Upacara melempar sesaji ke kawah gunung bromo disebut upacara

Home / Soal IPS

Suatu upacara dengan mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo disebut ....

     A.   purnama sidhi

     B.    kesawa jiwandana

     C.    kasada

     D.   lintang panjer sore

Pembahasan:

Upacara kesada adalah hari raya adat suku Tengger yang digelar setiap hari ke-14 di bulan Kasada dalam penanggalan Jawa.

Dalam upacara kasada, suku Tengger melempar aneka sesajen berupa sayuran, buah-buahan, hasil ternak bahkan uang ke kawah Gunung Bromo.

Jawaban: C

----------------#----------------

Jangan lupa komentar & sarannya

Email:

Kunjungi terus: masdayat.net OK! :)

Newer Posts Older Posts

Upacara Kasada Suku Tengger. ©AFP PHOTO/AMAN ROCHMAN

NEWS | 24 Juli 2013 13:05 Reporter : AFP

Merdeka.com - Tradisi Yadnya Kasada ini merupakan wujud rasa syukur mereka kepada Sang Hyang Whidi dan para leluhur.

Persiapan para dukun sebelum melempar sesaji ke kawah gunung bromo (foto/rifan)

Rifan Kamis, 16 Juni 2022 | 15:27 WIB

PROBOLINGGO, iNews.id - Warga Hindu Tengger Bromo, para tokoh adat, tokoh agama serta para dukun pandita di lereng Gunung Bromo melakukan upacara Yadnya Kasada 1944 Saka, pada Kamis (16/6/2022). Sekitar pukul 04.00 WIB sesaji yang dipersiapkan langsung dibawa untuk dilempar ke kawah gunung bromo.

Sebelum melempar sesaji ke kawah itu, terlebih dulu para dukun dan pandita dari 4 kabupaten. Meliputi, Kabupaten Lumajang, Malang, Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo, lebih dulu bersembayang mengikuti ritual doa Yadnya Kasada.

Doa dipimpin ketua dukun pandita Sutomo, yang dipusatkan pada pure poten luhur yang berada di tengah lautan pasir gunung bromo.

Sukarji, Dukun Pandita asal Kecamatan Tosari, Kabupaten Probolinggo, mengatakan kalau makna dari Yadnya Kasada ini merupakan bentuk pengertian agar umat hindu tidak sombong, mempunyai rasa sukur, dan tidak takabur.

Setiap kali mendapatkan rejeki harus berbagi satu sama lainnya. Lalu setiap tahunnya disisihkan kepada leluhur untuk dikirim ke kawah bromo, agar selalu diberi nikmat yang baik dan rejeki bertambah.

BACA JUGA:
3 Hari Menghilang, Wisatawan Gunung Bromo Akhirnya Ditemukan

"Yang terpenting kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh sang pencipta, dengan mengirim dan melarung sesaji ke kawah Bromo, agar kita dilimpahkan rejeki, kesehatan dan diberi keselamatan dalan hidup," terangnya.

Disamping itu, Bambang Suprapto, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo, mengatakan kalau Yadnya Kasada ini merupakan korban suci. Dimana korban suci yang dimaksud tentang pengorbanan diri Raden Kusuma terhadap anak keturunannya.

Raden Kusuma merupakan putra ke 25 dari Dewa Joko Seger dan Dewi Roro Anteng yang dijanjikan jika mempunyai keturunan, anak yang terakhir akan diserahkan ke Sang Hyang Widi, takut membawa malapetaka ke penerusnya, Raden Kusuma menjengurkan diri ke kawah Bromo.

"Ritual Yadnya Kasada ini kirimkan sesajen ke kawah Gunung Bromo. Dan hal itu merupakan kewajiban bagi umat hindu Tengger Bromo setiap tahun," katanya.

Ia menjelaskan perayaan larung sesajen umat hindu suku Tengger ini berbeda dengan umat hindu yang ada di Bali. Di Bali ada upacara Mepekelem atau Segara Kertih di Bali juga ada ritual larung sesaji, hanya saja larung sesajinya ke laut. Sedangan untuk hindu di Bromo, larung sesajinya di kawah Gunung Bromo.

Editor : Ahmad Hilmiddin

TAG : Gunung Bromo Yadnya Kasada Probolinggo Warga Suku Tengger

Hari Raya Yadnya Kasada atau Pujan Kasada adalah sebuah hari upacara sesembahan berupa persembahan sesajen kepada Sang Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Batara Brama (Brahma; dewa api). Istilah yadnya dipopulerkan setelah orang Tengger menganut agama Hindu Dharma. Setiap bulan Kasada hari-14 dalam Penanggalan Tengger diadakan upacara sesembahan atau sesajen untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur (Dewa Kusuma), kisah Rara Anteng (Putri Raja Majapahit) dan Jaka Seger (Putra Brahmana)

Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Raden Kusuma, anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib, "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Sang Hyang Widhi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Sang Hyang Widhi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Sang Hyang Widhi di kawah Gunung Bromo". Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi atau Pura sebagai tempat peribadatan, namun bila melakukan peribadatan bertempat di punden, sanggar, pedanyang, dan poten. Namun setelah menganut agama Hindu Dharma, tiap desa di kawasan Tengger telah memiliki pura masing-masing dan biasanya dibangun dibawah sanggar agung desa.

Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Terletak di kaki Gunung Bromo sebelah utara. Setelah integrasi agama Tengger kepada Agama Hindu Dharma, di tempat ini dibangun sebuah pura yang dinamakan Pura Luhur Poten (tahun ?). Pawedalan/piodalan (hari ulang tahun) pura ini dirayakan tiap tanggal 14 bulan Kasada menurut kalender Tengger, siang hari sebelum pada malannya upacara ((Kasada)) dilaksakan. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger yang beragama Hindu, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga mandala/zone, seperti pura Hindu pada umumnya.

Mandala Utama

Mandala Utama disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan.[butuh rujukan] Mandala itu sendiri terdiri dari Padma berfungsi sebagai tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa. Padma bentuknya serupa candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan, tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas, badan/batur dan kepala yang disebut sari dilengkapi dengan Bedawang Nala, Garuda, dan Angsa.

Bedawang Nala melukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang badan padma yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan fungsi padmasana.

Bangunan Sekepat (tiang empat) atau yang lebih besar letaknya di bagian sisi sehadapan dengan bangunan pemujaan/padmasana, menghadap ke timur atau sesuai dengan orientasi bangunan pemujaan dan terbuka keempat sisinya. Fungsinya untuk penyajian sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara. Bale Pawedan serta tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan.

Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan sisi-sisi sekitar depa alit, depa madya atau depa agung. Tinggi bangunan dapat berkisar sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter memungkinkan pula dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan proporsi candi.

Mandala Madya

Mandala Madya disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara terdiri dari Kori Agung Candi Bentar, bentuknya serupa dengan tugu, kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar, segi empat atau segi banyak dengan sisi-sisi sekitar satu depa alit, depa madya, depa agung.

Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di sudut depan pekarangan pura, bentuknya susunan tepas, batur, sari dan atap penutup ruangan kul-kul/kentongan. Fungsinya untuk tempat kul-kul yang dibunyikan awal, akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara. Bale Bengong, disebut juga pewarengan suci letaknya di antara jaba tengah/mandala madya, mandala nista/jaba sisi. Bentuk bangunannya empat persegi atau memanjang deretan tiang dua-dua atau banyak luas bangunan untuk dapur. Fungsinya untuk mempersiapkan keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang umumnya jauh dari desa tempat pemukiman.

Mandala Nista

Mandala Nista disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar/bangunan penunjang lainnya. Pekarangan pura dibatasi oleh tembok penyengker batas pekarangan pintu masuk di depan atau di jabaan tengah/ sisi memakai candi bentar dan pintu masuk ke jeroan utama memakai Kori Agung.

Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi dan kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya. Bangunan pura pada umumnya menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian pula pemujaan dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah terbitnya matahari.

  • "Kasada Dirayakan secara Meriah". KOMPAS.com. Diakses tanggal 9 Juli 2017. 
  • Afrillia, Dian. "Perayaan Kasada di tengah erupsi Bromo". beritagar.id. Diakses tanggal 9 Juli 2017. 
  • Rofiq, M. (9 Juli 2017). "Cara Merawat Kearifan Lokal di Bromo". detikTravel. Diakses tanggal 9 Juli 2017. 

 

Artikel bertopik agama Hindu ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kasada&oldid=18039199"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA