Seorang praktisi humas wajib membuat house journal jelaskan alasannya

Salah satu aspek penting yang harus dilakukan oleh seorang PR adalah melakukan riset, sebab riset merupakan pusat dari segala sesuatu dalam merencanakan program kehumasan yang efektif. Meskipun perusahaan telah mengalokasikan anggaran yang tinggi untuk merancang berbagai program kehumasan, namun tanpa didukung oleh data yang jelas, maka semua itu tidak dapat berjalan dengan optimal.

Sesungguhnya, aktivitas PR terjadi, dalam suatu rangkaian kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus. Kegiatan itu tidak bersifat sporadis, atau terjadi  mendadak, tanpa persiapan matang. Secara konseptual, bila kita melihat kembali tahapan dalam proses kegiatan PR, terlihat bahwa aktivitas riset merupakan langkah awal, sebelum seluruh aktivitas lainnya  dilakukan, yaitu aktivitas prencanaan program, aksi dan komunikasi, yang dilanjutkan dengan evaluasi program. Kegiatan evaluasi sebagai suatu tahapan akhir dari proses PR, sebenarnya berkaitan dengan aktivitas riset.  Aktivitas riset bisa membantu praktisi PR mengetahui, bagaimana situasi saat ini. Kegiatan riset pun bisa membantu praktisi PR mengetahui pendapat umum (para stakeholders), kendala-kendala pelaksanaan program humas. Selain itu, yang tidak kalah penting, riset berguna  untuk menguji keberhasilan dari program kehumasan.

Kegiatan riset untuk aktivitas PR bisa dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif maupun kualitatif. Secara teoretis, perbedaan mendasar metode kuantitatif dengan kualitatif, melahirkan diskusi panjang,  sehingga tidaklah  cukup memadai bila  dijelaskan dalam Kolom singkat ini. Perbedaannya bisa menyangkut berbagai aspek: mulai dari penggunaan paradigma,  data yang digunakan, hingga pada penggunaan instrumen penelitian. Walau kedua metode ini berbeda, dalam rangka kegiatan kehumasan, keduanya menjadi penting dan sangat relevan untuk menunjang keberhasilan kerja seorang praktisi Humas.

Kedua metode penelitian – kuantitatif maupun kualitatif – memiliki berbagai varian. Untuk penelitian kuantitatif, beberapa metode bisa digunakan, misalnya dengan metode survey yang, bertujuan untuk mengetahui pendapat dari suatu target populasi. Bisa jadi populasi yang ditentukan, mewakili para stakeholders. Metode kuantitatif pun bisa dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Sedangkan dalam kaitan dengan  metode kualitatif terlihat begitu banyak metode yang bisa diaplikasikan, misalnya saja dengan menggunakan etnografi, penelitian dasar (grounded research), studi kasus, fenomenologi, naratif atau bisa juga dengan menggunakan analisis teks seperti framing, hermeneutic, dan sebagainya.

Setidak-tidaknya, ada tiga tujuan utama kegiatan riset. Pertama, menggambarkan suatu proses, situasi atau fenomena (kenyataan sosial). Kedua, menjelaskan mengapa suatu kemungkinan terjadi, dan apa penyebab dan apa pengaruh kejadian itu. Ketiga, kegiatan penelitian pun dilakukan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika akan bertindak atau melakukan tindakan.

Praktisi PR dewasa ini, kiranya harus mampu membuat pemetaan terhadap stakeholders dan juga mencari tahu apa persoalan-persoalan yang dihadapi untuk setiap stakeholders tersebut. Pemahaman mengenai persoalan yang terjadi pada masing-masing stakeholders hanya bisa dijangkau melalui kemampuan dan kepiawaian untuk menembus esensi masalah  yang, antara lain bisa dijangkau melalui kegiatan-kegiatan riset. Karena itu, sangat penting bagi seorang praktisi Humas untuk selalu terbiasa mendapatkan atau menyentuh  jantung persoalan melalui aktivitas  riset.

Semua metode riset sebagaimana telah diutarakan di atas, akan menjadi bekal seorang praktisi PR dalam mendapatkan berbagai informasi dan fakta, sebelum ia melakukan atau merancang kegiatan-kegiatan PR. Atau, bisa pula salah satu metode ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai kegiatan PR yang sudah dijalankan sehingga pada akhirnya seluruh rangkaian kegiatan itu bisa mendapatkan hasil yang sangat maksimal.

Hubungan masyarakat adalah prilaku atau sikap untuk menjadi tetangga dan warga yang baik (to be a good neighbour and citizen) dengan tugasnya membuat kesan baik (citra positif), memberikan pengertian dalam bentuk informasi, penerangan, penjelasan, menciptakan ketertarikan, dan membangun atau menciptakan simpati publik. Sedangkan contoh kegiatan Humas adalah melobi, berbicara di depan publik atau melakukan pembicaraan publik (public speaking), menyelenggarakan acara, dan membuat pernyataan tertulis seperti rilis berita.

Praktisi Humas perusahaan berfungsi:1. Membantu bagian pemasaran dengan cara menciptakan pandangan konsumen yang positif terhadap perusahaan.

2. Bertanggung jawab membina hubungan harmonis antara manajemen dan karyawan.

3. Bertindak sebagai penghubung antara perusahaan dengan badan-badan pemerintah.

4. Bertanggung jawab untuk membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat dimana perusahaan berada.

Tugas pokok seorang praktisi humas :

1. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan informasi dan dokumentasi.2. Menyusun rencana kerja, anggaran dan jadwal kegiatan Bagian Pengumpulan informasi dan dokumentasi.3. Mengumpulkan, menganalisa, menyajikan data dan informasi yang berhubungan dengan informasi dan dokumentasi.4. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan informasi dan dokumentasi dan menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah.5. Mengumpulkan, menganalisa informasi/ opini masyarakat dan lembaga dan menyampaikan kepada pimpinan sebagai bahan kebijakan.6. Menerima keluhan masyarakat dan meneruskannya kepada pimpinan lembaga/ instansi terkait serta menyusun dan memberikan tanggapan terhadap keluhan masyarakat.7. Mengelola dan menganalisa kotak saran internal dan eksternal.8. Mendokumentasikan audio visual kegiatan pimpinan.9. Menyelenggarakan dan mengelola komunikasi internal di lingkungan organisasi dan karyawan.10. Membina dan mengkoordinasikan kegiatan kehumasan.11. Menyusun, menganalisa klipping pemberitaan sebagai bahan pengambilan kebijakan pimpinan.12. Mempersiapkan bahan-bahan pameran.13. Mendistribusikan penerbitan internal.14. Mengelola administrasi sambutan.15. Mengarsip bahan sambutan dan klipping berita.16. Mengelola administrasi publikasi televise dan kaset rekaman.17. Mengelola data dinding Bagian Humas.18. Melaksanakan tata usaha Bagian Humas.

19. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan kegiatan.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Widiatul Auliaaa

Mahasiswa

Tuesday, 28 Sep 2021, 12:51 WIB

Tuesday, 05 Oct 2021, 13:49 WIB

  Silakan Login untuk Berkomentar

  • Fungsi Praktisi Humas Perusahaan

Dalam bab awalan, kita sudah membicarakan pengertian Hubungan masyarakat atau Public Relations. Dalam bab ini kita akan mendalami apa itu praktisi humas. Dalam salah satu definisi, hubungan masyarakat atau public relations adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait.

Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya. Seperti yang dikemukakan oleh Marston (1979), “Public Relations is planned, persuasive communication designed to influence significant public”.

Public Relations juga merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya. Public Relations adalah suatu proses yang terus menerus dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari publik pada umumnya, termasuk stakeholder internal.

Untuk hubungan kedalam, praktisi PR mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui corporate culture building (membangun budaya lembaga) berbentuk disiplin, motivasi, peningkatan pelayanan dan produktivitas kerja yang diharapkan untuk terciptanya sense of belonging terhadap lembaga. Sedangkan ke luar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra lembaga (corporate image) yang sekaligus memayungi dan mempertahankan citra produknya (product image).

Berdasarkan berbagai definisi diatas, secara spesifik, definisi umum PR disimpulkan sebagai seni (arts) dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen, komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, bertujuan untuk membentuk perusahaan agar nama dan produknya menjadi disukai dan dapat dipercaya oleh publiknya. Dalam membentuk nama dan produk, humas perusahaan harus dapat mendefinisikan hubungan perusahaan dengan target audience atau stakeholder. Dalam hal ini dikenal tiga tipe tentang apa yang disukai dan tidak disukai, yaitu tipe audience dan stakeholder yang mengenal dan menyukai Anda, tipe yang mengenal tapi tidak menyukai Anda, dan tipe yang tidak dikenal maka tidak disukai.

Pada hakekatnya makna dari hubungan masyarakat adalah prilaku atau sikap untuk menjadi tetangga dan warga yang baik (to be a good neighbour and citizen) dengan tugasnya membuat kesan baik (citra positif), memberikan pengertian dalam bentuk informasi, penerangan, penjelasan, menciptakan ketertarikan, dan membangun atau menciptakan simpati publik. Sedangkan contoh kegiatan Humas adalah melobi, berbicara di depan publik atau melakukan pembicaraan publik (public speaking), menyelenggarakan acara, dan membuat pernyataan tertulis seperti rilis berita.

Praktisi Humas perusahaan berfungsi:

  1. Membantu bagian pemasaran dengan cara menciptakan pandangan konsumen yang positif terhadap perusahaan. 
  2. Bertanggung jawab membina hubungan harmonis antara manajemen dan karyawan
  3. Bertindak sebagai penghubung antara perusahaan dengan badan-badan pemerintah
  4. Bertanggung jawab untuk membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat dimana perusahaan berada

Peran spesifik praktisi humas dalam lembaga profit:

  1. Mendukung upaya-upaya peningkatan laba perusahaan. Misalnya dengan publik internal:
  2. Humas mengupayakan program komunikasi yang mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan untuk bekerja sesuai standar yang diharapkan manajemen
  3. Humas dapat meningkatkan komitmen manajemen pada tanggung jawab organisasi kepada publik internal dan eksternal sehingga mengeluarkan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Begitupun terhadap publik eksternal, humas juga berperan dalam menyampaikan tanggung jawab organisasi kepada masyarakat luas sehingga image produk dan jasa perusahaan semakin positif di mata masyarakat. Praktisi humas pada perusahaan publik memiliki tugas khusus:

  1. Menjaga hubungan yang harmonis dengan para pemegang saham (investor) dan para calon investor. Bagian dari departemen humas yang melayani para investor ini disebut dengan Investor Relations yang bertanggung jawab untuk membangun citra perusahaan yang baik serta menjaga agar pemegang saham tetap senang berinvestasi di perusahaan.
  2. Praktisi PR harus menjalin hubungan yang baik dengan wartawan keuangan dan media massa keuangan, mempersiapkan laporan keuangan dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
  3. Keberhasilan praktisi humas bergantung pada kepiawaian memersuasi pihak manajemen untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan memersuasi masyarakat untuk percaya kepada perusahaan bahwa mereka telah menjalankan tugasnya dengan baik.
  4. Manajemen puncak merupakan representasi dari perusahaan yang dipimpinnya. Oleh karena itu, sikap, tindakan dan ucapan pimpinan mencerminkan pula sikap, tindakan dan ucapan lembaga yang diwakilinya. Praktisi humas perlu terus-menerus meminta agar manajemen bersikap, bertindak dan berucap dengan hati-hati dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap tanggung jawab sosialnya.
  5. Kedudukan humas pada perusahaan memiliki fungsi pendukung (staff function) dari departemen utama perusahaan. Sebagai fungsi pendukung, humas bertugas memberikan pandangan, saran yang mendukung departemen utama (line function). Departemen utama pada perusahaan adalah bagian yang terkait dengan produk dan bagian yang berperan memberikan keuntungan secara langsung bagi perusahaan
  6. Peran staf pendukung semakin dibutuhkan seiring pesatnya perkembangan perusahaan dan semakin kompleksnya pekerjaan yang harus ditangani. Eksekutif yang berada pada departemen utama memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menetapkan kebijakan dan mengatasi pelaksanaannya, namun mereka membutuhkan dukungan dalam bentuk rencana, saran, serta dukungan lainnya. Staf pendukung memberi saran kepada eksekutif puncak dan menyediakan support bagi staf utama.
  • Keterampilan Praktisi Humas Perusahaan

Praktisi Humas Perusahaan dewasa ini dituntut untuk memiliki sejumlah keterampilan khusus dalam berkomunikasi, keterampilan pertama yang wajib dimiliki adalah menulis. “Writing is the 1st skill of PR practitioners” menurut Craig Pearce. Bahkan menurutnya, “It’s more important than being a nice person”. Hal tersebut juga disetujui oleh Todd Hunt, “Tidak ada PR tanpa keterampilan menulis”.

Dalam bukunya Manajemen Kehumasan, Rhenald Kasali, mengatakan kegiatan kehumasan didominasi oleh aktivitas tulis menulis dibanding kegiatan-kegiatan lainnya. “Sekitar 70 persen kegiatan humas merupakan aktivitas tulis-menulis, selebihnya merupakan aktivitas-aktivitas lainnya”.

Dominannya kegiatan tulis-menulis dalam aktivitas kehumasan terlihat dari beragamnya produk tertulis praktisi PR perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan. Produk tertulis tersebut antara lain siaran pers, majalah internal, newsletter, advertorial, company profile, dll. Untuk itu praktisi PR perusahaan juga perlu membekali diri dengan beberapa materi jurnalistik, diantaranya teknik reportase, teknik penulisan berita, teknik menulis artikel dan feature, teknik wawancara, bahasa jurnalistik, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan jurnalistik atau kemampuan tulis-menulis lainnya.

Dengan mempunyai kemampuan menulis, diharapkan SDM kehumasan dapat mendukung kegiatan kehumasan perusahaan. Oleh karena itu, permintaan akan jasa konsultan PR dan manajer PR yang handal menulis sangatlah tinggi. Walaupun demikian, bidang PR demikian luas tidak hanya berhubungan dengan jurnalistik. Banyak biro iklan yang juga mewakili kerja divisi PR perusahaan, biasanya bidang tugas dan strukturnya tidak dibakukan, karena mengantisipasi aneka rupa perkembangan dalam profesi praktisi humas perusahaan. Konsekuensinya, seorang pejabat PR perusahaan senantiasa dituntut untuk belajar. Ia harus rendah hati, tekun, serta cepat menyesuaikan diri. Kemampuan dan kemauan untuk mempelajari hal-hal baru mutlak diperlukan. Berikut adalah keterampilan utama untuk menjadi praktisi humas perusahaan:

  1. Writing. Praktisi humas harus terampil dalam menulis. Publik saat ini tidak hanya bergantung pada wartawan atau media massa untuk mengakses informasi. Publik juga sudah menjadikan media sosial, seperti FB, twitter, blog, dan lain-lain sebagai sarana komunikasi dan bertukar informasi. Untuk itu praktisi humas perusahaan harus bisa terampil menulis di sosial media. Salah satu kemampuan praktisi PR perusahaan yang penting adalah menciptakan konten, dan konten yang paling lazim diciptakan oleh praktisi PR adalah tulisan. Praktisi PR harus mampu mengemas pemikirannya agar dapat menyentuh hati pembacanya, membangun dukungan dan ketertarikan yang berujung pada pembangunan persepsi dan perilaku yang diinginkan. Dengan adanya perkembangan teknologi media sosial, konten yang dibuat juga diharapkan dapat bersifat viral, atau layak sebar ke komunitas yang lebih luas. Tulisan dapat mengambil banyak bentuk, antara lain: Artikel, Kolom, Blog post, Facebook note, Tweet, dll. Untuk dapat memproduksi konten yang baik, praktisi PR perusahaan harus berlatih menulis setiap hari. Dari latihan sehari-hari inilah, praktisi PR perusahaan berkembang dan tumbuh menjadi produsen konten yang mampu menggerakan hati, tangan, kaki, dan mulut pembacanya sesuai visi misi perusahaan.
  2. Mendengar dan mengamati. Dengan rajin mendengarkan dan mengamati, praktisi humas perusahaan akan mampu menggali berbagai perasaan, sentimen, opini, persepsi, ekspektasi, dan harapan dari berbagai macam orang di berbagai komunitas yang berbeda-beda. Hal tersebut dibutuhkan untuk menganalisis berbagai data yang dari mendegar dan mengamati, kemudian meramunya menjadi informasi yang dapat dijadikan dasar yang kuat dalam membuat keputusan dan strategi komunikasi perusahaan.
  3. Bercerita. Praktisi PR perusahaan pada dasarnya adalah seorang story teller. Praktisi PR perusahaan diharapkan mampu menyentuh orang lain melalui ceritanya. Selain menulis, kemampuan bercerita ini penting untuk membuat narasi yang baik bagi tulisan. Praktisi PR perusahaan harus mampu mengemas cerita dan membangun relasi yang baik. Karena dewasa ini, Public Relations juga diterjemahkan menjadi People Relations, di mana praktisi PR dituntut untuk mampu menyentuh orang yang berbeda-beda, bukan hanya publik secara luas. Sebagai contoh, praktisi PR perushaan harus dapat menghadapi seorang pekerja yang anaknya sedang sakit dan pemimpin serikat pekerja yang sedang berdemonstrasi, dengan teknik bercerita yang berbeda. Hal ini menyangkut cara mengemas pesan yang sama dengan  sudut pandang yang berbeda kepada kedua jenis orang tersebut
  4. Membangun daya tarik audio visual. Karena konten PR tidak terbatas pada tulisan, praktisi PR juga menguasai mengenai fotografi dan video yang bernilai dan mampu menarik hati khalayaknya. Praktisi PR harus paham berbagai jenis foto dan video yang tepat untuk berbagai kepentingan, sebagai bentuk “action” dan “sharing” perusahaan untuk khalayaknya. Kemampuan menciptakan bayangan yang “spektakuler” pada saat merencanakan acara itulah yang menjadi kunci suksesnya membangun berbagai pemberitaan dan konten-konten yang menyentuh di berbagai media, termasuk media sosial.
  5. Melek digital dengan menguasai publishing tools.Perkembangan teknologi saat ini menjadikan hampir semua orang yang memiliki akun media sosial sebagai penerbit, begitupun dengan kamera/video recorder pada smart phone, menjadikan semua orang dapat menjadi fotografer dan film maker. Seorang praktisi PR perusahaan harus mampu menggunakan semua alat teknologi digital ini untuk mampu menciptakan konten secara cepat, sederhana, dan berkualitas tinggi, serta menyebarkannya melalui berbagai touchpoint di mana ia berelasi. Kemampuan ini membuatnya menjadi tukang cerita yang berpengaruh dan mampu mendorong anggota komunitasnya melakukan sesuatu yang diharapkan, atau menyebar konten tersebut ke komunitas yang lebih luas. Menguasai ‘Publishing Tools’ dalam Internet dan alat-alat media sosial menjadikan praktisi humas perusahaan harus bisa menguasai media komunikasi. Praktisi PR perusahaan saat ini harus tahu berbagai saluran komunikasi, mulai dari saluran komunikasi media tradisional sampai digital untuk dapat melihat kesempatan dan menggunakan media mana yang terbaik bagi perusahaan.
  6. Mudah bergaul. Salah satu definisi PR adalah membangun hubungan baik yang saling menguntungkan melalui komunikasi dua arah. Kemampuan terpenting bagi praktisi PR perusahaan adalah kemampuan mudah bergaul dan membangun jaringan. Bagi praktisi PR perusahaan, persahabatan dan jaringan adalah hal utama. Melalui hal ini, praktisi PR perusahaan akan mampu menggunakan kemampuannya sebagai pencerita dan mulai membangun pengaruhnya. Terutama membangun pengaruh di dunia media sosial menjadi penting, karena sosial media saat ini telah menjadi balai pertemuan baru bagi praktisi PR perusahaan dari berbagai komunitas yang berbagai jenis. Kemampuan bergaul ini pun penting dalam membangun kemampuan bercerita, karena pergaulan di tempat yang berbeda membutuhkan cerita yang berbeda pula. Kemampuan bergaul secara luas akan membangun sikap yang natural bagi praktisi PR untuk berbicara dan memikat publik melalui berbagai media. Hal ini ditunjukkan dengan berlaku baik kepada orang lain (good with people). Dalam menjalankan keterampilan ini, Praktisi humas bekerja berdasarkan prinsip pemersatu (uniters), bukan pemisah (dividers).
  7. Kreativitas. Dewasa ini media komunikasi sangat beragam. Hal tersebut menyebabkan banjirnya informasi yang tersebar di masyarakat luas. Fenomena ini menuntut praktisi PR perusahaan untuk kreatif dalam mengemas dan menyampaikan pesan, agar dapat diterima sebagai sesuatu yang positif dan membuat keuntungan untuk perusahaan.
  8. Profesionalisme. Praktisi PR perusahaan dituntut profesional, dengan menerapkan nilai-nilai inti advokasi, kejujuran, kemandirian, kesetiaan, dan keadilan dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut mengacu pada kode etik humas tentang 6 nilai inti dan prinsip inti etika PR yang dikeluarkan pada tahun 2000 oleh Public Relations Society of America (PRSA).

       Untuk dapat menerapkan keterampilan diatas, hendaknya seorang praktisi humas perusahaan memiliki sikap sebagai berikut:

  1. Tidak banyak mengumbar janji namun lebih pada pembuktian apa yang sudah menjadi komitmen perusahaan. Akan lebih baik apabila bisa memberikan lebih dari yang dijanjikan.
  2. First impressions count. Memperhatikan kualitas tampilan yang menjadi identitas perusahaan seperti tampilan website, kartu nama, marketing tools, penampilan dan cara perusahaan berkomunikasi kepada khalayak.
  3. Gemar melakukan riset. Dewasa ini riset menjadi penting. Kegunaan antara lain, membuat tulisan atau tampilan perusahaan menjadi lebih mengakar dan dekat dengan masyarakat. Bentuk riset yang dilakukan antara lain adalah mencari tahu tentang materi tulisan yang akan kita berikan ke media dan dapat memilih media yang tepat sebagai target penyebaran informasi perusahaan.
  4. Mengenali klien perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan mencari tahu mengenai visi, misi, dan reputasi klien perusahaan.
  5. Menjalin hubungan baik dengan stakeholder. Hal tersebut penting, untuk menjaga kepercayaan dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Jangan hubungi stakeholder hanya di saat diperlukan saja.
  6. Merecanakan program kehumasan dengan membuat parameter keberhasilan. Hal ini penting, sebagai pembiasaan bahwa sebuah kinerja harus terukur. Kalau tidak, perusahaan tidak dapat menilai program yang praktisi humas perusahaan jalankan berhasil atau tidak.
  7. Berpikir positif. Praktisi PR perusahaan bertugas untuk menyentuh dan menggerakkan hati, serta membangun pengaruh. Untuk itu diperlukan sikap mampu berpikir positif dan bersikap positif terhadap berbagai perilaku baru yang harus ia pengaruhi. Bagaimana ia dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat memiliki persepsi yang positif terhadap ide yang ditawarkannya, bila ia sendiri tidak menerapkannya pada diri sendiri.  Sangat penting bagi praktisi PR untuk memiliki can do spirit dan menyebarkan energi positif kepada siapapun yang ia temui, terutama khalayaknya.
  8. Berhati-hati. Praktisi PR perusahaan menyadari bahwa apa yang ia ucapkan dapat mempengaruhi banyak orang, dan berdampak besar bagi organisasi. Sangat berbahaya apabila praktisi PR perusahaan bertindak ceroboh, tidak waspada dalam menyebarkan berita, informasi yang tidak dicek kebenarannya, atau keputusan perusahaan yang belum boleh disebarluaskan, tapi ia sebarkan. Untuk itu sikap berhati-hati sangat penting, bila tidak mau dikatakan menyebarkan berita hoaks.

            Khusus untuk hubungan dengan media, praktisi humas perusahaan, hendaknya membekali diri untuk memiliki keterampilan sebagai berikut:

  1. Membuat judul tulisan yang dapat menarik perhatian media. Hal ini penting, karena media menerima ratusan materi tulisan setiap hari. Dari ratusan materi yang masuk tersebut, redaksi hanya akan mencari judul yang menarik perhatian mereka.
  2. Bila ada permasalahan, praktisi humas perusahaan harus mengatakan persoalan yang sebenarnya. Tentunya hal ini membutuhkan sebuah teknik handal berkomunikasi, bukan berarti handal berkelit. Kejujuran adalah hal yang utama, namun memiliki teknik penyampaian yang dapat menyelesaikan masalah secara win-win solution.
  3. Menjaga hubungan baik terhadap media. caranya dengan mengetahui nama teman-teman wartawan dan hal-hal personal tentang mereka seperti hobi atau ulang tahun. Dengan demikian, dapat menjalin hubungan pertemanan yang baik, seperti ikut serta dalam hobinya atau sekedar memberi ucapan selamat ulang tahun.
  4. Mengenal karakteristik sosial media dan dapat mengaplikasikan sosial media, serta memanfaatkannya dengan ikut serta dalam forum wartawan atau forum kehumasan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan komunikasi dengan rekan-rekan wartawan dan rekan-rekan profesi praktisi humas perusahaan lain.
  5. Menjadi pribadi yang terbuka terhadap segala jenis informasi, dan membuka diri menjadi narasumber yang mudah dihubungi wartawan sebagai sumber informasi. Terutama dengan hadirnya media digital,  adalah sumber tak terbatas untuk PR, agar mudah di temui atau di hubungi.
  6. Lebih banyak mendengarkan. Praktisi PR harus rajin mengamati dan mendengarkan. Mendengarkan sangat penting untuk dapat memahami paradigma lawan bicaranya, menemukan sudut pandang yang relevan, dan akhirnya menggunakan sudut pandang tersebut untuk mampu menyentuh dan menggerakkan rekan media untuk menulis hal yang positif tentang perusahaan.
  7. Mampu menghadapai semua orang yang memiliki aneka ragam karakater dengan baik. Hal tersebut berarti ia harus mampu dan mau berusaha untuk memahami serta, bersikap toleran kepada setiap orang yang dihadapinya tanpa harus menjadi seorang penakut atau penjilat.
  8. Mampu berkomunikasi dengan baik. Artinya, ia mampu menjelasakan segala sesuatu dengan jernih, jelas dan lugas, baik itu secara lisan maupun tertulis, atau bahkan secara visual, misalnya melalui gambar atau foto-foto.
  9. Pandai mengorganisasikan segala sesuatu. Hal ini tentunya juga tercermin di dalam kehidupan pribadi, tidak hanya dalam masalah pekerjaan.
  10. Memiliki integritas personal, baik di dalam profesi maupun di dalam kehidupan pribadinya.
  11. Memiliki imajinasi. Artinya, daya kreatifnya tinggi sehingga ia mampu memproduksi ide-ide yang kemudian diimplemetasikan ke dalam produksi media kehumasa, seperti membuat jurnal internal, menulis naskah untuk film dan video, menyusun rencana kampanye PR perusahaan yang rinci dan jelas, serta mampu mencari dan menemukan cara-cara yang semula tak terbayangkan guna memecahkan berbagai masalah.
  12. Kemampuan mencari tahu. Seorang praktisi PR perusahaan dituntut untuk memiliki akses informasi yang seluas-luasnya. Dalam hal ini, ia dituntut untuk menjadi seorang yang serba tahu dan menguasai beragam jenis ilmu mulai dari ekonomi, hukum, sampai politik.
  13. Mampu melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil-hasil dari suatu kampanye PR perusahaan, serta belaja dari hasil-hasil dari penelitian tersebut sehingga lahir pengembangan dan terobosan baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

            Sementara itu, berikut sikap yang harus dihilangkan dari seorang praktisi PR perusahaan:

  1. Bersikap arogan. Arogansi seringkali muncul karena merasa berkerja di perusahaan atau praktisi PR itu sendiri merasa memiliki latar belakang yang pendidikan yang prestisius. Dewasa ini, sikap arogansi adalah musuh publik nomor satu. Publik manapun sangat membenci arogansi, sehingga pesan apapun yang disampaikan, bila disampaikan dengan arogan, tak akan mampu menyentuh dan menggerakkan hati khalayak.
  2. Emosional. Pada saat emosi, praktisi PR perusahaan dapat mengatakan apapun yang akan disesalinya kemudian. Maka sangat tak disarankan bagi praktisi PR perusahaan untuk berkomunikasi dalam kondisi emosi tinggi. Publik pun akan beraksi sama, karena dibuat emosi oleh letupan emosi praktisi PR Perusahaan. Sehingga, bukannya simpati yang didapatkan, namun ketidaksukaan atau kebencian terhadap perusahaan.
  3. Terlambat berkomunikasi, takut, dan tidak percaya diri. Di atas disampaikan bahwa praktisi PR harus berhati-hati dalam berkomunikasi. Namun terlalu berhati-hati dan terlambat berkomunikasi, atau tidak berkomunikasi sama sekali karena kurang percaya diri, juga dapat menimbulkan dampak negatif yang besar bagi perusahaan. Keluhan pelanggan yang tak ditangani dengan cepat, dapat menimbulkan kesan arogan, tidak peduli atau tidak mampu berkomunikasi. Pertanyaan wartawan yang tidak ditanggapi dengan baik atau dijawab no comment dapat menimbulkan kesan adanya kesalahan perusahaan yang ditutup-tutupi. Bahasa tubuh yang takut atau tidak percaya diri dapat menimbulkan kesan perusahaan melakukan kesalahan fatal.
  4. Sok tahu. Praktisi PR perusahaan yang memiliki sikap sok tahu atau merasa bahwa ia sudah tahu semua data yang ia butuhkan, dan tak mau menggali lebih dalam, sangat berbahaya. Hal ini dapat menyebabkan ia kerap sekali salah dan tak mau menerima respon negatif dari lawan bicaranya.

    Seorang praktisi PR yang baik selalu mau menerima pandangan yang berbeda, bahkan dituntut mencari dan menggali berbagai pandangan yang berbeda. Sikap sok tahu, sangat dekat dengan arogansi, yang akhirnya dapat menimbulkan resistensi yang menyulitkan praktisi PR mencapai tujuannya. Praktisi PR perusahaan harus menyadari bahwa dunia berputar dengan sangat cepat. Ilmu yang berlaku tahun lalu belum tentu dapat berlaku saat ini. Jadi, praktisi PR harus selalu haus mencari informasi baru, menggali berbagai tren dan mengantisipasi apa yang akan terjadi, bukan bertahan pada pengalaman dan kejayaan masa lalu yang bisa jadi sudah ketinggalan zaman.

Sumber: Safitri, Dini. (2015). Humas Perusahaan. Jakarta: LP2M UNJ

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA