Sebutkan 4 hal mengapa industri jepang sangat maju

Toyota adalah salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Perusahaan yang bermarkas di Tokyo (Jepang) ini didirikan pada 28 Agustus 1937, 82 tahun lalu. Pendirinya adalah Kiichiro Toyoda, anak tertua dari Sakichi Toyoda sang pencetus industri Toyota yang semula membuat mesin jahit pada awal 1900-an.

Bagi orang Jepang, barangkali nama Sakichi Toyoda layak disejajarkan dengan Thomas Alva Edison. Ia tak hanya mampu mencerahkan industri Jepang, namun juga mempermudah kerja buruh-buruh tenun dengan mesin otomatis yang menambah kapasitas serta efisiensi produksi tekstil kala itu.

Etos kerja terampil dan tak mudah menyerah secara langsung ditularkan kepada Kiichiro Toyoda, yang sejak kecil sudah terbiasa melihat ayahnya bekerja di pabrik. Usai lulus dari universitas, ia pun bergabung dengan perusahaan milik keluarga, Toyoda Automatic Loom Works Ltd yang kemudian menjadi Toyota Industries Corporation.

Sebelum Sakichi Toyoda wafat, ia berpesan pada anaknya untuk melanjutkan bisnis tersebut. Walau begitu, Kiichiro Toyoda rupanya lebih menyukai industri otomotif, yang ketika itu dianggap sebagai keputusan penuh risiko. Sebab belum banyak perusahaan Jepang yang terjun dalam bidang tersebut.

Kenneth E. Hendrikson dalam The Encyclopedia of The Industrial Revolution(2015: 965-966) menceritakan masa-masa awal berdirinya produsen mobil Toyota. Rencana Kiichiro Toyoda yang bakal memproduksi kendaraan di dalam negeri ternyata langsung mendapat dukungan dari pemerintah Jepang.

Maka pada 1929 ia pergi ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) untuk mempelajari serta mengambil inspirasi untuk mengembangkan industri otomotif. Berkali-kali ia keluar masuk pabrik di Detroit dan mempelajari tiap sudut mobil-mobil Chevrolet maupun Ford, sebelum membuat sendiri mobil yang telah lama ia idamkan.

Sepulangnya dari manca negara, sebuah mobil bernama Model A1 akhirnya tercipta pada 1935. Menariknya, mobil ini bisa bertukar komponen dengan sedan-sedan Amerika, yang pada saat itu memang mendominasi ruas-ruas jalanan Jepang.

Tak lama berselang, Kiichiro Toyoda pun mulai mendirikan Toyota Motor Company, sebagai anak perusahaan Toyoda Automatic Loom Works. Nama ‘Toyota’ sengaja dipilih karena dianggap punya keberuntungan lebih baik dan lebih mudah ditulis dalam huruf Jepang.

Selama Perang Dunia II, Toyota dilibatkan dalam memproduksi kendaraan militer yang lahir dari pabrik di Pulau Honshu. Truk-truk tahan banting ini bahkan menjadi cikal bakal Toyota Land Cruiser yang sukses terjual di AS dan seluruh dunia di kemudian hari.

Setelah kematian Kiichiro Toyoda tahun 1952, perusahaan makin gencar memproduksi mobil dan mulai mengekspor ke negara-negara di dunia. Laman Britannica mencatat, pada 1966 Toyota mulai mengakuisisi perusahaan bus dan truk besar Hino, Nippon Denso, juga Daihatsu Motor Company.

Hingga tahun 1970-an, Toyota disebut telah berhasil menjual lebih dari satu juta kendaraan secara global. Bahkan selama beberapa dekade, perusahaan ini menjadi produsen mobil terbesar di Jepang dan terus berkembang di pasar AS. Toyota pun terkenal sebagai merek kendaraan berbiaya rendah, hemat bahan bakar, serta andal. Seperti yang ditunjukkan pada Corolla, sedan paling laris di dunia.

Kini Toyota pun muncul sebagai produsen mobil yang memiliki fasilitas produksi di banyak negara, mulai dari Argentina, Brasil, Kanada, Cina, Kolombia, Republik Ceko, Mesir, Perancis, Malaysia, Meksiko, Filipina, Polandia, Portugal, Rusia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Venezuela, Vietnam, juga Indonesia.

Awal Mula Toyota di Indonesia

Mobil pertama yang diproduksi di Indonesia bukanlah mobil asal Jepang, tapi dari AS. Produsen pertama yang membuat mobil di Tanah Air adalah General Motors (GM) yang mendirikan pabrik di Tanjung Priok pada 1920.

Menurut wartawan otomotif Indonesia James Luhulima dalam Sejarah Mobil & Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini (2012), pabrik tersebut ketika itu masih terbatas untuk merakit beberapa komponen menjadi mobil utuh. Pada 1938, pabrik diperluas dan menjadi pemasok utama mobil-mobil Amerika sebelum dikirim ke kota-kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta, dan yang lainnya.

Sayang, Perang Dunia I dan II berdampak pada berhentinya aktivitas pabrik di sebelah utara Jakarta itu. Situasi awal masa kemerdekaan Indonesia yang tak menentu turut membuat kegiatan pabrik tersendat. Terlebih keinginan Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia membuat situasi makin rumit.

Akhirnya setelah Konferensi Meja Bundar ditandatangani pada 1949, Belanda menyerahkan kedaulatan ke Indonesia tanpa syarat. Situasi ekonomi berangsur membaik, namun perkembangan industri otomotif masih terganggu. Terutama setelah nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, termasuk GM di dalamnya.

Pabrik tersebut lantas diakuisisi pemerintah dan hidup kembali sekitar tahun 1970-an ketika diambil alih Astra untuk merakit truk-truk Chevrolet. Tak lama berselang, pemerintah mengeluarkan regulasi yang mengharuskan perusahaan untuk mendirikan agen tunggal pemegang merek (ATPM) sebelum memasarkan mobil di Indonesia.

Aturan langsung disambut Astra dengan mendirikan PT Toyota Astra Motor (TAM) sebagai ATPM Toyota di Indonesia. Pabrik tersebut kemudian berganti nama menjadi Gaya Motor (GM), dan sejak itu mulai memproduksi mobil-mobil lansiran pabrikan berlogo ‘T’.

Meski begitu, kehadiran Toyota di Indonesia sebetulnya sudah mulai sebelum masa 1970-an. Pada 1961, James Luhulima mencatat, sebanyak 100 unit jip Toyota beratap kanvas alias Land Cruiser FJ Series dibeli oleh Kementeriaan Transmigrasi, Koperasi, dan Pembangunan Masyarakat Desa untuk disebar ke daerah-daerah (halaman 100).

Kehadiran Land Cruiser sebagai generasi awal Toyota di Indonesia tak sendirian, waktu itu datang juga beberapa unit Toyota Tiara yang diimpor oleh mendiang AH Budi, pendiri Nasmoco Group (halaman 101). Mobil-mobil yang hadir ini barangkali jadi gelombang pertama masuknya mobil Jepang ke Indonesia, yang kemudian diikuti juga oleh merek-merek lainnya. (Tirto)

Untuk kegunaan lain, lihat Ekonomi.

Ekonomi pasar bebas dan terindustrisasi Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina dalam istilah paritas daya beli internasional. Ekonominya sangat efisien dan bersaing dalam area yang berhubungan ke perdagangan internasional, tetapi produktivitas lebih rendah di bidang agriklutur, distribusi, dan pelayanan.

Ekonomi Jepang

Pusat keuangan di Tokyo

Mata uangYen Jepang (JPY)Tahun fiskal1 April – 31 MaretOrganisasi perdaganganAPEC, WTO, OECD, G-20, G8 and othersStatistikPDB$4.41 triliun (nominal; 2016)[1]Pertumbuhan PDB
-1.4% (Q4 2015)[2]PDB per kapita34.870 (nominal; 2016)[1]
(nominal; ke-24 / PPP; ke-23)PDB per sektorpertanian: 1.2%, industri: 27.5%, jasa: 71.4% (2012 est.)Inflasi (IHK)deflationPenduduk
di bawah garis kemiskinan16% (2010)[3]Koefisien gini38.1 (2002)Angkatan kerja65.93 juta (2011 est.)Angkatan kerja
berdasarkan sektorpertanian: 3.9%, industri: 26.2%, jasa: 69.8% (2010 est.)Pengangguran3.4% (2015 est.)[4]Industri utamaKendaraan bermotor
Peralatan elektronik
Peralatan dan permesinan
Baja dan logam nonbesi
Kapal
Kimia
Tekstil
Makanan prosesPeringkat kemudahan melakukan bisniske-24[5]EksternalEkspor$697 milyar (2013 est.)Komoditas eksporkendaraan bermotor 13.6%; semikonduktor 6.2%; produk besi dan baja 5.5%; suku cadang kendaraan 4.6%; bahan plastik 3.5%; mesin pembangkit 3.5%Tujuan ekspor utama
 
Amerika Serikat 20.2%
 
Tiongkok 17.5%
 
Korea Selatan 7.1%
 
Hong Kong 5.6%
 
Thailand 4.5% (2015)[6]Impor$766.6 milyar (2013 est.)Komoditas imporminyak bumi 15.5%; gas alam cair 5.7%; pakaian 3.9%; semikonduktor 3.5%; batu bara 3.5%; peralatan audio visual 2.7%Negara asal impor utama
 
Tiongkok 24.8%
 
Amerika Serikat 10.5%
 
Australia 5.4%
 
Korea Selatan 4.1% (2015)[7]Modal investasi langsung asing$1.41 triliun (2013)Utang kotor luar negeri$2,767 triliun (Q3 2014 est.)[8]Pembiayaan publikUtang publik245.80% PDB (2015 est.)[9]Pendapatan$1,739 triliun (2013 est.)Beban$2,149 triliun (2013 est.)Bantuan ekonomi$9.7 milyar ODA (Feb 2007)Peringkat utangStandard & Poor's:[10]
AA- (Domestik)
AA- (Luar negeri)
AAA (T&C Assessment)
Outlook: Stabil[11]
Moody's:[11]
A1
Outlook: Positif
Fitch:[11]
A-
Outlook: PositifCadangan mata uang asingUS$1,264 triliun (Sep 2014)[12]Sumber data utama: CIA World Fact Book

Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dari 1960-an ke 1980-an, ekonomi Jepang merosot secara drastis pada awal 1990-an, ketika "ekonomi gelembung" jatuh. Persediaan kepemimpinan industri dan teknisi, pekerja yang berpendidikan tinggi dan bekerja keras, tabungan dan invesatasi besar dan promosi intensif pengembangan industri dan perdagangan internasional telah memproduksi ekonomi industri yang matang.

Jepang memiliki sumber daya alam yang rendah, tetapi perdagangan menolongnya mendapatkan sumber daya untuk ekonominya.

Meskipun prospek ekonomi jangka panjang Jepang masih bagus, tetapi sekarang dia berada dalam resesi terburuknya sejak Perang Dunia II. Harga saham dan properti tetap yang turun, menandai akhir dari "ekonomi busa" 1980-an. GDP nyata di Jepang tumbuh rata-rata sekitar 1% antara 1991-98, dibandingkan dengan 1980-an sekitar 4%. Pertumbuhan di Jepang pada dekade ini lebih rendah dari pertumbuhan negara maju lainnya. Jepang memasuki masa resesi pada awal millenia, dimulai oleh resesi di Amerika Serikat, tetapi sejak 2003 telah mulai tumbuh kembali dengan kuat dan pada 2004 menikmati pertumbuhan tertinggi sejak 1990.

 

Japan Airlines adalah salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia

Sejumlah tiga perempat dari total penghasilan ekonomi Jepang berasal dari sektor jasa. Industri utama sektor jasa di Jepang berupa bank, asuransi, realestat, bisnis eceran, transportasi, dan telekomunikasi. Mitsubishi UFJ, Mizuho, NTT, TEPCO, Nomura, Mitsubishi Estate, Tokio Marine, Japan Railway, Seven & I, dan Japan Airlines adalah nama-nama perusahaan Jepang yang termasuk perusahaan terbesar dunia. Kebijakan Pemerintah Jepang pada masa Perdana Menteri Junichiro Koizumi melakukan swastanisasi Japan Post. Enam keiretsu utama terdiri dari grup Mitsubishi, Sumitomo, Fuyo, Mitsui, Dai-Ichi Kangyo, dan Sanwa. Sejumlah 326 perusahaan Jepang berada dalam daftar Forbes Global 2000 atau 16,3% dari total perusahaan dalam daftar Forbes Global 2000 pada tahun 2006.

Artikel utama: Industri manufaktur di Jepang

 

Lexus LS, sedan mewah produk unggulan Lexus dari Toyota

Industri ekspor utama Jepang adalah otomotif, elektronik konsumen (lihat industri elektronik konsumen Jepang), komputer, semikonduktor, besi, dan baja. Industri penting lain dalam ekonomi Jepang adalah petrokimia, farmasi, bioindustri, galangan kapal, dirgantara, tekstil, dan makanan yang diproses. Industri manufaktur Jepang banyak bergantung pada impor bahan mentah dan bahan bakar minyak.

Kawasan industri tersebar di sejumlah prefektur. Di wilayah Kantō, kawasan industri berada di Chiba, Kanagawa, Saitama, dan Tokyo (kawasan industri Keihin). Di wilayah Tōkai, kawasan industri Chukyo-Tokai berada di Aichi, Gifu, Mie, dan Shizuoka. Di wilayah Kansai, kawasan industri Hanshin berada di Osaka, Kyoto, dan Kobe. Kawasan industri Setouchi mencakup barat daya Pulau Honshu dan bagian utara Shikoku sekitar Laut Pedalaman Seto, sementara di Kyushu, kawasan industri berada di bagian utara Kyushu. (Kitakyūshū)

 

Padi adalah tanaman pangan terpenting di Jepang. Pemandangan sawah dan hasil panen di Kurihara, Prefektur Miyagi pada musim gugur

Walaupun hanya 12% dari luas daratan di Jepang yang bisa dipergunakan untuk pertanian, tetapi hasilnya termasuk memuaskan. Besarnya hasil pertanian didukung oleh kesuburan lahan pertanian karena tanah yang mengandung abu vulkanis. Di samping itu, penggarapan lahan pertanian dilakukan secara intensif dengan didukung teknologi maju. Sektor pertanian adalah sektor yang diproteksi pemerintah dan menerima subsidi dalam jumlah besar.

Hasil pertanian Jepang berupa padi, kentang, jagung, gandum, kacang, kedelai, dan teh. Hasil peternakan berupa babi, ayam, telur, sapi dan susu. Sayur-sayuran berupa lobak, kubis, ketimun, tomat, wortel, bayam, dan selada. Sedangkan buah-buahan yang banyak ditanam adalah apel dan jeruk. Apel merupakan produk unggulan Tohoku dan Hokkaido. Buah pir merupakan produk pertanian unggulan Prefektur Tottori. Perkebunan jeruk berada di Shikoku, Shizuoka, dan Kyushu. Tanaman pir dan jeruk dibawa masuk ke Jepang oleh pedagang Belanda di Nagasaki pada akhir abad ke-18.

Padi adalah tanaman pangan yang sangat diproteksi pemerintah Jepang. Beras impor dikenakan bea masuk 490% dan pembatasan kuota sebesar 7,2% dari rata-rata konsumsi beras tahun 1968 hingga 1988. Impor di luar kuota tidak dilarang, tetapi dikenakan bea masuk \341 per kilogram. Tarif bea masuk beras impor yang sekarang (490%) diperkirakan akan naik menjadi 778% menurut perhitungan baru yang akan diberlakukan sesuai Putaran Doha.[13]

Walaupun Jepang biasanya dapat melakukan swasembada beras (kecuali beras untuk membuat senbei dan makanan olahan), Jepang harus mengimpor 50% dari kebutuhan konsumsi serealia[14] dan bergantung pada impor daging. Jepang mengimpor gandum, sorgum, dan kedelai dalam jumlah besar, terutama dari Amerika Serikat. Jepang merupakan pasar terbesar bagi ekspor pertanian Uni Eropa.

Perikanan

Jepang menempati urutan ke-2 di dunia di belakang Republik Rakyat Tiongkok dalam tonase penangkapan ikan (tahun 1989: 11,9 juta ton), kenaikan tipis dari 11,1 juta ton pada tahun 1980. Setelah terjadi krisis minyak 1973, perikanan laut dalam di Jepang menurun. Pada tahun 1980-an, total tangkapan ikan per tahun rata-rata 2 juta ton. Perikanan lepas pantai mencapai 50% dari penangkapan ikan total pada akhir 1980-an, meski beberapa kali mengalami kenaikan dan penurunan.

Perikanan pesisir dilakukan dengan perahu kecil, jala, atau teknik penangkaran terhitung sekitar sepertiga produksi total industri perikanan Jepang. Sementara itu, perikanan lepas pantai dengan kapal ukuran menengah terhitung sekitar lebih dari separuh produksi total. Di antara hasil laut yang diambil misalnya: sarden, cakalang, kepiting, udang, salem, cumi-cumi, kerang, tuna, saury, yellowtail, dan makerel.

Jepang termasuk salah satu negara yang memiliki armada perikanan terbesar di dunia. Walaupun demikian, Jepang adalah negara pengimpor hasil laut terbesar di dunia (senilai AS$ 14 miliar)[15] Sejak tahun 1996, Jepang berada di peringkat ke-6 dalam total tangkapan ikan di bawah RRT, Peru, Amerika Serikat, Indonesia, dan Chili.[16][17] Jepang juga menebarkan kontroversi dengan mendukung perburuan paus.[18]

  1. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama imf2
  2. ^ "Japan GDP drops 1.4% in fourth quarter". Financial Times. 16 Feb 2015. Diakses tanggal 16 Feb 2015. 
  3. ^ "CIA World Factbook: Japan". Central Intelligence Agency. 28 January 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-26. Diakses tanggal 7 February 2014. 
  4. ^ "Latest indicators". Statistics Bureau, Ministry of Internal Affairs and Communications. Diakses tanggal 9 June 2011. 
  5. ^ "Doing Business in Japan 2013". World Bank. Diakses tanggal 22 October 2012. 
  6. ^ factbook/fields/2050.html#ja "Export Partners of Japan" Periksa nilai |url= (bantuan). CIA World Factbook. 2015. Diakses tanggal 8 August 2016. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ "Import Partners of Japan". CIA World Factbook. 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-13. Diakses tanggal 8 August 2016. 
  8. ^ "Japan - External Debt - Actual Data - Historical Charts". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 3 March 2015. 
  9. ^ "Report for Selected Economic Indicators" (PDF). Imf.org. Diakses tanggal 1 July 2015. 
  10. ^ "Sovereigns rating list". Standard & Poor's. Diakses tanggal 26 May 2011. 
  11. ^ a b c Rogers, Simon; Sedghi, Ami (15 April 2011). "How Fitch, Moody's and S&P rate each country's credit rating". The Guardian. London. Diakses tanggal 31 May 2011. 
  12. ^ "International Reserves and Foreign Currency Liquidity – JAPAN". International Monetary Fund. 12 May 2011. Diakses tanggal 31 May 2011. 
  13. ^ "//www.bilaterals.org/article.php3?id_article=2378"
  14. ^ "//www.skillclear.co.uk/japan/default.asp[pranala nonaktif permanen]"
  15. ^ "The State of World Fisheries and Aquaculture 2006" (PDF). FAO Fisheries and Aquaculture Department FAO. 2007. ISBN 978-92-5-105568-7. Diakses tanggal 2009-03-02. 
  16. ^ "Yearbooks of Fishery Statistics: World fisheries production, by capture and aquaculture, by country (2006)" (PDF). Fisheries and Aquaculture Department FAO. 2006. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-18. Diakses tanggal 2009-03-08.  Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  17. ^ The World Almanac and book of facts 2008. World Almanac Books. 2008. hlm. 94. ISBN 1-60057-072-0. 
  18. ^ //news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/4118990.stm Japanese whaling 'science' rapped

  • Ekonomi Asia
  • Pemilikan silang
  • Bank of Japan
  • Garis waktu ekonomi Jepang
  • Gempa bumi besar Hanshin
  • Jepang
  • Nikkei 225
  • Accord Plaza
  • CIA - The World Factbook -- Japan Diarsipkan 2004-09-06 di Wayback Machine.
  • NIKKEI 225 INDEX
  • CNET: Japan's sun rises again

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ekonomi_Jepang&oldid=19981366"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA