Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang demokrasi yang bersumber dari Pancasila

Sebagaim an a telah d ikem ukakan Mo ham m ad Hatta, dem o krasi Indo nesia yang b ersifat kolektivit as it u sudah berur at ber akar di dalam pergaulan hidu p r akyat. Sebab itu ia tid ak dapat d ilenyapkan untuk selam a- lamanya. Menuru tnya, dem okrasi bisa ter tindas kar ena kesalahannya sendir i, t et ap i setelah ia m en galam i cobaan yan g pahit, ia akan m un cul kemb ali deng an penuh keinsyafan .

Setidak- tidaknya ada tig a sum ber yang m engh idupkan cita- cita dem o krasi dalam kalb u bangsa Ind onesia. Per tam a, tradisi ko lektivism e d ar i perm usyawar atan desa. Kedua, ajaran Islam yang menu ntut kebenaran d an keadilan Ilahi dalam m asyarakat serta per saud ar aan antarm anusia sebagai m akhluk Tuhan. Ket iga, p aham sosialis Barat, yang m enarik perh at ian para pem im pin pergerakan kebangsaan kar ena dasar- dasar per ikem anusiaan yang dibelanya dan m en jadi tuju an nya.

1 . Sum ber Nilai yang Berasal dari Dem okrasi Desa

Dem o krasi yang diform ulasikan sebag ai pem erin tah an dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat m eru pakan fen om ena b aru b ag i Indo nesia ket ika m erdeka. Kerajaan - ker ajaan pra- Indonesia ad alah kerajaan- ker ajaan feodal yang dikuasai oleh r aja- raja au tokrat. Akan tetapi, nilai- nilai dem okrasi dalam t ar af tertent u sudah berkem bang dalam bu daya Nusantara, d an dipr aktikkan setidaknya dalam unit po litik terkecil, seper ti d esa di Jawa, nagari di Su matra Barat, d an b anjar di Bali (Latif, 2 01 1). Meng en ai adanya anasir dem okrasi dalam t rad isi desa kit a akan m em in jam d ua macam analisis berikut.

Pertam a, paham kedaulatan rakyat sebenarnya sudah tum buh sejak lam a di Nusant ar a. Di alam Minangkab au , m isalnya pada abad XIV sam pai XV kekuasaan raja dib atasi oleh ketundukannya pada keadilan dan kepatutan. Ada istilah yang cukup teken al pada m asa itu bahwa “ Rakyat b er - raja pada Penghulu, Peng hulu ber- raja pada Mufakat, dan Mufakat ber- raja pada alur dan patut” . Dengan dem ikian , raja sejati di dalam kultur Min an gkabau ada pada alur (logika) dan p atut (keadilan). Alu r dan patutlah yan g m en jad i pem utus ter akhir sehing ga keputusan seorang r aja akan ditolak apabila

bertent ang an dengan akal sehat dan pr insip- pr insip keadilan (Malaka, 2 00 5).

Ked ua, tr ad isi dem okrasi asli Nu sant ar a tetap bertahan sekalip un di baw ah kekuasaan feod alism e raja- raja Nusan tara karena di banyak tem pat di Nusan tar a, t an ah seb ag ai faktor pro duksi yang penting tidaklah dikuasai oleh raja, m elainkan dim iliki bersam a oleh m asyar akat desa. Kar en a pem ilikan bersam a t an ah desa ini, hasr at setiap or an g untuk m em an faatkan nya harus m elalu i persetujuan kaum nya. Hal inilah yang m endor ong tradisi go tong royong d alam m em anfaatkan t anah bersama, yang selanjut nya m erem bet p ada bidang- bid ang lain nya, t erm asuk pada hal- hal kepenting an pribadi seperti m isalnya m em bangun ru m ah, kend uri, dan sebagainya. Adat hidu p sep er ti itu m em bawa kebiasaan berm usyawarah m enyangkut kepenting an um um yang diput uskan secara m ufakat (kata sepakat). Sepert i disebut dalam pepatah Min ang kabau:

“Bu lek aei dek pam bulu ah , bu lek kato dek m ufakat” (Bu lat air karena

pem buluh/ bam bu, bulat kata karen a m u fakat ). Tradisi m u syawar ah m ufakat ini kem udian m elahir kan instit usi r ap at pada tem pat ter tentu, di bawah p im pinan kepala desa. Set iap or an g dewasa yang m enjadi war ga asli desa tersebut berh ak hadir dalam rapat itu. Karena alasan pem ilikan f aktor pro duksi bersam a dan tradisi m usyawarah, tradisi desa boleh saja ditin das oleh keku asaan f eo dal, n am un sam a sekali tidak dapat d ilenyapkan, bahkan t um buh subur sebagai adat istiadat. Hal ini m en an am kan keyakinan pada kaum pergerakan b ah wa dem o kr asi asli Nusantara itu ku at bertahan, “liat hidu pnya” , seperti terkandung dalam p epatah Min angkabau “in dak

lakang dek paneh, indak lapuak dek ujan”, t idak lekang karena panas, tidak

lap uk karena hu jan (Hatta, 19 9 2).

Ada dua anasir lagi dari tradisi dem okrasi desa yang asli nusantara, yait u hak unt uk m engadakan pr otes bersam a terh ad ap p er at uran- peratur an r aja yang d irasakan t idak ad il, dan hak rakyat u ntuk m enyingkir dar i daer ah kekuasaan r aja, apabila ia m erasa tidak senang lagi hidup di sana. Dalam m elakukan pro tes, biasanya rakyat secar a berg er om bol berkum pul di alun -alu n dan duduk di situ beberapa lam a tanpa berbuat apa- apa, yan g m engeksp resikan su atu bent uk dem onst rasi dam ai. Tidak ser ing r akyat yang sabar m elakukan itu. Nam un, ap ab ila hal itu dilakukan, per tan da m enggam barkan situ asi kegentingan yang mem aksa penguasa untuk m em pertim bangkan ulang peratur an yang dikeluar kannya. Adapun h ak

m enyin gkir , dapat diangg ap sebagai hak seseorang un tuk m enentukan nasib sendiri. Kesem ua it u menjadi bahan dasar yan g d ipertim bangkan o leh para p en diri bangsa untuk mencoba m em buat konsepsi dem okrasi Indonesia yang m od er n, ber dasarkan dem okrasi desa yang asli itu (Latif , 2 011 ).

Selan jutnya Hatta m enjelaskan:

Kelim a anasir dem okrasi asli itu: rapat , m ufakat , got ong royong, hak m engadakan prot es bersam a dan hak m enyingkir dari daerah kekuasaan raja, dipuja dalam lingkungan pergerakan nasional sebagai pokok yang kuat bagi dem okrasi sosial, yang akan dijadikan dasar pem erintahan Indonesia m erdeka di m asa dat ang (Lat if, 2011).

2 . Sum ber Nilai yang Berasal dari Islam

Nilai dem o kratis yang berasal d ar i Islam bersum ber d ar i akar teolog isnya. Inti dar i keyakinan Islam adalah pengaku an pada Ketuh anan Yang Mah a Esa (Tauh id, Mono teism e). Dalam keyakinan ini, h anya Tuhanlah satu - satunya wujud yang past i. Sem ua selain Tuhan, ber sifat nisbi b elaka. Konseku ensinya, sem ua bentuk p en gaturan hid up sosial manusia yang m elahir kan kekuasaan m utlak, dinilai bertentangan dengan jiwa Tau hid (Latif, 20 1 1). Pengaturan hidup d en gan m encip takan kekuasaan m u tlak pada sesam a m anusia m erupakan hal yang tidak adil dan tidak beradab. Sikap pasrah kepada Tu han , yang m em ut lakkan Tu han dan tidak pada sesuatu yan g lain, m enghend aki tatanan so sial terbuka, adil, dan dem okratis (Mad jid, 1 99 2)

Kelanjutan logis dar i p rinsip Tauhid adalah paham persam aan (kesederajatan) m anusia di hadapan Tuh an , yang m elarang adanya perendahan m ar tab at dan p em aksaan kehendak an tar sesam a m anusia. Bah kan seor ang utusan Tuhan t idak berh ak m elakukan p em aksaan itu. Seor ang u tusan Tuhan m endapat tugas hanya unt uk m enyam p aikan keben aran (tabligh) kep ada um at m anusia, b ukan untu k m em aksakan keben aran kep ada m ereka. Dengan prinsip persam aan m anusia d i hadapan Tuhan itu, tiap- tiap m anu sia d im uliakan kehid upan, kehor m atan, hak - hak, dan kebebasannya yang dengan kebebasan pr ibadinya itu m anusia m en jadi m akhluk m or al yang h ar us bert an ggung jawab atas pilian - pilih annya. Den gan prin sip persam aan , m anusia ju ga dido rong m en jad i m akhluk sosial

yang m enjalin kerjasam a dan persaudaraan untu k m engatasi kesenjan gan dan m enin gkatkan m utu kehidu pan bersam a (Latif, 20 1 1).

Sejarah nilai- nilai demo kr atis sebagai p ancaran prin sip- prisip Tau hid itu diconto hkan oleh Nabi Muham m ad S.A.W. sejak awal pertum buh an kom unitas politik Islam di Mad inah, d en gan m en gem ban gkan cet akan dasar ap a yang kem u dian dikenal sebagai ban gsa (natio n). Negara- kota Madinah yang dibangu n Nabi ad alah sebuah en titas politik berdasarkan konsepsi Neg ar a- bangsa (natio n- state), yaitu Negara u ntuk seluru h um at atau warganegara, dem i m aslahat bersam a (com mo n goo d). Seb agaim ana term akt ub dalam Piag am Mad inah , “negara- bangsa” didir ikan at as dasar penyat uan seluru h kekuatan m asyarakat m enjadi bangsa yang satu

(u m m atan wahidah) t anp a m em beda- bedakan kelo mp ok keag am aan yang

ada. Robert N. Bellah m enyeb utkan bahwa con toh awal nasionalism e m oder n m ewu jud dalam sist em m asyarakat Madin ah m asa Nabi d an para khalifah. Robert N. Bellah m en gat akan bahwa sistem yan g dibangu n Nabi itu adalah “a better m odel for mo dern n ational com m unity building than

m igh t be im agined” (suatu con toh bangu nan kom un itas nasion al m odern

yang lebih baik dar i yang dapat dibayan gkan). Kom unitas ini disebu t m oder n karena adanya ket er bukaan bagi part isipasi selu ruh anggo ta m asyarakat dan karena ad anya kesediaan para pem im pin u ntuk m enerim a penilaian berdasarkan kem am puan. Lebih jau h, Bellah juga m enyebu t sistem Mad inah sebagai bentuk nasionalism e yang eg aliter partisip atif

(egalitar ian participant nation alism). Hal in i b er beda d en gan sist em repub lik

negara- kota Yunani Kun o, yang m em buka part isipasi hanya kepada kaum lelaki m erd eka, yang hanya m elip uti lim a per sen dari pendud uk (Latif, 2 01 1).

Stim ulus Islam m em bawa tr an sf orm asi Nusantara dari sistem kem asyarakatan feodalistis berb asis kasta m en uju sistem kem asyarakatan yang lebih eg aliter. Tr ansform asi ini tercer m in dalam p er ubahan sikap kejiwaan o rang Melayu terhadap p en guasa. Sebelum kedatangan Islam , dalam d unia Melayu ber kem bang p er ibah asa, “Melayu pantang m em bantah”. Melalu i pengaru h Islam , perib ahasa itu beru bah m enjadi “Raja adil, r aja d isemb ah ; raja zalim , raja disanggah”. Nilai- nilai egalitarianism e Islam in i pula yan g m endo rong perlawan an kaum pribum i terhadap sistem “kasta” baru yang d ipaksakan oleh kekuatan kolonial (Wertheim , 1 9 56 ). Dalam p and an gan So ekarno (1 96 5), pengaru h Islam di Nusantar a

m em bawa transfor m asi m asyarakat f eo dal men uju m asyarakat yang leb ih dem okratis. Dalam perkem bangannya, Hatta juga m em andang st im ulu s Islam sebagai salah satu sum ber yang m enghidu pkan cita- cita dem okrasi sosial di kalbu p ar a pem im pin per gerakan kebangsaan .

3 . Sum ber Nilai yang Berasal dari Barat

Masyarakat Barat (Ero pa) mem pu nyai akar dem okr asi yang pan jang. Pusat pertu mb uhan dem okrasi t er penting d i Yunani adalah kota Athena, yang sering dirujuk sebagai conto h pelaksanaan demo kr asi p artisip atif dalam negara- kota sekit ar abad ke- 5 SM. Selan jutnya m uncul pula praktik pem erintahan sejenis di Rom awi, tepatnya di ko ta Ro m a (Italia), yakni sistem pem erintahan r ep ublik. Model pem erin tahan d em o kratis m od el Athena dan Rom a ini kem udian m enyebar ke ko takota lain sekitar nya, seperti Florence dan Ven ice. Model dem okrasi ini m engalam i kem undur an sejak kejatuh an Im perium Rom awi sekitar abad ke - 5 M, bangkit seb en tar di beberapa kota di Italia sekitar ab ad ke - 1 1 M kem udian lenyap p ada akhir “zam an p er tengahan” Eropa. Setidaknya sejak petengahan 1 30 0 M, karena kem un duran ekon om i, korup si d an peperangan, pem erintahan dem okratis di Eropa digantikan oleh sistem pem erintahan o tor iter (Dahl, 19 92 ).

Pem ikiran- pem ikiran h um an ism e dan d em o krasi m ulai bangkit lagi di Eropa pada m asa Renaissance (sekitar abad ke- 1 4 – 1 7 M), setelah m em peroleh stim uls bar u, antara lain, d ar i per adaban Islam . Tong gak p en ting dari er a Renaissan ce yang m endo ron g kebangkitan kembali demo kr asi di Eropa adalah gerakan Reform asi Protestan sejak 15 17 hingga tercap ain ya kesepakatan Whestphalia pada 16 48 , yan g m elet akan p rinsip co- existence

dalam hubu ngan agam a d an Negar a— yang m em buka jalan b agi kebangkitan Negara- bang sa (natio n- state) dan tatan an keh idupan politik yang leb ih dem okratis.

Keh adiran ko lo nialism e Er opa, khususnya Belanda, di In donesia, m em bawa dua sisi dari ko in p er ad ab an Bar at: sisi r ep resi im p er ialism e - kapit alism e dan sisi hu manism e- dem okratis. Penind asa n po litik dan penghisapan eko nom i oleh im perialism e dan kapitalism e, yang t idak jarang bekerjasam a d en gan kekuatan - kekuatan feodal bum i putera, m en um buhkan sikap ant i-penind asan, anti- penjajahan, dan an ti- feodalism e di kalang an para p er intis kem erd ekaan bangsa. Dalam m elaku kan per lawanan terh ad ap represi

politik- eko nom i kolonial itu, m ereka jug a m endapatkan stim u lus d ar i gagasan - gagasan hu manisme - dem okratis Er opa (Latif, 2 0 11 ).

Penyebaran nilai- nilai hu manism e- dem okratis itu menem ukan ruang aktualisasinya dalam kem u nculan r uan g pu blik m o dern di Ind onesia sejak akhir abad ke- 1 9. Ruan g publik ini ber kem bang di sekitar inst itusi- inst itusi pendid ikan m o dern, kapitalism e percetakan, klub - klub sosial bergaya Ero pa, kem unculan bebagai g er akan so sial (sepert i Boedi Oetom o, Syarekat Islam dan lan- lain) yang b er ujung pada pendr ian partai- partai politik (sejak 1 92 0- an), dan kehadiran Dewan Rakyat (Vo lksraad) sejak 19 1 8.

Sum ber inspir asi dari an asir dem okrasi desa, ajaran Islam , d an sosio -dem okrasi Barat, m em b er ikan landasan persatuan dar i ker ag am an. Segala ker agam an ideologi- polit ik yan g d ikem bangkan, yang bercor ak keagam aan m aupun seku ler, sem u anya m em iliki tit ik- tem u dalam gagasan- gagasan dem okrasi sosialistik (kekelu ar gaan), d an secara um um m eno lak individualism e.

Selanjutnya perlu diper tanyakan bagaim an a p raktik dem okrasi di In donesia sejak dulu sam pai sekar ang ? Apa Indo nesia telah m enerapkan dem okrasi Pan casila?

Dalam kuru n sejarah Indonesia m erdeka sam pai sekarang in i, ternyata pelaksanaan dem o krasi m engalam i din am ikanya. Indonesia m engalam i praktik dem okrasi yang berb ed a- beda dari m asa ke m asa. Beberapa ah li m em berikan pandangannya. Misalnya, Budiardjo (2 0 08 ) m enyatakan bahwa dar i sudut perkem ban gan sejarah dem okrasi Indo nesia sam pai m asa Or de Baru d ap at dib agi dalam em pat m asa, yaitu :

a. Masa Republik Ind onesia I (19 4 5- 1 95 9) yang dinam akan m asa dem okrasi ko nstitusio nal yang m eno njolkan p er an an parlem en dan partai- partai, kar en a itu d inam akan Dem o krasi Parlem enter,

b. Masa Repu blik Indonesia II (19 59 - 1 96 5) yaitu m asa Dem o krasi Terpim p in yang banyak penyim pangan d ar i d em okr asi konstitu sional yang secara form al m erupakan landasan dan penunju kan beb er apa aspek dem okrasi rakyat.

c. Masa Repub lik Ind onesia III (19 6 5- 19 9 8) yait u masa dem okr asi Pan casila. Dem okrasi ini m erup akan d em o kr asi ko nstitusio nal yang m enonjo lkan sistem presidensiil.

d. Masa Republik Indo nesia IV (1 99 8 - sekarang) yaitu m asa r eform asi yang m enginginkan t eg aknya d em o krasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik- praktik po lit ik yang terjadi pada m asa Republik Indonesia III.

Carilah satu lagi pendapat tentang dinamika demokrasi di I ndonesia. Adakah per bedaanya dengan pendapat Mir iam Budiarjo di atas? Menurut Anda, benarkah saat ini dikatakan kita mengalami demokrasi refor masi? Kemukakan pendapat Anda secara lisan. Lakukan secara diskusi kelompok.

D. Membangun Argumen t entang Dinamika dan Tantangan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA