Persentase informasi yang terserap manusia dalam mengingat informasi dengan cara melihat

Penerimaan informasi merupakan hasil dari proses informasi dan proses informasi merupakan bagian dari kemampuan kognitif. Slavin menyatakan teori pembelajaran kognitif yang menjelaskan pengolahan, penyimpanan, dan penarikan kembali pengetahuan dalam pikiran. 

Proses informasi tersebut terjadi pada otak manusia. Proses informasi di dalam otak manusia merupakan proses belajar. Gagne menyatakan bahwa belajar adalah sesuatu yang terjadi di dalam benak seseorang di dalam otak.

Teori proses informasi merupakan teori baru dalam pembelajaran. Teori ini merupakan pengembangan teori kognitif yang telah dipahami selama ini. Sama halnya dengan teori kognitif, teori ini menitikberatkan bagaimana proses seseorang menerima, mengolah, memanipulasi dan menciptakan strategi baru dalam informasi. Sejalan dengan Gagne, Woolfolk menyatakan pemrosesan informasi seperti komputer, memasukkan informasi, melakukan berbagai operasi pada informasi itu untuk mengubah bentuk dan isinya, menyimpan informasi tersebut, mengambilnya lagi saat dibutuhkan, dan menciptakan berbagai respon terhadapnya. Oleh karena itu, proses penerimaan informasi pada penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana informasi diterima, diproses dan diproduksi kembali ketika menerima respon.

Teori proses informasi berkembang begitu pesat saat ini. Dapat kita pahami bahwa terjadi pergeseran paradigma tentang teori-teori lain seperti perubahan, menejemen dan lain sebagainya. Perubahan tersebut tampak ketika mencoba membahas tentang cara merubah perilaku dan mengendalikan orang lain. Kemampuan terbaik setiap orang akan dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengatur pikirannya dengan cara memanipulasi dan merancang strateginya sehingga memperoleh makna dari informasi yang diterima karena pikiran manusia adalah suatu penciptaan makna. Pentingnya teori penerimaan informasi membawa para ahli pembelajaran turut mengembangkan model pembelajaran yang berorientasi pada mengolah pikiran agar dapat menerima proses belajar dengan baik.

Teori penerimaan informasi secara umum merupakan cara seseorang memanipulasi, memonitor dan menciptakan strategi guna menghasilkan informasi yang sama maupun lebih baik dari apa yang telah diterimanya. Proses yang terjadi merupakan transformasi dari informasi yang diterima sampai disimpan atau di keluargan kembali. Gagne menyatakan bahwa proses-proses yang harus disusun seseorang dalam rangka mejelaskan gejala belajar adalah proses yang menunjukkan transformasi “masukan” menjadi “keluaran” seperti yang terjadi pada komputer. Selanjutnya melalui transformasi-transformasi lain dari sistem syaraf, pesan-pesan ini disimpan dan pada waktu diperlukan nanti diingat kembali. Informasi tersebut kembali ditansformasikan lagi menjadi bentuk “pesan” yang mengontrol tindakan otot. Hasilnya adalah ucapan dan atau bentuk tindakan yang menunjukkan bahwa suatu performansi telah dipelajari.

Mempertegas pernyataan di atas, Sternberg menyatakan bahwa teori proses informasi adalah mengkhususkan makna dalam menjelaskan peran penyandian dan strategi konsepsi. Menurutnya ada 3 tipe dari komponen pemrosesan informasi yaitu, performance components, knowledge acquisition components, metacomponents.

Pertama, performance components merupakan  proses informasi secara khusus/bagian-bagian yaitu dengan penyandian, kesimpulan, pemetaan dan aplikasi. Kedua, knowledge acquisition components merupakan proses informasi dengan melakukan pemilihan terhadap sandi-sandi, mengkombinasikannya, dan memilih pasangannya. Ketiga, metacomponent merupakan komponen yang digunakan dalam strategi merekonstruksi informasi.

Sejalan dengan itu, Siegler menyatakan bahwa anak mengkonstruksi strategi baru dan mengeneralisasinya ke dalam situasi yang lebih baru. Selanjutnya, Ia menyatakan terdapat tiga mekanisme kerja bersama-sama menciptakan perubahan-perubahan pada keahlian kognitif anak, yaitu: penyandian, otomatisasi, dan konstruksi strategis. Pertama, penyandian adalah proses informasi mencapai memori. Perubahan-perubahan dalam keahlian kognitif anak bergantung pada meningkatnya keahlian menyandikan informasi yang relevan, sekaligus mengabaikan informasi yang tidak relevan. Kedua, otomatisasi mengacu pada kemampuan memproses informasi dengan usaha minimal atau tanpa usaha sama sekali. Saat seorang anak telah mampu membaca suatu kata dengan baik, mereka tidak membaca huruf demi huruf melainkan menyadikan keseluruhan kata. Akibatnya, pemrosesan informasi menjadi lebih otomatis. Ketiga, konstruksi strategi adalah pembentukan prosedur baru pemrosesan informasi.

Sejalan dengan teori-teori di atas, para ahli perkembangan anak memiliki pandangan yang lebih spesifik cara anak memperoleh informasi dari lingkungannya. Rousseau menyatakan bahwa alam seperti guru yang tersebunyi yang mendorong anak mengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan yang berbeda. Ia menekankan pada proses interaksi anak dengan alam. Ia juga menyatakan pada usia 2 sampai 12 tahun anak mulai memiliki sejenis rasio tertentu, namun bukan rasio yang sanggup menghadapi kejadian-kejadian yang jauh dan abstraksi. Lebih tepatnya jenis rasio ini terkait langsung pada gerakan tubuh dan indera.

Kejadian merupakan fakta yang terjadi sebagai bahan masukan. Kejadian inilah yang akan diterima menjadi suatu informasi awal. Kejadian akan diproses setelah mendapatkan perhatian berupa perilaku dari orang yang menerimanya. Perhatian dilakukan oleh indra-indra yang dimiliki oleh manusia khusunya indra sentuhan, pendengaran dan mata. Kejadian akan diterima oleh indra sesuai dengan fungsinya.

Kemudian informasi dari lingkungan luar diasumsikan menjadi masukan dalam perseptual memori. Pada proses masukan inilah terjadi proses penyandian dari bentuk kejadian menjadi “file-file” di dalam memori. file-file tersebut akan disimpan dan dikeluarkan apabila dibutuhkan. Memori inilah menurut Lerner didasarkan atas sekumpulan ide atau kejadian yang terjadi secara bersama-sama dalam waktu tertentu. Solso, Maclin & Maclin menyatakan kelupaan terjadi karena kegagalan penyandian dan mengacu pada kegagalan memasukkan materi ke dalam memori jangka panjang. Artinya proses mengingat dipengaruhi oleh proses penyandian yang dilakukan ketika informasi akan memasuki memori. Johnson menyatakan bahwa perspektif kognitif pada ingatan memfokuskan pada prosesnya, bukan pada fisiologisnya. Salah satu teori utama proses mengingat adalah teori dua proses. Keduanya diketahui sebagai ingatan jangka pendek dan jangka panjang.

Proses berpikir terjadi ketika diperlukan pemahaman mendalam terdapat suatu kejadian dengan mengingat kembali informasi yang telah disimpan dan saling menghubungkannya. Akhirnya, ketika proses berpikir telah dilakukan perlu melakukan respon terhadap kejadian-kejadian lain baik berupa ucapan maupun perlakukan dari anggota tubuh yang lain. Menurut teori perkembangan anak umumnya anak-anak tumbuh dan belajar dari dorongan pendewasaan batiniah dan keingintahuan mereka sehingga proses berpikir hanya didasarkan atas kemampuan independen dari proses penerimaan informasi. Namun, kemampuan ini saja menurut Vygotsky, tidak akan sanggup melangkah jauh. Untuk mengembangkan pikiran mereka seutuhnya, anak-anak juga perlu dilengkapi alat-alat intelektual yang disediakan budaya mereka- peralatan seperti bahasa, sistem bilangan, tulisan, dan konsep-konsep ilmiah.

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan proses informasi merupakan proses penerimaan informasi dari rangsangan hingga meresponnya. Proses informasi berjalan dari penerimaan, memanipulasi, memonitor dan merekonstruksinya guna menghasilkan informasi yang sama maupun lebih baik dari apa yang telah diterimanya. Proses yang terjadi merupakan transformasi dari informasi yang diterima sampai disimpan atau dikeluarkan kembali.

Menurut Santrock model dasar dari proses informasi berjalan dari kejadian, perhatian, penyandian, memori, proses berpikir, hingga ke respons. Proses tersebut akan dijelaskan secara umum sebagai berikut.

 Gambar. Alur Proses Informasi

Alur informasi di awali dengan kejadian-kejadian yang diperoleh dari lingkungan maupun media. Kejadian ini biasanya terklasifikasi menjadi dua bentuk-bentuk dasar dari informasi yaitu kata-kata dan gambar. Bentuk-bentuk dasar informasi tersebut akan diterima oleh sensory memory melalui indra penglihatan dan pendengaran. Indra-indra tersebut akan memilah kata yang berbentuk suara maupun cetak dan gambar yang berbentuk cetak. Keberadaan indra mempunyai implikasi pendidikan penting. Pertama, orang harus memberikan perhatian pada informasi kalau mereka ingin mengingatnya. Kedua, diperlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat ke dalam kesadaran.

Pemilahan pada sensory memory akan diteruskan ke memori kerja. Proses perpindahan dari sensori memori inilah terjadinya persepsi. Persepsi merupakan penafsiran seseorang tentang rangsangan.

Pada memori kerja informasi akan dipilah menjadi yang berbentuk suara dan gambar. Informasi yang berbentuk suara mengorganisir kata menjadi model verbal sedangkan informasi yang berbentuk gambar langsung diorganisir menjadi model pictorial. Kedua model ini akan berintegrasi. Dilakukan penyimpanan jika diperlukan pada memori jangka panjang.

Keberhasilan proses penerimaan informasi dilakukan dengan pengujian terhadap respon dari penerimaan informasi. Proses penerimaan informasi merupakan domain kognitif, Bloom dalam taksonominya menyatakan bahwa kognitif, meliputi pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Dari aspek-aspek tersebut hanya akan diujikan dua aspek yaitu mengetahui dan memahami. Aspek pengetahuan merupakan pengingatan kembali atas data atau informasi. Aspek ini terdiri dari pengurutan dan penghubungan. Sedangkan aspek pemahaman merupakan pemahaman tentang makna terjemahan, dan penafsiran dari perintah dan masalah. Pemahaman terdiri dari mengklasifikasikan, dan menunjukkan.

Ditulis oleh: Lukmanulhakim, ST., M.Pd (Dosen di Prodi PG PAUD FKIP Untan)

Referensi:

  1. Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan. Alih bahasa: (Jakarta: Indeks, 2008)
  2. Robert M. Gagne, Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih bahasa: Abdillah Hanafi dan Abdul Manan (Surabaya: Usaha Nasional, 1988)
  3. Anita Woolfolk, Educational Psychology. Alih bahasa: H. Prayitno Sutjipto dan Sri Mulyantini Sutjipto (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
  4. Robert S. Siegler, Children Thinking (New Jersey: Prentice Hall, 1991)
  5. John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007)
  6. William Crain, Teori Perkembangan. Alih bahasa: Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
  7. Camille B. Wortman and Elizabeth F. Loftus, Psychology (New York, USA: Alfred A. Knopf, Inc,1985)
  8. Richard M. Lerner, dkk. 1986. Psychology. New York: Mac Millan Publishing Company, 1986)
  9. Robert L. Solso, Otto H. Maclin, M. Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif (Jakarta: Erlangga, 2008)
  10. 10. Gregory Johnson, Creating Powerful Memory, Alih bahasa: M. Jauhar (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2009)

Artikel dapat download di sini

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA