Mengapa pertambangan tertutup membutuhkan biaya yang sangat tinggi

Pada metode tambang ini, pekerja, alat berat dan semua yang digunakan berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat 4 jenis metode ini yaitu Open pit (open cast atau open mine atau open cut), Quarry, Strip Mine dan Alluvial Mine. Open pit diterapkan untuk penambangan bijih seperti bauksit.

Tambang untuk pertambangan mineral contohnya gamping. Jalur tambang diterapkan pada penambangan batubara. Tambang aluvial diterapkan pada proses menambang endapan alluvial seperti timah, pasir besi dan emas.

Baca Juga:Keuntungan Metode Terbuka (Open Pit Mining) di Pertambangan Emas

 Kelebihan dari Tambang Terbuka

Setiap metode memiliki kelebihan serta kekurangan. Dilihat dari aspek umum yang berkaitan dengan efisiensi, efektifitas semua kegiatan dan korelasinya dengan laba perusahaan. Berikut ini adalah kelebihan dari tambang dengan metode terbuka.

1. Biaya lebih murah

Biaya yang diperlukan dalam proses perhitungan per ton jadi lebih murah. Sebab pada tambang terbuka tidak dibutuhkan penyangga, ventilasi dan pencahayaan. Semua langsung diperoleh dari lingkungan yang langsung berada di permukaan bumi.

2. Lingkungan kerja lebih baik

Berbeda dengan kondisi di bawah tanah yang sulit akses cahaya serta udara, metode terbuka lebih baik. Pekerja mendapatkan suplai udara dan pencahayaan maksimal langsung dari alam terbuka.

3. Penggunaan alat berat lebih maksimal

Penggunaan peralatan untuk mendukung kebutuhan mekanis lebih leluasa. Alat-alat berat berukuran besar mobilisasinya lebih mudah, sehingga mendukung operasional, volume produksi material lebih banyak.

4. Perolehan bahan lebih banyak

Batas deposit pada tambang terbuka dapat terlihat langsung. Sehingga bisa diperhitungkan banyak yang bisa dieksploitasi. Ini juga perkiraan waktu serta biaya produksi serta pengelolaan.

5. Efisien bahan peledak

Penggunaan bahan peledak aman dan efisien. Sebab ada banyak bidang bebas, gas yang dihasilkan langsung dihembuskan angin, meminimalisir kelongsoran. Berbeda dengan metode bawah tanah yang cukup berisiko.

6. Pengawasan lebih mudah

Pengawasan dilakukan langsung melalui visual lebih mudah. Melalui pengamatan mutu bijih atau kontrol kelas. Sehingga bisa memastikan seberapa tinggi kualitas hasil material dari proses ini.

Kekurangan Tambang Terbuka Bagi Pekerja maupun Perusahaan

Dibalik segala kelebihan yang menguntungkan bagi pekerja maupun perusahaan, jangan lupa untuk melupakan kekurangannya. Berikut ini kami sampaikan beberapa kekurangan dari aktivitas tambang kategori penambangan terbuka.

1. Pengaruh cuaca secara langsung

Cuaca ekstrim di permukaan tanah bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan pekerja. Juga berdampak bagi proses produksi misalnya angin kencang, hujan lebat, suhu tinggi menyebabkan efisiensi dan produktifitas menurun.

2. Kedalaman terbatas

Penggalian tanah permukaan terbatas, sehingga mengeksploitasi materi juga mengalami keterbatasan. Sebab dalam hal membutuhkan pemindahan beban yang terlalu banyak memakan waktu, tenaga dan biaya.

3. Masalah pembuangan

Pembuangan tanah atau penutup penutup jadi permasalahan. Pada metode tambang yang dibutuhkan sebagai lokasi atau tempat pembuangan yang sangat banyak. Ini yang sering jadi keterbatasan perusahaan.

4. Letak peralatan tersebar

Lokasinya di atas permukaan tanah yang luas seringkali menyebabkan alat-alat pertambangan jadi menyebar. Ini bisa menyebabkan kurang efisiensi waktu karena harus terlebih dahulu mengambil dari lokasi lain.

5. Pencemaran lingkungan

Risiko pencemaran terhadap lingkungan baik tanah, udara maupun udara jadi tinggi. Contoh penggunaan bahan peledak, asapnya langsung ke udara, sisa material tertinggal di jalan atau masuk ke dalam aliran sungai.

Kelebihan serta kekurangan di atas tentu saja bisa di atas sebelumnya oleh perusahaan pengelola. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk menerapkan berbagai strategi kebijakan, sehingga semua proses yang dilakukan dalam terbuka untuk menghasilkan keuntungan dan memprioritaskan operasional yang aman dan pengelolaan lingkungan yang baik.  

Baca Juga: Apa Arti Open-Pit Mining yang Sering Dilakukan Perusahaan Tambang?

Ingin mengetahui pengembangan berkelanjutan Agincourt? klik di sini . Untuk mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja pekerja, klik di sini . Untuk mengetahui keanekaragaman hayati PT Agincourt, baca di sini . Ingin mengetahui pengelolaan lingkungan pertambangan? simak di sini.   Jika Anda tertarik dengan informasi-informasi mengenai emas atau pertambangan emas, Anda bisa membaca artikel-artikel dari PT. Sumber Daya Agincourt di sini.

13 Oktober 2012

Saham Tambang Menantang


Tidak Ada Investasi untuk Eksplorasi Baru

Puncak harga bahan tambang di luar migas dan emas telah terlewati tahun 2005. Tahun ini harga bahan tambang akan cenderung turun. Sekalipun demikian, kinerja saham tambang masih menarik meski pertumbuhannya mulai melambat.

Tahun ini tingginya biaya sebagai dampak dari melonjaknya harga minyak mentah akan memengaruhi kinerja saham pertambangan. Pertumbuhan ekonomi China menjadi pendorong utama permintaan bahan tambang dunia. Namun, di samping kebijakan China memperlambat pertumbuhan ekonomi, harga minyak tinggi yang saat ini mendekati 70 dollar AS per barrel juga telah membuat banyak perusahaan konsumen bahan tambang di dunia mengurangi produksi.

�Perusahaan pengolah bahan tambang, seperti produsen baja, membutuhkan energi yang besar. Padahal harga minyak sebagai sumber energi utama naik tinggi. Tingginya biaya produksi membuat perusahaan mulai mengurangi produksi,� kata Kepala Peneliti Ekuitas AAA Securities Arianto Reksoprodjo, Rabu (25/1).

Di sisi pemasok, tahun ini perusahaan-perusahaan produsen bahan tambang telah meningkatkan produksi, menyesuaikan dengan tingginya permintaan tahun lalu. Akibatnya, justru ketika pasokan telah mengejar tingkat permintaan, permintaan telah menurun. Padahal di sisi produksi bahan tambang harga minyak juga meningkatkan biaya produksi dan pengangkutan sehingga mengurangi marjin emiten produsen tambang.

Perusahaan tambang batu bara bahkan punya persoalan tersendiri, yaitu makin dalam letak batu bara membuat biaya makin tinggi untuk mengeksplorasi. Akibatnya, jika harga rendah, batu bara yang letaknya jauh di dalam tanah menjadi tidak ekonomis. Sebaliknya, kalau harga tinggi, batu bara tersebut baru akan ekonomis untuk digali karena biaya produksi yang mahal akan tertutup oleh harga jual.

Sekalipun harga batu bara tahun ini diperkirakan sudah turun dari tahun lalu, tetapi masih cukup ekonomis untuk memproduksi batu bara yang letaknya jauh dalam tanah. Tahun lalu harga batu bara mencapai puncak tertinggi 56 dollar AS per ton, dengan harga rata-rata sepanjang tahun 48-52 dollar AS per ton. Tahun ini Arianto memperkirakan harga batu bara akan di kisaran 44-48 dollar AS per ton.

Hal serupa terjadi pada emiten tambang nikel. Tahun lalu permintaan China yang tinggi membuat pasar nikel dunia kekurangan pasokan. Membuka tambang nikel memang membutuhkan biaya yang sangat mahal. Namun, setelah itu tinggal menjalankan saja dan biaya produksi yang diperlukan tidak lagi setinggi waktu membuka tambang.

Hal yang masih membebani peleburan nikel adalah kebutuhan tenaga listrik yang sangat tinggi, lagi-lagi karena harga minyak yang tinggi. Masalah lain, kapasitas peleburan produsen nikel di seluruh dunia hampir maksimum. Volume produksi sudah tak bisa banyak bergerak mengikuti permintaan sehingga otomatis harga nikel (tahun lalu) naik.

Di sisi permintaan, industri baja dan stainless steel juga butuh energi yang tinggi sehingga perusahaan konsumen bahan tambang mengurangi produksi. Jadi sementara permintaan nikel turun, biaya eksplorasi dan peleburan nikel meningkat sehingga marjin perusahaan berkurang.

�Tahun ini harga agak turun dari tahun lalu, yang sekitar 6,5 dollar AS per pon. Saya perkirakan akan berkisar 5,9 dollar AS- 6,1 dollar AS per pon,� katanya.

Arianto melihat produksi batu bara dan beberapa bahan tambang lain sebenarnya terus naik, tetapi kenaikannya hanya sekadar menyesuaikan dengan permintaan. Namun, tidak demikian halnya pada produksi minyak dan gas yang kurang investasi untuk eksplorasi baru.

Tak ada investasi baru

Berdasarkan catatan Kantor Akuntan Publik PricewaterhouseCoopers (PwC), dalam laporan mereka atas kecenderungan industri pertambangan Indonesia, eksplorasi baru sebagai penanda upaya pengembangan investasi di sektor pertambangan dalam tiga tahun terakhir ini hampir tidak ada. Data Metals Economics Group yang dikutip PwC menyebutkan, tahun 2003- 2004 ketika tingkat pengeluaran investasi untuk eksplorasi pertambangan di seluruh dunia naik signifikan, dari 1,05 miliar dollar AS menjadi 1,596 miliar dollar AS (naik 52 persen), anggaran eksplorasi di Indonesia tidak bergerak di angka tujuh juta dollar AS.

Padahal jumlah pendapatan pemerintah dari sektor pertambangan tahun 2003-2004 mengalami kenaikan, dari 1,169 miliar dollar AS menjadi 1,66 miliar dollar AS (naik 42 persen).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro di sela-sela rapat pembahasan Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (RUU Minerba) kemarin mengakui investasi di sektor pertambangan berkurang sangat signifikan sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001.

�Industri pertambangan kita sedang dalam situasi paradoks. Di satu sisi dengan berlakunya otonomi daerah urusan pertambangan diserahkan kepada pemerintah daerah, tetapi di sisi lain hal itu bertabrakan dengan keinginan kita menarik investasi baru. Sejak diterapkannya otonomi daerah, praktis tidak ada kontrak pertambangan baru karena para investor enggan melakukan perjanjian dengan pemerintah daerah,� ujar Purnomo.

Para

investor menginginkan kontrak tetap dilakukan dengan pemerintah pusat karena kepastian investasi lebih terjamin. Sebab, izin pertambangan yang dikeluarkan pemerintah daerah bisa berubah sewaktu-waktu.

Kekhawatiran atas tidak berlakunya sistem kontrak karya dan ketidakpastian perizinan dari daerah tersebut juga menjadi catatan utama dalam laporan PwC soal prioritas masalah pertambangan Indonesia.

Tujuh masalah utama yang menghambat industri pertambangan, yaitu kepastian sistem kontrak karya, perbaikan sistem perpajakan dan royalti, penyelesaian konflik kepentingan tambang dengan peraturan kehutanan, penambangan tanpa izin, tumpang tindih peraturan pusat dan daerah, keadilan dalam divestasi kepemilikan asing, serta beda penafsiran atas peraturan.

Dalam RUU Minerba disebutkan izin usaha pertambangan (IUP) dikeluarkan oleh gubernur, bupati, atau wali kota. �Keinginan investor itu tidak bisa dipenuhi karena pada masa lalu pun banyak masalah muncul akibat posisi pemerintah yang berlaku sebagai regulator dan pemain sekaligus,� ujar Purnomo.

Menurut Purnomo, pemerintah tetap berusaha mengakomodasi keinginan para investor tambang dalam RUU Minerba yang sedang dibahas di DPR. Dalam RUU Minerba disebutkan investor dapat bekerja sama dengan badan usaha milik negara untuk mengelola tambang. sumber:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA