Berapa lama virus covid bisa menular

Lihat Foto

SHUTTERSTOCK/Naeblys

Ilustrasi varian Omicron. Sub varian BA.2 dijuluki sebagai Son of Omicron. Studi ungkap Son of Omicron ini lebih cepat menular dari sub varian sebelumnya.

KOMPAS.com - Berikut pedoman bagi mereka yang positif Omicron, mulai dari lama isolasi dan kapan bisa bertemu dengan orang lain.

Virus corona Omicron telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, menyebabkan pemerintah memikirkan kembali kebijakan pandemi nasional mereka.

Omicron lebih menular daripada variasi lainnya, dan dapat menghindari vaksinasi serta menyebabkan infeksi ulang.

Sementara jumlah infeksi meningkat, jumlah rawat inap terkait Omicron menurun.

Mereka yang mendapat dosis ganda atau booster lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal jika terkena varian ini.

Baca juga: 2 Cara Mendeteksi Omicron Menurut Ahli Virologi

Beberapa negara, seperti AS dan Inggris, telah mengurangi periode isolasi menjadi lima hari untuk meringankan beban individu.

WHO telah menyarankan agar tidak berpuas diri dengan Omicron, yang menyatakan bahwa jenisnya masih "mematikan", terutama di antara orang yang tidak divaksinasi.

Berapa lama gejala Omicron muncul?

Sementara penelitian tambahan diperlukan untuk memahami varian Omicron dengan benar.

Bukti saat ini menunjukkan bahwa varian baru ini lebih ringan dan memiliki masa inkubasi yang lebih pendek.

Inkubasi adalah waktu antara infeksi dan timbulnya gejala.

Covid-19 adalah wabah pandemi yang menyerang seluruh dunia. Masa inkubasi Covid-19 merupakan interval waktu antara ketika seseorang terinfeksi dan kemungkinan timbulnya penyakit atau gejala Covid pada kasus terkonfirmasi. Waktu antara terjadinya paparan hingga timbulnya gejala atau disebut masa inkubasi, biasanya timbul dalam kurun waktu dua hingga 14 hari. Selengkapnya, simak penjelasan di bawah ini!

Masa inkubasi virus corona merupakan waktu antara terjadinya paparan hingga timbulnya gejala.

Baca Juga: Mungkinkah Penderita Covid-19 Tertular Lagi?

Masa Inkubasi Covid-19

Waktu masa inkubasi dapat diukur melalui eksperimen biologis dan observasi fisiologis. Kemampuan untuk menentukan waktu masa inkubasi sangat penting karena akan berpengaruh pada pengendalian dan pencegahan dari penularan virus Covid-19. Maka dari itu, penentuan masa inkubasi Covid-19 bukanlah perkara yang mudah, karena konsistensi kualitas data terkait lama masa inkubasi belum tersedia. Hal ini disebabkan karena tenaga medis hanya dapat berasumsi akan masa inkubasi seseorang tergantung dari hasil perhitungan tanggal awal orang tersebut terpapar atau kasus terkonfirmasi virus Covid akibat adanya kontak dengan penderita.

Masa inkubasi Covid-19 merupakan sebuah dasar pertimbangan pemerintah Indonesia dalam pembuatan strategi pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi di Indonesia. Strategi ini telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/4641/2021 terkait panduan pelaksanaan pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi dalam rangka percepatan pencegahan dan pengendaian coronavirus disease 2019 (covid-19). Selain dengan memeriksa melalui masa inkubasi, hal ini juga diperkuat dengan adanya pemeriksaan laboraturium. Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada pekerja di bidang tenaga kesehatan dan masyarakat yang tinggal di fasilitas dengan risiko penularan yang tinggi (seperti asrama atau panti, lapas, tempat pengungsian dan rutan).

Baca Juga: Tenggorokan Gatal Akibat Covid-19 dan Cara Penanganannya

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.01.07/Menkes/4641/2021 terkait pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi covid-19, masa inkubasi harus segera dimulai pada seseorang yang diinformasikan melakukan kontak erat dengan penderita covid-19 tidak lebih dari 24 jam sejak kasus indeks terkonfirmasi. Kriteria yang termasuk dalam kondisi kontak erat adalah berdekatan atau melakukan tatap muka dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih dengan penderita. Melakukan sentuhan fisik langsung dengan penderita, seperti bersalaman, pegangan tangan, dan sebagainya. Seseorang yang memberikan perawatan langsung pada penderita Covid-19 tanpa APD. Mengetahui terjadinya kontak erat ini dapat dihitung sejak 2 hari sebelum gejala timbul atau 2 hari sebelum pengambilan tes swab dengan hasil positif.

Jika tidak melakukan tes Covid-19 upaya untuk mencegah penyebaran virus dengan melakukan karantina 14 hari.

Baca Juga: Titer Antibodi Covid-19: Pengertian dan Fungsinya

Penentuan Masa Inkubasi Covid-19

Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), masa inkubasi Covid-19 akan muncul pada seseorang yang baru terinfeksi virus dalam kurun waktu kurang lebih 5 hari setelah terjadinya kontak. Sebuah studi melaporkan bahwa 97,5% orang yang terinfeksi virus Covid-19 rata-rata akan memunculkan gejala 11,5 hari setelahnya. Para peneliti juga berasumsi bahwa setidaknya ada sekitar 1 dari setiap 100 orang yang terinfeksi dalam situasi saat ini. Maka dari itu, memperkirakan dan mengenali masa inkubasi sangat penting untuk membantu seseorang mengambil langkah-langkah preventif selanjutnya. Setiap orang juga perlu untuk lebih peka terhadap gejala yang ditimbulkan. Seseorang yang telah terpapar infeksi Covid tidak langsung menimbulkan gejala, tetapi mereka dapat menularkannya 48 jam sebelum timbulnya gejala.

Masa inkubasi Covid-19 merupakan hal yang perlu diketahui oleh setiap masyarakat pada masa pandemi. Masa inkubasi Covid-19 adalah interval waktu antara ketika seseorang terinfeksi dan kemungkinan timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penderita Covid-19 akan dinyatakan selesai dan sembuh ketika orang tersebut memiliki hasil exit test negatif pada hari kelima masa inkubasi. Jika tidak melakukan tes tersebut, maka orang tersebut perlu melakukan karantina selama 14 hari. Masa inkubasi perlu dilakukan bagi seseorang terinfeksi virus, supaya penyebaran virus tidak semakin meluas. Masa inkubasi merupakan salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan secara mandiri. Jika memang seseorang positif Covid, maka akan lebih baik mereka melakukan isolasi mandiri. Tidak lupa, melakukan tes PCR atau antigen ketika tubuh sudah merasa lebih baik atau sembuh.

Baca Juga: Serologi Covid-19 Kapan Dilakukan?

Saran Selama Masa Inkubasi Covid-19

Jika Anda pernah kontak erat dengan orang yang terinfeksi Covid-19 baik setelah berpergian atau dari suatu tempat yang menjadi transmisi komunitas. Dengan kondisi tersebut sebaiknya lakukan karantina mandiri untuk mengurangi risiko penularan meskipun belum memiliki gejala apapun atau dalam masa inkubasi Covid-19. Masa inkubasi Covid-19 ini bisa juga menjadi startegi pertimbangan pelacakan untuk memisahkan sesorang yang terpapar Covid-19 dengan data penunjang yakni, hasil pemeriksaan laboratorium.

Jadi kesimpulannya, masa inkubasi merupakan salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan secara mandiri. Jika memang seseorang positif Covid, maka akan lebih baik mereka melakukan isolasi mandiri. Sementara itu, lakukan juga tes PCR atau antigen ketika tubuh sudah merasa lebih baik atau sembuh ya.

Telah direview oleh dr. Febriani K . H.

Source:

  • Admin
  • Situasi Infeksi Emerging , Warta Infem, Info Corona Virus
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS. Gejala umum berupa demam ≥380C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat/kontak erat dengan penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya. Daftar negara terjangkit dapat dipantau melalui website ini. Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah. Melihat perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi telah dinyatakan membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat. Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi COVID-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya. Tetap pantau sumber informasi yang akurat dan resmi mengenai perkembangan penyakit ini. Cara penularan utama penyakit ini adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Saat ini WHO menilai bahwa risiko penularan dari seseorang yang tidak bergejala COVID-19 sama sekali sangat kecil kemungkinannya. Namun, banyak orang yang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti batuk ringan, atau tidak mengeluh sakit, yang mungkin terjadi pada tahap awal penyakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan periode penularan atau masa inkubasi COVID-19. Tetap pantau sumber informasi yang akurat dan resmi mengenai perkembangan penyakit ini. Tidak. Hingga saat ini penelitian menyebutkan bahwa virus penyebab COVID-19 ditularkan melalui kontak dengan tetesan kecil (droplet) dari saluran pernapasan. COVID-19 disebabkan oleh salah satu jenis virus dari keluarga besar Coronavirus, yang umumnya ditemukan pada hewan. Sampai saat ini sumber hewan penular COVID-19 belum diketahui, para ahli terus menyelidiki berbagai kemungkinan jenis hewan penularnya. Saat ini, belum ditemukan bukti bahwa hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dapat terinfeksi virus COVID-19. Namun, akan jauh lebih baik untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan hewan peliharaan. Kebiasaan ini dapat melindungi Anda terhadap berbagai bakteri umum seperti E.coli dan Salmonella yang dapat berpindah antara hewan peliharaan dan manusia. Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti berapa lama COVID-19 mampu bertahan di permukaan suatu benda, meskipun studi awal menunjukkan bahwa COVID-19 dapat bertahan hingga beberapa jam, tergantung jenis permukaan, suhu, atau kelembaban lingkungan. Namun disinfektan sederhana dapat membunuh virus tersebut sehingga tidak mungkin menginfeksi orang lagi. Dan membiasakan cuci tangan dengan air dan sabun, atau hand-rub berbasis alkohol, serta hindari menyentuh mata, mulut atau hidung (segitiga wajah) lebih efektif melindungi diri Anda. Vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sedang dalam tahap pengembangan/uji coba. Tidak, antibiotik hanya bekerja untuk melawan bakteri, bukan virus. Oleh karena COVID-19 disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak bisa digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan. Namun, jika Anda dirawat di rumah sakit dan didiagnosis COVID-19, Anda mungkin akan diberikan antibiotik, karena seringkali terjadi infeksi sekunder yang disebabkan bakteri. Orang yang tinggal atau bepergian di daerah di mana virus COVID-19 bersirkulasi sangat mungkin berisiko terinfeksi. Mereka yang terinfeksi adalah orang-orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala melakukan perjalanan dari negara terjangkit, atau yang kontak erat, seperti anggota keluarga, rekan kerja atau tenaga medis yang merawat pasien sebelum mereka tahu pasien tersebut terinfeksi COVID-19. Petugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi COVID-19 berisiko lebih tinggi dan harus konsisten melindungi diri mereka sendiri dengan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat. Tidak ada batasan usia orang-orang dapat terinfeksi oleh coronavirus ini (COVID-19). Namun orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, atau tekanan darah tinggi) tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit parah. Orang yang terinfeksi COVID-19 dan influenza akan mengalami gejala infeksi saluran pernafasan yang sama, seperti demam, batuk dan pilek. Walaupun gejalanya sama, tapi penyebab virusnya berbeda-beda, sehingga kita sulit mengidentifikasi masing-masing penyakit tersebut. Pemeriksaan medis yang akurat disertai rujukan pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk mengonfirmasi apakah seseorang terinfeksi COVID-19. Bagi setiap orang yang menderita demam, batuk, dan sulit bernapas sangat direkomendasikan untuk segera mencari pengobatan, dan memberitahukan petugas kesehatan jika mereka telah melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit dalam 14 hari sebelum muncul gejala, atau jika mereka telah melakukan kontak erat dengan seseorang yang sedang menderita gejala infeksi saluran pernafasan. Waktu yang diperlukan sejak tertular/terinfeksi hingga muncul gejala disebut masa inkubasi. Saat ini masa inkubasi COVID-19 diperkirakan antara 1-14 hari, dan perkiraan ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan kasus. Ya, aman. Orang yang menerima paket tidak berisiko tertular virus COVID-19. Dari pengalaman dengan coronavirus lain, kita tahu bahwa jenis virus ini tidak bertahan lama pada benda mati, seperti surat atau paket. Sejak 5 Februari 2020, Indonesia telah memberlakukan pembatasan perjalanan ke Cina berupa penghentian sementara penerbangan dari dan ke Cina. Pada tanggal 5 Maret 2020, Indonesia juga memberlakukan pelarangan transit atau masuk ke Indonesia bagi pelaku perjalanan yang dalam 14 hari sebelumnya datang dari wilayah berikut:
  • Iran : Tehran, Qom, Gilan
  • Italia : Wilayah Lombardi, Veneto, Emilia Romagna, Marche dan Piedmont
  • Korea Selatan : Kota Daegu dan Propinsi Gyeongsangbuk-do.
WHO secara ketat memantau situasi terkini dan secara teratur menerbitkan informasi tentang penyakit ini. Informasi lebih lanjut mengenai penyakit ini dapat dilihat melalui: Info Coronavirus WHO Online atau Arsip Berita Update Coronavirus. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah tertularnya virus ini adalah:
  • Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima dan sistem imunitas / kekebalan tubuh meningkat.
  • Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan sabun atau hand-rub berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai bersih selain dapat membunuh virus yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang sangat penting.
  • Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).
  • Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
  • Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi, maka virus dapat dengan mudah masuk ke tubuh kita.
  • Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung ketika Anda sakit atau saat berada di tempat umum.
  • Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan benar, lalu cucilah tangan Anda.
  • Menunda perjalanan ke daerah/ negara dimana virus ini ditemukan.
  • Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat, terutama jika Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas. Segera hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka. Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah melakukan perjalanan terutama ke negara terjangkit, atau pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang sama. Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.
  • Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan akurat. Ikuti arahan dan informasi dari petugas kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat. Informasi dari sumber yang tepat dapat membantu Anda melindungi dari Anda dari penularan dan penyebaran penyakit ini.
Pemakaian masker hanya bagi orang yang memiliki gejala infeksi pernapasan (batuk atau bersin), mencurigai infeksi COVID-19 dengan gejala ringan, mereka yang merawat orang yang bergejala seperti demam dan batuk, dan para petugas kesehatan. Cara yang paling efektif untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan COVID-19 adalah mencuci tangan secara teratur, tutup mulut saat batuk dengan lipatan siku atau tisu, dan jaga jarak minimal satu meter dari orang yang bersin atau batuk. Jika Anda tidak berada di wilayah terjangkit COVID-19, atau jika Anda tidak melakukan perjalanan dari salah satu wilayah tersebut, atau tidak melakukan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki gejala COVID-19 atau merasa kurang sehat, kecil kemungkinan Anda untuk tertular COVID-19. Namun, dapat dimengerti bahwa Anda mungkin merasa stres dan cemas tentang situasi yang terjadi saat ini. Tetaplah tenang dan jangan panik. Carilah informasi yang benar dan akurat tentang perkembangan COVID-19 agar Anda mengetahui situasi wilayah Anda dan Anda dapat mengambil tindakan pencegahan yang wajar. Jika Anda berada di wilayah terjangkit COVID-19, Anda harus serius menghadapi risiko tersebut. Selalu jaga kesehatan dan perhatikan informasi dan saran dari pihak kesehatan yang berwenang. Tentu saja aman, namun tetap memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Pakailah masker jika Anda kurang sehat atau berada di kerumunan, selalu cuci tangan setelah memegang benda atau berjabat tangan. Untuk kondisi saat ini, seseorang belum bisa diberikan surat keterangan bebas COVID-19, karena kita tidak pernah tahu apakah dia pernah kontak dengan orang yang sakit COVID-19. Situasi perkembangan penyakit COVID-19 di Indonesia dapat dipantau melalui laman website infeksiemerging.kemkes.go.id Informasi tentang media KIE atau situasi perkembangan COVID-19, dapat diakses melalui:   Daftar pertanyaan dan jawaban diatas dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan global penyakit ini. Versi PDF dapat diunduh disini. Selalu pantau laman infeksiemerging.kemkes.go.id untuk informasi terkini, atau masukkan email Anda dalam kolom subscribe di samping atau di bawah artikel ini untuk memantau informasi terkini setiap kasus infeksi emerging global dan nasional.


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA