutuhan hidup atau meringankan beban hidup, bahkan terciptanya  kesuksesan hidup. Keberuntungan dalam arti sempit hanya dikaitkan dengan suatu undian berbagai kegiatan dan bentuk, seperti : Arisan, tiket, struk pembelian, kupon, dan perjudian. Dalam dunia usaha faktor keberuntungan dapat terjadi, dalam mana seorang  membeli barang atau surat berharga dengan harga murah di bawah pasaran, lalu dijual dengan harga lebih tinggi. Berbagai macam keberuntungan ini, semata terpokus kepada wujud materi baik berupa uang maupun barang yang beragam jenis, ukuran, bentuk, dan nilainya. Semata hanya mengejar untuk mewujudkan kebahagian dunia, padahal kehidupan sesungguhnya adalah alam akhirat. Adakalanya   seseorang untuk mendapatkan  keberuntungan atau mewujudkan keinginannya menempuh berbagai cara, antara lain meminta bantuan seorang bahkan lebih paranormal, dukun, peramal atau orang yang dianggap memiliki kemampuan lainnya tidak atas dasar agama. Ia mempercayainya seseorang tersebut memiliki kekuatan atau kemampuan khusus selain dari Allah SWT yang dapat mengabulkan apa yang dimohonkannya. Usaha demikian bertentangan dengan ajaran Islam karena menjurus kepada perbuatan syirik, seharusnya berdoa memohon keberkahan dan kemudahan hidup kepada Allah SWT  karena “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu”. Menjadi renungan kita bagaimana mencari keberuntungan untuk memenuhi persyaratan sebagai manusia surga dalam kehidupan akhirat kelak.

         Sesungguhnya begitu banyak keberuntungan yang akan diperoleh manusia dari Allah Swt apabila berusaha melakukan yang dianjurkan dan diperintah-Nya, bahkan baru niat saja untuk melakukan suatu kebaikan sudah merupakan rekening tabungan amal karena sudah dicatatkan, apalagi jika ia melaksanakan niat tersebut maka dicatat berlipat ganda. Sebagaimana dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. Berkata, “Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman, dan firman-Nya itu benar, “Apabila hamba-Ku bermaksud melakukan kebaikan, maka catatlah sebagai satu kebaikan. Jika ia melakukannya, maka catatlah sepuluh lipat baginya. Apabila ia bermaksud .........” (Hadits ditakhrij oleh At Tirmidzi).

          Umat Allah Swt ditawarkan berbagai kemudahan untuk mendapat balasan pahala sehingga aneka macam dapat diperbuat seperti ajakan atau himbauan untuk melakukan kebaikan dan mencegah suatu perbuatan yang buruk  kepada sesama  manusia yang dikenal dengan istilah “Amar maruf nahi munkar” yang berulang termuat dalam kalam Illahi (QS. At Taubah : 71, QS. Al Ma’idah : 78-79, dan QS. Ali Imran : 104 dan 110). Kiranya dapat menggerakan kesadaran umat manusia untuk berlomba-lomba mencari kebaikan dan keberkahan Allah sebagai bekal kehidupan pada akhir jaman.

           Memang  manusia cenderung melakukan perbuatan yang dilarang dalam Al Qur’an dan As Hadits, baik kurang disadari (khilaf) maupun sengaja dilakukan karena terpaksa atau sudah merupakan pekerjaan atau prilaku buruk sehingga perlu diketuk hati dan pikirannya agar kembali ke jalan yang benar dan lurus yang di ridhoi Allah pencipta alam semesta. Oleh karena kita terlahir sebagai manusia yang diberkahi pikiran dan perasaan diamanati kewajiban hidup untuk memberikan nasihat yang berfaedah kepada sesama saudara muslim. Ini sebagaimana termaktub dalam Qur’an Surat Al A’raf “Aku bagi kalian adalah pemberi nasehat (berkeinginan baik)”dan diperkuat oleh hadits : “Aku niat bai’at (berikrar) kepada Rosulullah Saw. Untuk mendirikan shalat, memberikan zakat, dan nasehat terhadap setiap muslimin”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dimulai Dari Yang Kecil

          Melakukan seruan sebaiknya dimulai dari hal yang kecil supaya lebih mudah diterima dan dicerna untuk dilaksanakan karena tidak menyita pikiran, memerlukan modal bersifat material, banyak tenaga, dan waktu khusus. Misal terdapat sedekah yang bukan berupa uang, melainkan hanya selingan dalam melakukan kegiatan  rutinitas setiap hari maupun diwajibkan oleh agama, sebagaimana suatu hadits menyatakan : ” Setiap ruas tulang manusia itu sebaiknya disedekahi (oleh pemiliknya) setiap  terbit matahari (sebagai pernyataan syukurkepada Allah atas keselamatan tulang-tulangnya). Dan macam sedekah itu banyak sekali berlaku adil diantara dua orang (yang sedang bertengkar/berkelahi) merupakan sedekah; membantu teman ketika hendak menaiki tunggangannya atau memuatkan barang teman ke punggungnya adalah sedekah; ucapan yang baik adalah sedekah; setiap langkah yang engkau ayun untuk melakukan  shalat adalah sedekah; dan menyingkirkan hal yang merugikan orang dari jalan juga sedekah”. (HR. Bukhari). Dari hadits lain pun terdapat perbuatan yang ringan dilakukan tetapi dampaknya besar karena hingga Allah berterima kasih padanya dan mengampuninya yaitu “bagi yang sedang berjalan lalu mengambil dahan duri yang dijumpainya”. 

         Begitu pun di lingkungan kantor tidak sedikit seruan atau himbauan yang dapat dilakukan, seperti : Mengajak shalat ke masjid, membuang kertas atau bungkus rokok di lantai, mengajari yang belum paham computer, internet (WA, email, focebook, line, wibsite, dan IT lainnya), bekerja iklas, taat aturan, menghormati pimpinan, menengok rekan sakit atau meninggal, bertutur kata sopan, bersikap santun, berqurban pada Idul Adha, dan senang menyumbang. Yang utama dalam bekerja bukan sekedar pengabdian kepada negara dan masyarakat, melainkan dilandasi niat beribadah. “…….salah satu hadis Nabi, bekerja  didasari ibadah untuk menafkahi diri dan keluarga, mempunyai nilai setara dengan jihad fi sabilillah, dapat menghapus dosa, dan menjadi perisai dari api neraka”. (M Yusuf Fachrudin, Materi Kultum Yang Lucu, Menghibur dan Mencerahkan, hal 98). Semua ini memperlihatkan, sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Pengasih  bagi umatnya yang ingin mendapat imbalan kebaikan dari-Nya.

         Keberuntungan apa bagi manusia yang menyerukan kepada sesamanya untuk melakukan yang maruf dan mencegah yang munkar ? Ternyata segala yang telah ditentukan-Nya, apabila kita kerjakan tidak ada yang sia-sia karena akan mendapat balasan. Tidak seperti manusia membuat kesepakatan dan janji untuk membayar upah bagi pekerja dalam satu proyek, tetapi proyek ditinggalkan dan pekerjanya pun terlantar tidak dibayar.Akibatnya dua pihak yang dirugikan, pekerja dan pemilik bangunan proyek karena sejumlah uang borongan proyek tersebut sudah dibayarkan.  Padahal sebagaimana suatu hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah Allah Azza Wa Jalla memusuhi perbuatan demikian dan sebagai lawan di hari kiamat. Kembali kepada balasan dimaksud di atas adalah berupa pahala yang sama dengan pahala bagi orang yang mengerjakannya, sesuai hadits : “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya”. (HR. Muslim no. 1893).

          Allah Maha Adil telah memberikan pahala yang nilainya sama pada dua perbuatan yang berbeda, baik bagi penyeru maupun bagi orang yang mengerjakan suatu perbuatan baik tersebut. Menggugah dan mendorong kita untuk berbuat kedua hal ini. Pilihan yang pertama variasi sarana yang digunakannya, dapat dilakukan secara lisan atau ucapan dari seseorang kepada seorang atau lebih atau kelompok. Dilakukan secara serius, santai, bercanda atau dapat pula secara formil berupa : Hutbah, dakwah, ceramah, kultum, rapat, dan apel. Begitu pula dengan menggunakan sarana teknologi informasi seperti : Komunikasi telpon dan HP, SMS, WA, Line, facebook, dan email. Adapun pilihan kedua tidak tergantung kepada bermodalkan materi, apalagi kaya dulu baru melakukan. Melainkan siapa pun dapat berbuat, cukup bermodalkan kemauan. Dukungan kemampuan materi akan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas nilai perbuatan, apabila dilandasi niat dan ketulus-ikhlasan semata beribadah kepada Allah.

          Galakanlah momentum baik ini untuk berbuat mulai sekarang, jangan lewatkan waktu dan kesempatan dalam menggapai berkah dan rahmat Allah, seolah hari ini adalah kesempatan terakhir agar memacu kita melakukan semaksimal mungkin.Tidak ada alasan tidak bisa karena melakukan hal ini sesuatu yang biasa  sebagai wujud kasih sayang dan tolong menolong karena pada dasarnya sesama orang muslim itu bersaudara. Tanamkan dalam benak pikiran kita kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak sempurna kecuali kehidupan akhirat. Allah menjamin bahwa kehidupan akhirat lebih baik dari pada kehidupan saat ini (walal-aakhiratu khairul laka minal-uulaa).

          Terbentuknya sikap saling mengingatkan dan senang diingatkan diantara umat muslim merupakan tegaknya kekuatan iman yang memperkuat nikmatnya beragama dan tali persatuan umat Islam dalam menciptakan hakekat agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Oleh karena itu sikap umat muslim gemar  mengingatkan dan berterima kasih diingatkan harus menjadi budaya di negara kita yang mayoritas beragama Islam karena memiliki nilai positif untuk kemajuan  Islam yang otomatis memberikan kontribusi bagi pembangunan negara.

Keberuntungan Lain

          Apa yang dikemukakan di atas hanya sekelumit contoh perbuatan yang memberikan keuntungan  kepada manusia karena Allah telah menawarkan sikap-perbuatan lainnya bagi manusia yang dinilai beruntung.

          Dalam pergaulan hidup sesama manusia  banyak kebutuhan untuk saling terpenuhi. Tidak hanya kebutuhan penutup tubuh, pemenuhan perut, pemenuhan rohani, dan tempat beristirahat di waktu siang dan malam, tetapi yang lainnya seperti : Amanat dan janji. Tidak dapat dihindari suatu saat kita terima amanat dari seseorang untuk disampaikan kepada orang lain, begitu pula dalam kehidupan ini kita bersinggungan dengan kebutuhan berjanji kepada orang lain dan berjanji kepada diri sendiri (nazar). Apabila kita memilki tanggung jawab yang baik dalam menyampaikan segala amanat dan selalu memenuhi apa yang kita janjikan, maka kita termasuk orang yang beruntung. Sebagaimana qur’an Surat A-Mu’Minuun ayat 8 menyatakan “Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya (Walla dina humli amanatihim wa ahdihim ra’uuna)”.

         Dalam hidup ini tidak luput dari cobaan yang dapat menyangkut : Harta, pekerjaan (jabatan), jiwa, dan nyawa yang menuntut kesabaran untuk menghadapinya agar cobaan tersebut berakhir atau terlupakan. Menjaga perbatasan negeri merupakan kewajiban bagi umat Islam terhadap serangan dari musuh. Dengan pengucapan  dua kalimat sahadat yang  merupakan kebutuhan rohani sehingga terpatri dalam hati bahwa Islam agama kita, maka menuntut kesadaran yang tulus dan iklas untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kita termasuk sebagai orang yang beruntung apabila dapat melaksanakan ketiga hal ini, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat  Aali’Imran : 200 “Wahai orang-orang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkan kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.

          Sesungguhnya kita sebagai seorang muslim termasuk beruntung, demikian halnya bagi seorang mualaf. Orang beruntung lainnya adalah yang mendapat rizki halal dengan menerima rela apa adanya  dan merasakan kepuasan sehingga mensyukurinya.  Perihal ini sebagaimana terungkap dalam Hadis dari Abdullah bin Amr, Rosulullah bersabda : “Telah beruntung orang yang masuk Islam, dan mendapar rizki pas-pasan, dan Allah memberi  qana’ah kepadanya terhadap apa yang diberikan kepadanya”.

          Terdapat keberuntungan manusia lainnya, bukan karena manusia harus melaksanakan sesuatu yang diperintahkan Allah, melainkan suatu perbuatan dilarang yang harus dihindari, yaitu : Meminjamkan uang dengan bunga berlipat ganda (riba) kepada orang yang membutuhkan sehingga untuk menjauhi perbuatan yang dilarang ini keimanan seseorang harus diperkuat. Perintah ini sebagaimana firman Allah : “Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS Aali ‘Imran : 130).

          Untuk mewujudkan nilai ketaqwaan dan amal-saleh yang tinggi sebagaimana tersebut, di atas, maka dalam diri manusia harus tertanam kuat jiwa yang menyenangi sesuatu kebaikan (ragbah) dan sebaliknya takut pada keburukan (rahbah). Selain pula memiliki sikap pandai mengukur diri sendiri atau mengevaluasi agar selalu berintrospeksi (muhasabah) dan konsisten dalam menjaga keimanan (istiqamah).

# Catatan :

Tulisan Artikel/Opini ini telah dimuat dalam Surat Kabar

Seputar Malut” hari Selasa, tanggal 01 Agustus 2017 pada Hal. 9.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA