Mengapa penggunaan bahasa Indonesia harus dikembangkan dalam komunikasi di masyarakat brainly

Pinters, sebagai mahasiswa pola pikirmu seharusnya bisa lebih progresif. Momen menjadi mahasiswa bisa kamu manfaatkan untuk mengembangkan berbagai potensi maupun mempelajari keterampilan baru. Keterampilan komunikasi adalah salah satu hal yang perlu kamu asah untuk mendukung masa depanmu.

Mengapa Skill Komunikasi Penting untuk Dipelajari

Pinters jangan menganggap remeh skill komunikasi. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, kamu akan dimudahkan dalam banyak situasi.

Di dunia kerja, kemampuanmu berkomunikasi jadi salah satu elemen penting yang dilihat atasan. Pentingnya komunikasi yang baik di dunia kerja adalah untuk mencapai beberapa hal berikut ini:

  • Tim kerja yang lebih solid.
  • Konflik di lingkungan kerja bisa diatasi dengan baik.
  • Pengambilan keputusan di lingkungan kerja bisa lebih cepat dan tepat.
  • Tujuan dan target perusahaan bisa lebih mudah direalisasikan.
  • Bisa menjalin hubungan yang baik dengan klien.
  • Mampu membangun networking dengan baik.
  • dll.

Nah, mumpung sekarang kamu masih jadi mahasiswa, lebih baik kamu mengoptimalkan kemampuan komunikasimu.

Keterampilan Komunikasi yang Perlu Dikuasai

Buat Pinters yang ingin lebih terampil dalam berkomunikasi, berikut ini adalah beberapa jenis skill komunikasi yang bisa kamu kembangkan.

1. Kemampuan Berbicara

Kemampuan dasar dalam komunikasi adalah kemampuan berkomunikasi secara lisan/verbal atau kemampuan untuk berbicara.

Hal ini berkaitan dengan pemilihan kata-kata yang tepat saat berbicara, nada dan juga intonasi saat berbicara.

Selain itu, penyesuaian diri terhadap lawan bicara juga jadi hal yang penting. Setelah mengenali latar belakang lawan bicara, sebagai komunikator harus bisa menyesuaikan gaya komunikasi yang sesuai.

Pada saat berbicara secara tatap muka, kemampuan komunikasi non verbal juga diperlukan untuk mendukung suksesnya suatu proses komunikasi. Gestur tubuh harus sangat diperhatikan.

2. Kemampuan Berbahasa Tubuh

Berbahasa tubuh adalah salah satu contoh keterampilan komunikasi non verbal yang sangat mendukung kesuksesan komunikasi verbal.

Mimik muka, tatapan mata, gerakan tangan, dan beberapa gestur lain jadi elemen penting yang juga perlu diperhatikan saat berbicara, terutama dalam situasi formal.

Hal tersebut berperan dalam membangun kesan terhadap lawan bicara dan menghidupkan proses komunikasi.

3. Kemampuan Menulis

Pinters jangan membayangkan menulis seperti mencatat materi pelajaran sewaktu sekolah. Kemampuan menulis dalam ilmu komunikasi lebih kompleks daripada itu.

Dalam ruang lingkup komunikasi formal misalnya, tata bahasa saat mengirim pesan melalui email maupun pesan melalui whatsapp harus dipertimbangkan sebaik mungkin.

Contoh lain penerapan komunikasi secara tertulis misalnya saat harus menuliskan suatu ide, gagasan, atau opini terhadap suatu hal. Kemampuan menuliskan caption sosial media juga jadi salah satu skill komunikasi tulisan yang saat ini sangat dibutuhkan.

Di level yang lebih tinggi, keterampilan menulis juga sangat dibutuhkan untuk menulis script iklan, UX pada aplikasi, dll.

Pada hal yang lebih spesifik, seorang yang terampil dalam bidang tulisan bahkan bisa mengevaluasi ejaan dan pakem tata bahasa.

Semakin berkembangnya platform elektronik, keterampilan komunikasi tulisan juga semakin berkembang kebutuhannya.

4. Kemampuan untuk Mendengarkan

Pada suatu komunikasi, jika ada orang yang berbicara, harus ada seseorang yang mendengarkan. Supaya bisa berbicara dengan baik, seseorang harus bisa mendengarkan dengan baik juga.

Mendengarkan pada proses komunikasi kerap disinggungkan dengan kesopanan atau etika.

Padahal secara lebih mendasar, jika kamu bisa mendengarkan dengan baik, informasi yang disampaikan oleh komunikator bisa kamu cerna dengan baik pula.

Kemudian kamu bisa memberi tanggapan yang sesuai. Dengan demikian, proses komunikasi akan berjalan dengan seimbang.

Pada level yang lebih tinggi, ada istilah critical listening yang perlu kamu kuasai. Pada proses critical listening, seseorang mendengarkan dengan begitu cermatnya sehingga bisa menganalisa dengan baik konten yang disampaikan, bahkan sampai tahap bisa mengevaluasi konten tersebut.

5. Kemampuan Melakukan Presentasi

Sejak SMA, kamu pasti sudah cukup familiar dengan kegiatan presentasi. Di perguruan tinggi hal tersebut akan lebih sering dilakukan.

Nah, jadikan momen-momen presentasi saat kuliah sebagai ajang latihan. Kamu jangan cuma jadi operator yang sekedar memindah slide. Tampilah sebagai penyampai presentasi supaya kamu bisa lebih luwes dan handal dalam menyampaikan presentasi.

Dalam dunia kerja presentasi juga lazim dilakukan. Misalnya salah seorang utusan perusahaan mempresentasikan suatu proyek pada klien, atau karyawan mempresentasikan idenya pada atasan, dll.

Keterampilan dalam presentasi meliputi beberapa hal yaitu kemampuan berbicara, kemampuan berbahasa tubuh, kemampuan membaca audiens, kemampuan mempengaruhi audiens, kemampuan mendesain tampilan slide presentasi, dll.

Baca Juga : Macam-Macam Skill yang Harus Dimiliki Mahasiswa Agar Mudah Mencari Kerja

6. Kemampuan Membangun Networking

Networking sangat penting untuk mendukung kesuksesanmu dalam dunia kerja. Kamu bisa mulai membangun networking sejak dari bangku kuliah.

Berkenalan dan bertemanlah dengan banyak orang. Kamu tidak akan tahu orang-orang tersebut akan menjadi apa di kemudian hari. Kemudian bangunlah hubungan positif yang tidak saling merugikan.

Kelak, networking tersebut bisa memberikanmu banyak kesempatan maupun melancarkan berbagai urusanmu.

7. Kemampuan Bernegosiasi

Keterampilan komunikasi yang satu ini cukup sulit untuk dipelajari. Butuh jam terbang untuk bisa menguasainya.
Tujuan dari suatu negosiasi adalah untuk mendapatkan kesepakatan yang menguntungkan. Pada proses negosiasi, selain kemampuan komunikasi secara verbal, pengetahuan dalam hal-hal terkait menjadi faktor penting untuk mendukung suksesnya negosiasi.

Di dunia kerja, kegiatan negosiasi sangat lazim terjadi. Jika kamu memiliki skill negosiasi yang baik, kamu pasti akan dipercaya untuk mewakili perusahaan pada proses negosiasi dengan klien.

Pinters, selain 7 skill komunikasi di atas, sebenarnya masih ada banyak skill-skill komunikasi lain yang lebih spesifik. Cara meningkatkan keterampilan berkomunikasi selain terlibat dalam organisasi adalah dengan mengikuti kursus.

Dengan kursus kamu bisa belajar lebih mendalam dan bisa mendapat sertifikat yang berguna saat mencari kerja.
Jangan khawatir masalah biaya. Pintek siap memberikan pinjaman untuk biaya kursusmu. Pinjaman dari Pintek akan membantumu membayar seluruh biaya kursus, sehingga kamu bisa kursus dengan hati ringan.

Untuk pembayarannya sendiri, Pintek menyediakan skema cicilan dengan tenor yang cukup panjang dan bunga yang ringan.

Jangan lewatkan kesempatan mengasah keterampilan komunikasi secara lebih optimal bersama Pintek. Kunjungi Pintek.id dan ajukan pinjaman untuk kursus segera.

Oleh: Dr. Felicia N. Utorodewo
(Praktisi pendidikan dan pelatih bahasa Indonesia)

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan pun diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang No 20/2003 Sisdiknas. Undang-undang tersebut menyatakan “bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Pernyataan itu diperkuat oleh ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,  serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang ini menyatakan bahwa, “bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah bagaimanakah cara sekolah mengatur prioritas pengenalan dan pembelajaran bahasa Indonesia pada anak di tengah keberadaan bahasa lainnya (bahasa daerah dan bahasa asing) dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat umum.

Di Indonesia, pengguna bahasa berhadapan dengan keberadaan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Biasanya, anak pada awalnya akan terpapar pada bahasa ibunya. Bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikenal oleh seorang anak melalui ibunya. Di Indonesia, bahasa ibu dapat berupa bahasa daerah (indigenous language) mengingat bahwa Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa daerah. Bahasa ibu dapat pula berupa bahasa Indonesia. Bagi anak-anak yang dibesarkan di kota-kota besar, bahasa ibunya dapat berupa bahasa Indonesia. Bagi seorang anak yang lahir di luar negeri atau yang salah satu orang tuanya, terutama ibunya, merupakan orang asing, bahasa ibu anak itu adalah bahasa asing, bergantung pada tempat kelahirannya atau bahasa yang digunakan salah seorang orang tuanya. Jadi, bahasa pertama seorang anak merupakan bahasa awal yang dikenalnya. 

Pengajaran bahasa Indonesia selama ini, adalah pengajaran bahasa layaknya bahasa pertama. Anak dianggap sudah memiliki keterampilan berbahasa dasar dalam bahasa Indonesia. Pengajaran bahasa diberikan dengan anggapan anak sudah mengetahui cara melafalkan kata dan memahami arti kata dalam bahasa Indonesia. Intonasi juga dianggap sudah dikuasai dan mengabaikan kenyataan bahwa lafal dan intonasi bahasa daerah berbeda dari bahasa Indonesia. Dalam kenyataannya, tidak selalu semudah itu. 

Bahasa asing merupakan bahasa yang kaidahnya, kadang-kadang aksaranya, dan konsepnya sama sekali berbeda dari bahasa Indonesia. Berarti, bahasa diajarkan sebagai bahasa yang sama sekali belum dikenal oleh anak. Semua diajarkan: pelafalan, kosakata, tata bahasa, situasi, bahkan cara menulis pun diajarkan untuk bahasa tertentu, seperti bahasa Arab, Jepang, Mandarin, Korea, dan sebagainya.      

Di Indonesia, situasi kemampuan berbahasa anak-anak bervariasi. Seorang anak dapat disebut sebagai seorang yang monolingual (menguasai satu bahasa); bilingual (menguasai dua bahasa); atau seorang yang poliglot (menguasai lebih dari dua bahasa). Seorang anak yang dibesarkan di daerah perkotaan, ditambah dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, akan mampu berbahasa Indonesia dan mungkin bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pinggiran kota, mungkin dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, mungkin pula tidak, akan mampu berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pedesaan dan, mungkin, terpencil hanya mampu berbahasa daerah.

Foto ilustrasi anak belajar bahasa (freepik.com/rawpixel-com)

Keadaan itu menunjukkan bahwa seorang anak sejak dini mampu menjadi seseorang yang poliglot (menguasai banyak bahasa sekaligus). Tentu, dengan akibat tertentu, misalnya anak akan lamban berbicara. Kelambanan terjadi karena anak sibuk mengingat kata yang didengarnya; memisahkannya dalam kelompok bahasa berbeda; dan mempelajari bilakah dan kepada siapakah suatu bahasa digunakan. Setelah melampaui usia dua tahun, anak akan mulai berbicara. Pada usia enam tahun, anak akan memilih bahasa yang akan dikembangkan. Bahasa yang jarang digunakan akan disimpan dalam ingatannya (memorinya). Nanti, suatu saat, bahasa tersebut akan dengan mudah diingatnya jika ia mempelajari bahasa tersebut. 

Dari kenyataan itu, pengajaran bahasa Indonesia tidak selalu harus diberikan sebagai bahasa pertama, melainkan sebagai bahasa kedua, setelah bahasa ibu. Menurut penelitian UNESCO, pengenalan huruf, angka, dan konsep keseharian atau lingkungan sebaiknya diberikan dalam bahasa ibu yang dikenal anak. Sebaiknya, di kelas satu hingga tiga, bahasa ibu digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia dapat digunakan jika ada konsep yang tidak ditemukan dalam bahasa ibu. Barulah berangsur-angsur diperkenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Biasanya, diawali di kelas 4 dan seterusnya. Bahasa Inggris, sebagai bahasa dunia, diperkenalkan sebagai bahasa asing dan mulai diajarkan di jenjang SMP dan seterusnya. Bahasa asing lainnya, seperti Mandarin, Arab, Jerman, Perancis diajarkan mulai jenjang SMA. 

Situasi yang beragam seperti yang digambarkan di atas menjadi masalah dalam pendidikan Indonesia. Banyak sekolah, apalagi sekolah yang berlabel ‘sekolah internasional’, yang selain mengajarkan bahasa asing sejak dini, juga menggunakan bahasa asing sebagai bahasa instruksional di sekolahnya. Bolehkah bahasa asing diajarkan sejak dini? Tentu, boleh. Akan tetapi, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, pengajaran bahasa asing dan bahasa Indonesia harus diberikan dengan intensitas yang sama. Kedua, pengajar bahasa asing harus menguasai bahasa asing dengan fasih. Jangan sampai ada kesalahan gramatikal atau lafal saat mengajarkan kepada siswa. Sekali kesalahan tersebut terjadi, anak akan terus membawanya hingga dewasa. 

Permasalahannya terbesar terjadi karena sekolah internasional mengajarkan bahasa asing tanpa mengajarkan bahasa Indonesia. Kadang kala, sekolah memberikan jumlah jam yang lebih sedikit untuk bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing. Akibatnya, anak justru tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Akibat budaya yang lebih besar adalah anak menjadi tersisih dari bangsanya sendiri. Anak lebih dapat bergaul dengan orang asing sehingga ia bersekolah di luar negeri (memang, orang tuanya mempersiapkannya untuk itu) dan tentu lebih senang bekerja dan tinggal di luar negeri dibandingkan di Indonesia. Tentu, kejadian itu tidak kita harapkan, bukan?       

Daftar Pustaka

Educational Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP). 2017. Dukungan bagi Pendidikan Multibahasa Berbasis Bahasa Ibu (PMB-BBI) di Sekolah-sekolah Pedesaan dan Daerah Terpencil di Papua. Jakarta: ACDP, Balitbang, Kemendikbud.

Kennison, Sheila M. 2014. Introduction to Language Development. California: Sage Publications.

Levey, Sandra dan Polirstok, Susan. 2011. Language Development: Understanding Language Diversity in the Classroom. California: Sage Publications.

UNESCO. 2007. Improving the Quality of Mother Tongue-based Literacy and Learning: Case Studies from Asia, Africa, and South America. Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education.

Rubrik ini dipersembahkan oleh:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA