Salah satu karya seni yang dihasilkan pada zaman peradaban Islam yaitu

Lihat Foto

Kemdikbud

Hikayat Nabi Sulaiman, bukti akulturasi dan perkembangan budaya Islam di Indonesia di bidang seni sastra.

KOMPAS.com - Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan dan mengikuti jalur-jalur pelayaran.

Setelah masuk dan berkembang berkat peran para pedagang dari Gujarat, penyebaran agama Islam semakin pesat.

Terlebih berkat dukungan dari ulama dan kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia, seperti Samudra Pasai, Demak, Pajang, Mataram, dan lain sebagainya.

Agama Islam berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya agama Islam yang memengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia.

Pengaruh tersebut dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan kerajaan Islam di Indonesia, salah satunya karya sastra.

Baca juga: Perkembangan dan Peninggalan Islam di Sumatera

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan (2010) oleh M Junaedi, karya sastra Islam Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Persia atau Arab. Karya sastra peninggalan kerajaan Islam di Indonesia, sebagai berikut:

Hikayat

Hikayat merupakan cerita atau dongeng yang isinya bermacam-macam, mulai dari keajaiban dan peristiwa yang tidak masuk akal.

Ada pula yang berpangkal kepada seorang tokoh sejarah atau kepada suatu peristiwa yang sungguh terjadi. Contoh-contoh hikayat, adalah:

  1. Hikayat Amir Hamzah, menceritakan kepahlawan Amir Hamzah yang memperjuangkan Islam dan mempertahankan Malaka dari Portugis.
  2. Hiyata Si Miskin, menceritakan Manakarma yang lahir dari keluarga miskin namun memiliki budi yang baik dan sukses menjadi raja.
  3. Hikayat Bayan Budiman, kisah dengan latar belakang dari hikayat India. Bercerita tentang burung bayan yang mencegah seorang perempuan muda yang akan berselingkuh.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam

Babad

Babad merupakan puisi berbahasa Jawa yang menyajikan rangkaian peristiwa sejarah, kepahlawanan, dan peperangan. Misalnya:

  1. Babad Tanah Jawi, berisi silsilah raja-raja dari Mataram Hindu sampai Mataram Islam.
  2. Babad Raja-Raja Riau, mengenai raja-raja Riau yang memiliki corak Islam.
  3. Babad Demak, tentang Raden Patah yang mendirikan Kerajaan Demak.
  4. Babad Cirebon, bercerita kisah Pangeran Cakrabuwana yang membangun kota Cirebon dan perkampungan muslim.
  5. Babad Gianti, membahas fenomena politik yang terjadi Pulau Jawa sekitar 1741-1757

Suluk

Suluk yaitu kitab-kitab yang menceritakan soal-soal tasawuf. Sukuk di Jawa banyak mengisahkan Walisongo. Suluk dan tembang gubahan Sunan Bonang ditulis pada daun lontar.

Dalam kesenian Islam, utamanya seni rupa, menampilkan ragam seni tulisan yang dibuat indah menggunakan pola-pola tertentu, disebut kaligrafi. Pola gambar yang paling awal berkembang pada kesenian Islam adalah pola-pola yang diambil dari dunia tumbuhan (floralisik) dan pola-pola geometrik. Sejak awal seni rupa Islam tidak membuat pola yang diambil dari bentuk hewan, manusia, atau perwujudan dari makhluk hidup.

Terdapat dua pendapat mengenai pola makhluk hidup yang digunakan dalam kesenian Islam. Pertama, meyakini bahwa pembuatan pola makhluk hidup, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an tidak diperbolehkan. Dan kedua, berpendapat bahwa pembuatan pola makhluk hidup pada lukisan, gambar, atau patung tidak akan menjadi objek pemujaan seperti berhala.

Sejak abad ke-13, di Timur Tengah terdapat pola kaligrafi yang menggambarkan dunia binatang, seperti burung, kuda, dan lain sebagainya. Jika masjid-masjid kuno di Timur Tengah banyak menampilkan beragam jenis kaligrafi di dinding utamanya, di Indonesia perkembangan kaligrafi di masjid-masjid baru muncul ketika abad ke-20.

Berbeda dengan perkembangan kaligrafi di masjid-masjid, perkembangan kaligrafi pada nisan-nisan kubur di Indonesia diketahui berasal dari abad ke-11. Nisan kubur pertama yang terdapat kaligrafi di dalamnya adalah nisan kubur Fatimah binti Maimun binti Hibatullah yang wafat tahun 1082 M. Makam tersebut ditemukan di Leran Gersik, Jawa Timur. Nisan tersebut ditulis dalam huruf Arab dengan tulisan kaligrafi Kufik Timur. Kemudian nisan kubur Sultan Malik as-Salih yang wafat pada 1297 M di situs kerajaan Samudera Pasai. Bentuk tulisan kaligrafi pada nisan tersebut adalah kaligrafi Thuluth.

Seni rupa Islam selain dalam bentuk tulisan-tulisan indah, ada dalam bentuk pola-pola gambar. Seperti pada beberapa nisan kubur akan ditemukan hiasan berpola dedaunan dan juga geometrik. Di Indonesia yang banyak menggunakan pola-pola tersebut adalah batu nisan dari kerajaan Aceh, dan dari pecahan hiasan dari situs kerajaan Banten Lama. Berbagai barang pun ditemukan menggunakan hiasan-hiasan berbagai pola, seperti yang ditemukan pada kain batik, pusaka-pusaka, atau benda-benda keperluan sehari-hari

Sumber : Poesponegoro, Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.

Gerbang kaligrafi bismillahirrahmanirrahim (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)

Kaligrafi adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.

Tulisan-tulisan kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia

No. Kaligrafi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan 1 Makam Fatima binti Maimun Gresik, Jatim Abad 13 M

-2 Makam Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M S. Pasai 3 Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jatim Abad 15 M

-4 Makam S. Giri Gresik, Jatim Abad 15 M

-5 Makam S. Gunung Jati Cirebon, Jabar Abad 15 M Cirebon 6 Makam S. Kudus dan S. Muria Kudus, Jateng Abad 15 M

-7 Makan Sunan Kalijaga Demak, Jateng Abad 15 M Demak 8 Makan raja-raja Banten Banten Abad 15 M Banten 9 Makam raja-raja Mataram Imogiri Abad 16 M Mataram 10 Makam raja-raja Mangkunegaran Astana Giri Abad 16 M Mataram 11 Makam raja-raja Gowa Katangga Abad 16 M Gowa

Kitab

Kesusastraan Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang bercorak Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam.

Beberapa suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk.

Hikayat adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa, hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi Ar-Raniri.

Tradisi

Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten.

Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan harapan memperoleh firasat dalam mimpi. Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.

Sekaten, yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.

BAB VI

PETA KUNO DAN FOTO ZAMAN PENJAJAHAN 1. Fase perkembangan

Secara garis besar fase perkembangan sejarah senirupa Indonesia dapat dikategorikan kedalam 7 fase, yaitu :

1. Masa Perintisan yaitu sekitar tahun 1817 sampai tahun 1880

Pada masa perintisan ini tokoh yang paling dikenal adalah Raden Saleh, dengan nama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman Lahir di Terbaya, pada tahun 1814 -1880, putra keluarga bangsawan pribumi yang mampu melukis gaya atau cara barat, baik dari segi alat, media maupun teknik, dengan penggambaran yang natural dan

Raden Saleh banyak mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag. Dia sering berkeliling dunia dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

Ciri-ciri karya lukisan pada masa ini dengan Raden Saleh sebagai pelopornya adalah :

1. Bergaya natural dan romantisme

2. Kuat dalam melukis potret dan binatang

3. Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix. 4. Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang Beberapa judul Karya Raden Saleh:

1. Hutan terbakar

2. Perkelahian antara hidup dan mati 3. Pangeran Diponegoro

4. Berburu Banteng di Jawa 5. Potret para Bangsawan

Contoh karya-karya masa perintisan:

2 Masa Indonesia Jelita

Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam

Indonesia.Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam.

Badai atau TheStorm 1851 -Raden Saleh

Berburu Rusa - karya Raden Saleh Deanles Karya Raden

Masa ini dinamakan Indonesia Jelita karena pada masa ini Karya-karya yang dihasilkan para Seniman Lukis lebih banyak menggambarkan tentang keindahan alam, serta lebih banyak menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia. Tokoh Pelukis pada Masa Indonesia Jelita ini adalah :

1.Abdullah Suriosubroto (1878-1941) 2.Mas Pirngadi (1875-1936)

3.Wakidi

4.Basuki Abdullah

5.Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)

6.Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee Mayer (Jerman) 7.dan W.G. Hofker.

Ciri-ciri lukisan yang dihasilkan yaitu: 1.Pengambilan obyek alam yang indah

2.Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka

3.Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai spirituil 4.Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia

Contoh karya pada masa ini adalah :

3. Masa Cita Nasional

Masa Cita Nasional yaitu Bangkitnya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Tahun 1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Perkumpulan pertama di Jakarta, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya

Balinese legend,W. Spies The Day’s end Mount

Lukisan cat minyak, karya Abdullah SR

Mountain Landscape karya Wakidi (Cat minyak diatas kanvas, 139.5 x 197 cm)

Hasil karya mereka mencerminkan : 1. Mementingkan nilai-nilai psikologis; 2. Tema perjuangan rakyat ;

3. Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata; 4. Memiliki kepribadian Indonesia ;

5. Didasari oleh semangat dan keberanian;

6. Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :

Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana

S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh. Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian

Contoh karya pada masa ini adalah:

4. Masa Pendudukan Jepang 63

Full moon ceremony(1994) oil on canvas by Arie SmithGunung Merapi, karyaBasoeki Abdullah Village life in Sanur Willem Gerard Hofker

(1902-1981), oil on canvas

Di Depan Kelambu Terbuka,1939, Sudjojono, 86 x 66 cm & Laki-laki Bali dan Ayam Jago, 1958, Agus Djaja S., cat minyak di atas kanvas, 100 x

Kawan – kawan Revolusi, 1947 karya S. Sudjojono, cat minyak di atas kanvas, 95 x 149

Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi. Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.

Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutan dari masa cita Nasional

Tokoh utama pada masa ini antara lain: 1. S. Sudjojono

2. Basuki Abdullah, Emiria Surnasa 3. Agus Djajasumita, Barli

4. Affandi, Hendra dan lain-lain Contoh karya pada masa ini adalah :

5. Masa Setelah Kemerdekaan

Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan

angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar

mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :

1. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.

Mengungsi, 1947, karya S. Sudjojono, cat minyak diatas kanvas, 95 x 149 cm

Pengemis karya Affandi, Cat minyak di atas kanvas, 99 x 129 cm

Keluarga Pemusik , 1971, karya Hendra Gunawan, cat minyak

2. Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyat yang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.

3. Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.

4. Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.

5. Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.

6. Masa Pendidikan Formal

Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan formal

1. Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari 1948 di Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams.

2. Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung.

3. Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikanyang terbesar di Indonesia.

Pelukis-pelukis akademis, seperti:

Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta, Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta). Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous, Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto. (Bandung).

7. Masa Seni Lukis Baru di Indonesia

Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia disemarakkan oleh munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni rupa Indonesia.

Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :  Tidak membeda-bedakan disiplin seni

 Mengutamakan ekspresi

 Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu  Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru

 Besifat eksprimental Pelopor Masa Indonesia Baru :  Jim Supangkat,

 Nyoman Nuarta,  S. Primka,  Dede Eri Supria,

 Redha Sorana dan sebagainya.

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas di temukan bahwa adanya seni terapan zaman Hindu Budha yang berkembang pesat di Indonesaia. Dan masi dapat di temui peninggalan-peninggalan seni rupa tersebut sampai saat ini, salah satu tempat yang sangat kental mengandung unsur seni rupa Hindu Budha yaitu di daerah Bali

Dan ternyata seni rupa zaman Hindu Budha yang berkembang di Indonesia di bawa oleh kerajaan-kerajaan yang berkuasa juga pedagang-pedagang yang datang ke Indonesia sambil menyebarkan ajaran Hindu Budha serta Kesenianannya.

Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).

Selaim itu juga peninggalan sejarah kebudayaan islam dapat berbentuk bangunan seperti masjid, istana, makam dll.

7.2 Saran

Pada makalah ini penulis sadari bahwah masik banyak kekurangan yang terletak di dalamnya. Untuk itu dengan pesatnya teknologi saat ini kita kita dapat mencari lebih banyak kesenian-kesenian rupa Hindu Budha yang berkembang di Indonesia saat ini. Semua ini kembali kepada kita sendiri, mau dari mana kita mencari tau kesian tersebut.

Dan pada dasarnya sebagai masyarakat Indonesia kita harus mengerti dan memahami kesenian yang telah ada di Indonesia untuk menjadi masyarakat yang berbakti pada negara sendiri dan mencintai kesenian negaranya sendiri.

Kita harus senantiasa menjaga dan melestarikan situs – situs dan sejarah kebudayaan islam, karena dengan kita menjaganya dan melestarikannya akan ada peninggalan untuk anak cucu kita nanti, mereka bisa terus mempelajari dan melestarikan peninggalan nenek moyang nya terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

indark007.wordpress.com/2009/02/.../sejarah-kebudayaan-islam

www.scribd.com/.../Makalah-Sejarah-Peradaban-Islam-Sumbangan-Islam dheo-education.blogspot.com/.../makalah-sejarah-peradaban-isla...

allif.net/makalah-sejarah-peradaban-islam-httpallif-net.html Arifin,Djauhar, 1985, Sejarah Seni Rupa, Bandung : CV Rosda Dharmawan, 1988, Pendidikan Seni Rupa SMA, Bandung : Armico

Garha, Oho 1979, Pendidikan Kesenian Seni Rupa SPG, Jakaerta : Depdikbud Kartono,Ario, 2005, Kreasi Seni SMA, Bandung : Ganeca Exact

Mariono,Dana, 1987, Pendidikan seni rupa SMP, Bandung : Ganeca Exact Raharjo,Budhy 1986, Seni Rupa SMA, Bandung : CV. Yrama

Rasjoyo,1994, Pendidikan Seni Rupa SMU, Pekalongan : Erlangga Sipahelut,Atisah, 1991, Dasar-Dasar Desain, Jakarta: Depdikbud Soekmono,1973, Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, Jakarta : Kanisius Sukaryono,Eddi, dkk, 1988, Seni Rupa SMP, Salatiga : Widya Duta Toekio,Soegeng, 2000,Ragam Hisa Indonesia, Bandung : Angkasa

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA