Sebutkan huruf-huruf yang luluh ketika bertemu dengan awalan me

Contoh penggunaan awalan ber-, me-, dan meng- yang benar dakam kalimat. (Photo by picjumbo.com from Pexels)

Bobo.id - Apakah teman-teman sudah pernah mempelajari materi tentang Awalan dalam pelajaran Bahasa Indonesia?

Kalau sudah, pastinya teman-teman tahu kalau ber-, me-, dan meng- merupakan bagian dari awalan.

Ketiganya seringkali kita temukan dalam sebuah kalimat. Namun, apakah kamu tahu penggunaan awalan ber-, me-, dan meng- yang benar?

Kalau belum, simak penjelasannya berikut ini, yuk!

Awalan dikenal juga dengan prefiks, yaitu imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar. Awalan bisa mengubah bentuk kata saat menjadi imbuhan pada kata dasar.

Baca Juga: Contoh Penggunaan Kata Depan 'di' dan Penggunaan Huruf Kapital dalam Kalimat atau Judul

Penggunaan Awalan ber-

Awalan ber- biasanya dibubuhkan pada kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Guna awalan ber- ini adalah untuk membentuk kata kerja.

- Awalan ber- arti mempunyai

Contoh: bersayap, berisi, berkumis

- Awalan ber- arti saling atau timbal balik

Contoh: bergaul, bersalaman, bertengkar

Baca Juga: Contoh Puisi Tentang Perilaku saat Menumpang Transportasi Umum

Page 2

Sarah Nafisah Selasa, 12 Januari 2021 | 09:00 WIB

Contoh penggunaan awalan ber-, me-, dan meng- yang benar dakam kalimat. (Photo by picjumbo.com from Pexels)

- Awalan ber- arti memakai

Contoh: berseragam, bertopi, bergelang

- Awalan ber- arti berada dalam keadaan

Contoh: bersedih, berbahagia, berduka

- Awalan ber- arti melakukan tindakan untuk diri sendiri

Contoh: berdandan, bercukur

Baca Juga: Contoh Penggunaan Huruf Kapital yang Tepat, Kata Apa Saja yang Harus Ditulis dengan Huruf Kapital?

Penggunaan Awalan me-

Awalan me- digunakan untuk membentuk suatu kata kerja dari sebuah kata dasar.

- Awalan me- arti melakukan tindakan dari kata dasar

Contoh: menyanyi, mencuci, membaca

- Awalan me- arti menjadi atau membuat jadi

Contoh: membiru, menggarami, meningkat

- Awalan me- arti mengerjakan dengan alat

Contoh: Menulis, mengunci, memotret

- Awalan me- arti berbuat seperti atau dalam keadaan

Contoh: menyendiri

Page 3

Page 4

Photo by picjumbo.com from Pexels

Contoh penggunaan awalan ber-, me-, dan meng- yang benar dakam kalimat.

Bobo.id - Apakah teman-teman sudah pernah mempelajari materi tentang Awalan dalam pelajaran Bahasa Indonesia?

Kalau sudah, pastinya teman-teman tahu kalau ber-, me-, dan meng- merupakan bagian dari awalan.

Ketiganya seringkali kita temukan dalam sebuah kalimat. Namun, apakah kamu tahu penggunaan awalan ber-, me-, dan meng- yang benar?

Kalau belum, simak penjelasannya berikut ini, yuk!

Awalan dikenal juga dengan prefiks, yaitu imbuhan yang diletakkan pada awal kata dasar. Awalan bisa mengubah bentuk kata saat menjadi imbuhan pada kata dasar.

Baca Juga: Contoh Penggunaan Kata Depan 'di' dan Penggunaan Huruf Kapital dalam Kalimat atau Judul

Penggunaan Awalan ber-

Awalan ber- biasanya dibubuhkan pada kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Guna awalan ber- ini adalah untuk membentuk kata kerja.

- Awalan ber- arti mempunyai

Contoh: bersayap, berisi, berkumis

- Awalan ber- arti saling atau timbal balik

Contoh: bergaul, bersalaman, bertengkar

Baca Juga: Contoh Puisi Tentang Perilaku saat Menumpang Transportasi Umum

MOJOK.CO – Dengan imbuhan me- dan pe-, ada kata-kata yang bakal melebur dan luluh. Fenomena ini, dalam bahasa Indonesia, terangkum dalam Hukum KPST. Apaan, tuh?!

Konon, salah satu ciri khas dari sebuah bahasa adalah ia memiliki aturan yang terkesan tidak konsisten, tapi berlaku secara konsisten. Meski aneh, bahasa Indonesia ternyata bisa menjadi contoh dalam hal ini, loh, khususnya soal imbuhan me- dan pe-.

Jadi gini, saudara-saudara. Kenapa, sih, mencontek disebut sebagai kata berimbuhan yang salah, padahal mencintai adalah benar? Kenapa juga kita harus menulis mengonsumsi, alih-alih mengkonsumsi? Lalu, mana yang paling tepat dipakai: mentraktir atau menraktir???

Nyatanya, dalam kasus imbuhan me- dan pe-, tidak semua kata bakal mengalami nasib yang sama. Secara sederhana, kita bisa membagi dua hasil akhirnya: kata-kata yang melebur dan kata-kata yang tidak melebur.

A-apa maksudnya???

Kata-kata yang tidak melebur adalah kata yang bentuk dasarnya tetap sama seperti sebelum ia diberi imbuhan. Sebagai contoh, kita punya kata dasar baca. Setelah diberi imbuhan me- dan pe-, ia berubah jadi kata membaca dan pembaca (dari kata baca).

See? Masih ada kata baca-nya di sana. Tidak berubah.

Hal yang sama berlaku pula untuk kata mencintai. Dari kata dasar cinta, kita bisa menambahkan dua imbuhan sekaligus, yaitu awalan me- dan akhiran –i. Hasilnya? Ya sama saja: mencintai (dari kata cinta); ada kata cinta yang utuh di sana, seutuh perasaan cintamu padanya (uopoooo iki!).

Selain membaca dan mencintai, kamu juga bisa mengingat beberapa kata yang lain, misalnya memakan (dari kata makan), melihat (dari kata lihat), merasa (dari kata rasa), dan mendaki (dari kata daki).

Tapi, apa sih ciri-ciri kata yang memang tidak akan melebur, seperti contoh-contoh di atas?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, sepertinya kita harus kenalan dengan kelompok yang satunya lagi, alias…

… kelompok kata-kata yang melebur.

Berbeda dengan kelompok pertama, kelompok ini punya aturannya sendiri. Beberapa orang menyebut aturan ini sebagai Hukum KPST, sedangkan yang lain kekeuh memberinya nama Hukum KTSP. Tapi, karena KTSP adalah nama yang sama untuk merujuk pada salah satu kurikulum pendidikan di Indonesia, mari kita sepakati dulu bahwa kita bakal pakai nama Hukum KPST di sini.

Pertanyaan pertama, apa sih Hukum KPST itu?

Istilah ‘KPST’ merujuk pada kata-kata dasar yang berawalan huruf k, p, s, dan t. Aturannya sederhana: kata dasar yang berawalan huruf ini secara otomatis akan melebur jika diberi imbuhan me- dan pe-.

Tapi—pertanyaan kedua—apakah praktiknya bakal sesederhana itu?

O, belum tentu, baby~

Hukum KPST sendiri memiliki beberapa aturan main, yaitu:

1. Kata dasar yang hilang bersama kenangan melebur adalah kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t HANYA JIKA huruf keduanya berupa huruf vokal.

Misalnya: menyimpan (dari kata simpan), menolong (dari kata tolong), mengawal (dari kata kawal), memukul (dari kata pukul).

2. Kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t dengan huruf kedua berupa huruf konsonan tidak akan melebur hilang bersama kenangan.

Misalnya: mentraktir, mengkritik, mengkristal.

3. Kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t dengan huruf kedua berupa huruf konsonan bisa melebur HANYA JIKA mendapat awalan pe-.

Misalnya: pemrotes (dari kata protes), pemroses (dari kata proses), pemrogam (dari kata program).

4. Perhatikan kata-kata yang mengalami pengimbuhan me- dan pe- sekaligus (imbuhan bertingkat). Pada kasus ini, ingat-ingatlah untuk mencari kata dasarnya.

Misalnya: memperhatikan, bukannya memerhatikan, karena ia berasal dari kata hati yang diberi imbuhan bertingkat (sesuai dengan KBBI Edisi Kelima).

5. Aturan-aturan di atas berlaku KECUALI pada kata-kata tertentu, yaitu mengkaji, mempunyai, dan penyair.

Kata mengkaji tidak dileburkan agar dapat dibedakan dengan kata mengaji, sedangkan dua kata berikutnya—meski merupakan bentuk yang salah sesuai Hukum KPST—tetap diterima karena telah menjadi kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

Yah, aturan kata-kata yang melebur dan luluh ini memang menarik untuk dipahami. Nyatanya, dalam bahasa Indonesia, ada kata-kata yang memang gampang luluh—sungguh jauh berbeda dengan hati gebetan yang baru menolakmu tempo hari.

Hehe~

KOMPAS.com - Banyak orang masih merasa bingung dalam memahami kaidah bahasa Indonesia dan kurang tepat saat mempraktikkannya, baik mengenai kosakata maupun tata bahasa.

Hal itu bisa ditemukan antara lain di media elektronik ataupun cetak, buku, film, dan berbagai fasilitas umum.

Salah satunya tentang penggunaan kata berimbuhan, khususnya menyangkut peluluhan fonem (huruf) pada kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t yang memperoleh imbuhan me- dan pe-.

Peluluhan itu merupakan bagian dari morfofonemik, yaitu perubahan fonem yang terjadi sebagai akibat pertemuan antara morfem (kata atau suku kata) yang satu dan morfem lain. Tujuannya untuk mempermudah pelafalan.

Baca juga: Peminat Bahasa Indonesia di Australia Turun, Ini Solusi yang Diusulkan...

Contohnya, mana yang benar dari kata berawalan me- pada pilihan berikut ini: mengoordinasikan atau mengkoordinasikan, mempopulerkan atau memopulerkan, menyukseskan atau mensukseskan, dan meneror atau menteror?

Contoh lain, mana pula yang benar: mengkritik atau mengritik, memplester atau memlester, memprotes atau memrotes, menstabilkan atau menyetabilkan, dan mentransfer atau menransfer?

Kemudian, menyangkut peluluhan kata dasar yang berawalan pe-, apakah yang benar pengkoleksi atau pengoleksi, penambak atau petambak, pengrajin atau perajin, dan pesilat atau penyilat?

Untuk menjawab sejumlah pertanyaan itu, perlu diketahui dasarnya terlebih dahulu. Menurut Penyuluh Kebahasaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Wisnu Sasangka, peluluhan fonem pada kata dasar berawalan huruf k, p, s, dan t terjadi karena adanya kemufakatan para pakar dan penutur bahasa.

“Dasar yang utama adalah kehomorganan bunyi itu. Semacam kesepakatan para ahli bahasa,” ucap Wisnu ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (7/1/2021).

Sementara itu, Ivan Lanin selaku aktivis bahasa Indonesia sekaligus Direktur Utama Narabahasa menuturkan, morfofonemik atau perubahan yang berbentuk peluluhan itu tercipta agar suatu kata lebih mudah dilafalkan dan lama-kelamaan menjadi kebiasaan.

Baca juga: Cerita Kurt Hugo Schneider Latihan Bahasa Indonesia Pakai Lagu Andmesh

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA