Surat keputusan gerakan pramuka tentang bapak pramuka indonesia yaitu

SEMARANG – Sultan Hamengkubuwono IX dikenal sebagai Bapak Pramuka (Pandu) Indonesia. Meneladani kiprahnya, Pramuka Jawa Tengah terus bergerak berpegang nilai pengabdian kepada masyarakat.

Kiprah HB IX sebagai pramuka diawali Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) yang pertama, sejak gerakan kepanduan ini diperkenalkan secara resmi di Indonesia tahun 1961. Selain memperkenalkan Kemah Wirakarya, HB IX juga menerima penghargaan tertinggi kepanduan internasional yakni Bronze Wolf Award.

Berkaca pada hal tersebut, Kwarda Jateng selalu mendasarkan laku gerakan kemanfaatan pada masyarakat. Ketua Kwarda Jateng Siti Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan, salah satu tindak nyata kepedulian itu dengan membentuk Pramuka Peduli.

Dijelaskan, gerakan Pramuka Peduli, merupakan wujud dharma bhakti nyata, seperti penanaman pohon setiap kali kegiatan. Adapula edukasi pengolahan sampah, dan kegiatan kemanusiaan lainnya.

“Di Kwarda dan Kwarcab gerakan Pramuka Peduli telah terbentuk. Kami juga memfasilitasi Kwarcab untuk membentuk pula di tingkat Kwaran. Selain itu, Pemprov Jateng menyokong dengan APBD yang kemudian untuk memfasilitasi Kwarcab, guna melakukan kegiatan yang bermanfaat,” ungkapnya, saat sarasehan dalam rangka peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia, yang diselenggarakan Kwarda DI Yogyakarta, Minggu (10/4/2022).

Selain Pramuka peduli, kata Atikoh, ada penguatan Unit Bantu Pertolongan Pramuka (Ubaloka). Penguatan itu dilakukan dengan menggandeng instansi terkait, guna memberi tambahan pengetahuan kepada pramuka.

Kemampuan yang dilatih di antaranya, penyelamatan (rescuing), mountaineering (pengetahuan pendakian) dan mitigasi bencana. Selain itu Ubaloka Jateng banyak berpartisipasi dalam berbagai tanggap darurat, seperti musibah erupsi Gunung Semeru, tanah gerak di Tegal, dan sebagainya.

“Kami menggandeng Angkatan Darat, Angkatan Laut, Brimob dan BPBD dalam memberi pelatihan kepada Ubaloka. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan adik-adik pramuka,” tuturnya.

Selain di dunia nyata, kiprah Pramuka Jateng juga dilakukan di dunia maya. Terutama pada 2020 dan 2021, di mana pandemi Covid-19 melanda.

Di masa tersebut, Pramuka Jateng tak henti berkegiatan melalui dunia digital. Kesiapan pramuka Jateng terjun di dunia itu bahkan dimulai sebelum pandemi.

“Inisiasi Saka Milenial oleh Ka Mabida (Ganjar Pranowo) dengan membekali Pramuka Penegak dan Pandega kemampuan teknologi informasi, komputer, dan komunikasi, menjadikan kami tidak terlalu gagap di masa pandemi. Tetap ada kegiatan selama pandemi walau berbasis digital,” ujar Atikoh.

Hal ini, membuktikan karya pramuka Jateng tidak terbatas pada zaman. Selain itu, dengan inovasi ini juga mampu menarik minat generasi muda yang ingin bergabung dengan gerakan Praja Muda Karana.

“Ini bukti bahwa edukasi itu berjalan sesuai zamannya. Dan kami akan terus mengabdi tanpa batas, karena setitik bhakti lebih berarti dari sejuta kata,” pungkas Atikoh. (Pd/Ul, Diskominfo Jateng)

tirto.id - Sultan HB IX dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Bagaimana sejarahnya?

Fakta sejarah mencatat, tanggal 14 Agustus 1961, gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi di Jakarta sekaligus penetapan Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Ketua Kwartir Nasional yang pertama.

Sultan HB IX adalah Raja Kasultanan Yogyakarta yang berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Saat situasi Jakarta gawat, Sultan menawarkan Yogyakarta sebagai ibu kota RI sementara pada awal 1946. Hampir seluruh biaya selama pusat pemerintahan RI berada di Yogyakarta ditanggung oleh keraton.

Dalam sejarah kepramukaan, Sultan HB IX memiliki andil penting. Ia adalah Wakil Ketua Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) Pramuka yang dipimpin Presiden Sukarno. Sultan HB IX menjabat pula sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama sejak 1961 dan terpilih kembali sampai 4 periode selanjutnya hingga tahun 1974.

Baca juga: Sejarah Pindahnya Ibu Kota RI ke Yogyakarta

Sejarah Bapak Pramuka Indonesia

Nama kecil Sultan HB IX adalah Raden Mas Dorodjatun, lahir tanggal 12 April 1912 di Yogyakarta. Ia merupakan salah satu putra Raja Yogyakarta yang bertakhta saat itu, Sultan Hamengkubuwana VII.

Dikutip dari situs resmi Keraton Yogyakarta, meskipun menyandang status pangeran, Dorodjatun tidak menghabiskan masa kecilnya di lingkungan istana. Sultan HB VIII menitipkan putranya itu kepada keluarga Mulder, seorang Kepala Sekolah NHJJS (Neutrale Hollands Javanesche Jongen School).

Baca juga: Dari Pramuka, Mereka Kini Jadi Legenda

Sultan HB VIII berpesan kepada keluarga Mulder supaya tidak mengistimewakan Dorodjatun dan dididik supaya hidup mandiri. Anggota keluarga Mulder pun menerimanya dengan senang hati. Dorodjatun punya panggilan kesayangan, yakni Henkie.

Dorodjatun menempuh pendidikan awal di Yogyakarta, dari Frobel School (Taman Kanak-kanak), Eerste Europe Lagere School B, lalu ke Neutrale Europese Lagere School. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan menengah di Hogere Burgerschool (HBS) di Semarang dan Bandung.

Belum sempat lulus dari Bandung, Dorodjatun dikirim ayanhnya ke Belanda untuk beralih pendidikan ke Universitas Leiden. Dorodjatun mengambil jurusan ilmu hukum tata negara di perguruan tinggi ini. Ia juga bersahabat dengan Putri Juliana yang nantinya menjadi Ratu Belanda.

Baca juga: Game of Thrones ala Keraton Jawa dan Yogyakarta

Tahun 1939, Sultan HB VIII memanggil Dorodjatun pulang karena tanda-tanda bakal meletusnya Perang Dunia Kedua mulai terlihat. Setibanya di tanah air, Sultan HB VIII menyerahkan Keris Kyai Joko Piturun kepada Dorodjatun. Itu artinya, Dorodjatun telah dipilih oleh ayahnya sebagai putra mahkota.

Sultan HB VIII wafat pada 22 Oktober 1939. Dorodjatun selaku putra mahkota pun naik takhta, meskipun sempat terjadi tarik-ulur yang alot dengan pihak pemerintah kolonial Hindia Belanda. Tanggal 18 Maret 1940, Dorodjatun dinobatkan sebagai Raja Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubuwana IX.

Seperti diungkapkan kembali oleh Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam buku Pisowanan Ageng Sri Sultan Hamengku Buwono X: Sebuah Percakapan (1996), setelah resmi dikukuhkan menjadi raja, Sultan HB IX berucap: “Saya memang berpendidikan Barat, tapi pertama-tama saya tetap orang Jawa."

Kiprah Sultan di Kepanduan

Sebelum dikenal dengan nama Pramuka, gerakan ini disebut Kepanduan dan sudah hadir di Nusantara sejak awal abad ke-20. Adalah Sultan HB IX yang mencetuskan nama Pramuka, terinspirasi dari kata Poromuko atau “pasukan terdepan dalam perang".

Istilah Pramuka yang diciptakan oleh Sultan Hamengkubuwana IX kemudian diejawantahkan menjadi Praja Muda Karana yang berarti “Jiwa Muda yang Suka Berkarya".

Sejak muda, Sultan HB IX sudah aktif sebagai anggota gerakan Kepanduan. Saat itu, cukup banyak gerakan Kepanduan di Indonesia yang biasanya dikelola oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan atau perhimpunan pemuda.

Baca juga: Sejarah Hari Pramuka di Indonesia dan Internasional

Tahun 1960, level Kepanduan Sultan HB IX sudah mencapai Pandu Agung atau Pemimpin Kepanduan, sehingga ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) Pramuka bersama Brigjen TNI Dr. A. Aziz Saleh. Ketua Mapinas adalah Presiden Sukarno.

Sebelum Pramuka diresmikan, meskipun sudah dikenal sebelumnya, Bung Karno sering berkonsultasi dengan Sultan HB IX. Presiden Sukarno ingin menyatukan semua gerakan Kepanduan atau Pramuka di Indonesia.

Dan akhirnya, keinginan itu terwujud pada 14 Agustus 1961. Sultan HB IX pun dipercaya menempati posisi tertinggi sebagai Ketua Kwartir Nasional, bahkan hingga 4 periode sampai tahun 1974.

Baca juga: Hamengkubuwana IX Melawan Soeharto dengan Diam

Dikutip dari buku Sri Sultan Hamengku Buwono IX: Riwayat Hidup dan Perjuangan (1996), peran Raja Yogyakarta yang nantinya menjadi Wakil Presiden RI ini dalam membangun Pramuka dari masa transisi dari Kepanduan sangat besar.

Pramuka Indonesia bahkan dikenal hingga ke luar negeri. Pada 1973, Sultan HB IX menerima penghargaan tertinggi dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) atau Organisasi Kepanduan Internasional, yakni Bronze Wolf Award.

Atas jasa dan sumbangsihnya bagi kancah Kepanduan nasional, Sultan HB IX dikukuhkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia dalam Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka 1988 yang digelar di Dili, Timor-Timur.

Hari-Hari Bersejarah dalam Pramuka

Dalam sejarah kepramukaan di Indonesia, terdapat beberapa momentum yang menjadi penetapan hari bersejarah dalam Pramuka.

Untuk mengenang tokoh kepanduan dunia, tanggal 22 Februari ditetapkan sebagai Hari Baden Powell atau Hari Kepanduan Sedunia.

Hari Tunas Gerakan Pramuka ditetapkan berdasarkan hari sewaktu dilakukannya Pidato Presiden/Mandataris MPRS di hadapan perwakilan berbagai organisasi kepanduan Indonesia, yaitu 9 Maret 1961.

Sementara itu, ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 bertanggal 20 Mei 1961 tentang penetapan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan, dijadikan momentum Hari Permulaan Tahun Kerja.

Hari tersebut adalah tonggak untuk pendidikan kepramukaan selain juga pada 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Kemudian, hari bersejarah dalam Pramuka Indonesia selanjutnya yaitu Hari Ikrar Gerakan Pramuka yang ditetapkan berdasarkan momentum peleburan berbagai organisasi Gerakan Pramuka pada 30 Juli 1961.

Di Istana Olahraga Senayan saat itu, semua organisasi kepanduan menyatakan ini bersatu dalam wadah Pramuka.

Sementara itu, Hari Pramuka ditetapkan setiap 14 Agustus. Peristiwa yang melatarbelakanginya yaitu pada 1 Agustus 1961 dilantik pengurus Gerakan Pramuka dan sekaligus berlangsungnya defile Pramuka. Tujuan defile ini adalah memperkenalkan Gerakan Pramuka Indonesia pada khalayak.

Baca juga:

  • Sejarah Baden Powell: Biografi Bapak Kepanduan Pramuka Dunia
  • Hari Istiqlal 22 Februari: Sejarah Masjid Terbesar di Asia Tenggara

Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Wisnu Amri Hidayat
(tirto.id - wah/isw)


Penulis: Wisnu Amri Hidayat
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Wisnu Amri Hidayat

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA