Mengapa naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik?

Naskah Proklamasi Autentik. Berikut profil pengetik naskah proklamasi kemerdekaan indonesia

TRIBUNNEWS.COM - Simak profil pengetik naskah proklamasi kemerdekaan indonesia dalam artikel ini.

Dikutip dari Buku Tematik Siswa SD/MI Kelas V Tema 5 Ekosistem (2017) oleh Diana Puspa, proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

Pada saat yang sama, dikibarkan Bendera Merah Putih dan dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.

Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, terjadi penculikan terhadap Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta oleh para pemuda pejuang Indonesia.

Baca juga: Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan: Arti dan Maknanya bagi Masyarakat Indonesia

Tujuan penculikan tersebut agar kedua tokoh penting ini terhindar dari pengaruh ancaman dan tekanan pemerintah pendudukan Jepang.

Keeseokan harinya, kedua tokoh dikembalikan lagi ke Jakarta.

Lalu, di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, proklamasi dirumuskan.

Kemudian, setelah selesai ditulis, naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik.

Lalu siapa Sayuti Melik?

Baca juga: Makna Proklamasi Kemerdekaan bagi Bangsa serta Rakyat Indonesia

Baca juga: Sejarah dan Makna Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Lengkap dengan Isi Teks Proklamasi

Profil Sayuti Melik, Pengetik Naskah Proklamasi

Perbedaan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI tulisan tangan Soekarno dan ketikan Sayuti Melik. /Kemendikbud

PANGANDARAN TALK - Terjadi 4 perubahan naskah teks Proklamasi Kemerdekaan RI tulisan tangan Soekarno dengan hasil ketikan Sayuti Melik.

Teks Proklamasi usulan Ir. Soekarno yang diketik Sayuti Melik itu kemudian disetujui oleh peserta sidang perumusan proklamasi.

Teks Proklamasi kemudian ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta di rumah kediaman perwira Jepang Laksamana Muda Tadashi Maeda, di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Serial She-Hulk: Attorney at Law'. Inilah Misi yang Harus Dijalankan Jennifer Walters si Wanita Raksasa

Pemerintah pusat melalui Arsip Nasional RI telah menetapkan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI yang diketik oleh Sayuti Melik tersebut sebagai naskah rekomendasi Penetapan Benda Cagar Budaya dengan Nomor Be-0002/TANCB/17/05/2013.

>

Berikut Teks Proklamasi Kemerdekaan RI hasil ketikan Sayuti Melik:

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.

Patung Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi ditemani BM Diah, di Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

SETELAH konsep (klad) naskah Proklamasi disetujui, rumusan itu harus diketik terlebih dahulu sebelum diajukan kepada para anggota PPKI dan lainnya yang menunggu di ruangan tengah. Terdapat beberapa coretan dan perubahan akibat pertukaran pendapat. Seperti kata “secermat-cermatnya” diganti dengan “saksama.”

Menurut Ahmad Subardjo, Sukarni yang kebetulan memasuki ruangan, diminta untuk mengetiknya. “Saya lihat dia pergi ke suatu ruang dekat dapur di mana Sayuti Melik dan lain-lain duduk-duduk. Terdapat satu mesin tik di situ dan Sayuti Meliklah mengetik teks dari tulisan tangan Sukarno,” kata Subardjo.

Namun, dalam Wawancara dengan Sayuti Melik karya Arief Priyadi, Sayuti Melik mengaku bahwa Sukarno langsung memintanya mengetik naskah Proklamasi, tidak melalui Sukarni. Perintah Sukarno: “Ti, Ti, tik, tik!”

Advertising

Advertising

Baca juga: Begini Naskah Proklamasi Dirumuskan

Pengakuan Sayuti Melik diamini BM Diah, wartawan harian Asia Raya. “Bung Karno memanggil Sayuti Melik yang kebetulan lewat ruangan itu: ‘Ti, Ti, tik ini,’ kata Bung Karno, sambil melambai-lambaikan selembar kertas yang berisi teks Proklamasi.”

Sayuti kemudian menghampiri meja Sukarno dan menerima konsep teks tersebut. “Dia menuju ke ruang lain yang ada meja tulis dan mesin tik. Saya berdiri di belakang Sayuti ketika dia mengetik,” kata BM Diah dalam biografinya, BM Diah Wartawan Serba Bisa karya Toeti Kakiailatu.

Sayuti Melik menyatakan naskah Proklamasi tidak langsung bisa diketik karena di rumah Maeda tidak tersedia mesin tik. Tetapi, ada sumber yang menyebutkan, sebenarnya mesin tik ada tetapi berhuruf kanji sehingga sulit digunakan. Untuk itu, Satzuki Mishima, pembantu Maeda dengan mengendarai jeep pergi ke kantor militer Jerman untuk meminjam mesin tik. Satzuki bertemu Mayor Kandelar, perwira Angkatan Laut Jerman, yang lalu meminjamkan mesin tik itu.

Baca juga: Kisruh Penandatanganan Naskah Proklamasi

Sayuti Melik, ditemani BM Diah, mengetik naskah Proklamasi di ruangan bawah tangga dekat dapur. Dia mengetik naskah Proklamasi dengan perubahan: “tempoh” menjadi “tempo”; kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti “Atas nama Bangsa Indonesia” dengan menambahkan nama “Soekarno-Hatta”; serta “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Angka tahun ’05 adalah singkatan dari 2605 tahun showa Jepang, yang sama dengan tahun 1945.

“Saya berani mengubah ejaan itu adalah karena saya dulu pernah sekolah guru, jadi kalau soal ejaan bahasa Indonesia saya merasa lebih mengetahui daripada Bung Karno,” kata Sayuti Melik. Jadi, naskah Proklamasi yang dibacakan pada 17 Agustus 1945 sebagai berikut:

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-2 yang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17, boelan 8 tahoen 05

Atas nama Bangsa Indonesia

Soekarno-Hatta

Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi itu dengan tergesa-gesa. Maka hasil ketikannya tidak rapi, sedikit agak mencong (tidak lurus). Sedangkan konsep tulisan tangan Sukarno dia tinggalkan begitu saja di dekat mesin tik. Setelah naskah Proklamasi yang diketik itu dibacakan di depan rapat dan disetujui, barulah Sukarno dan Hatta membubuhkan tanda tangannya.

“Karena tergesa-gesa tadi maka tidak terpikirkan perlunya mengetik rangkap untuk arsip. Jadi hanya saya buat satu lembar saja,” kata Sayuti Melik. “Dengan demikian naskah yang resmi adalah naskah yang saya ketik yang kemudian dibacakan pada 17 Agustus 1945 oleh Sukarno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta pukul 10.00 pagi. Sedangkan naskah yang masih berupa tulisan tangan Sukarno itu sebetulnya baru konsep.”

Baca juga: Mencari Mikrofon Proklamasi

“Setelah konsep saya ketik, saya tinggalkan begitu saja di dekat mesin ketik dan ternyata tidak saya temui lagi. Saya beranggapan bahwa konsep yang ditulis tangan oleh Bung Karno itu telah hilang, mungkin sudah sampai di tempat sampah dan musnah,” kata Sayuti. “Tetapi ternyata anggapan saya itu salah. Saudara BM Diah ternyata memberikan perhatian terhadap konsep naskah tulisan Bung Karno tadi, mungkin beliau telah memikirkan untuk keperluan dokumentasi maka konsep itu diselamatkan.”

Untuk terakhir kali, BM Diah melongok lagi ke tempat Sayuti Melik mengetik. “Saya melihat teks asli (konsep, red) itu tergolek di meja. Karena rasa gembira, teks asli itu terlupakan. Kertas itu kemudian saya ambil, saya lipat baik-baik dan kemudian saya masukkan ke dalam kantung. Empat puluh tujuh tahun lamanya saya simpan teks asli itu dan selalu saya bawa ke mana saja saya berkeliling dunia.” BM Diah baru menyerahkan naskah konsep Proklamasi tulisan tangan Sukarno itu kepada Presiden Soeharto pada 1993.

Artikel ini akan mengisahkan seorang wartawan yang memiliki peran mengubah kata dan kalimat dalam teks proklamasi yang dibacakan kala itu, Sayuti Melik. Kita mengenalnya sebagai juru ketik naskah teks proklamasi. Mau tahu seperti apa kisahnya? Simak artikelnya ya.

--

Di buku-buku pelajaran sekolah, kiranya “Sayuti Melik” menjadi tokoh yang nggak asing di telinga kan? Betul banget. Kalau kamu ingat, Sayuti Melik ini pasti ada hubungan erat banget sama naskah proklamasi kan? Nah, berhubung bulan Agustus ini momennya bertepatan dengan kemerdekaan Republik Indonesia, nggak ada salahnya dong mengulik sedikit dengan hal-hal terkait proklamasi?

Seberapa detail kah informasi mengenai Sayuti Melik di buku pelajaran sekolah?

Eits, jangan negatif dulu pikirannya...bukan berarti artikel ini lebih lengkap informasinya atau datanya terkait Sayuti Melik lho. Artikel ini cuma sebagai bahan tambahan aja buat kamu belajar. Yaa syukur-syukur bisa mendapat informasi yang ngga ada di buku paket, dilengkapi deh dengan adanya artikel ini.

Balik lagi, siapa Sayuti Melik itu?

Tebak-tebakan dulu yuk, dari namanya, menurut kamu itu Sayuti Melik cewek atau cowok? Coba klik voting di bawah ini deh.

Banyak diantara kita, termasuk kakak sih, yang awalnya itu mengiria bahwa peran Sayuti Melik hanya sebatas melakukan pengetikan naskah proklamasi.

Ibaratnya, kalau kerja kelompok itu ada temen yang kerjaannya cuma bagian ngeprint tugas doang.

Awalnya mikir gitu, tapi setelah mencari alamat ke sana ke mari, barulah tersadar. Ternyata, peran Sayuti Melik ini, nggak sebatas sebagai juru tik teks proklamasi aja. Beliau bolak-balik masuk penjara saat Belanda masih menjajah Indonesia. Maklumlah, Belanda itu merasa ngeri kalau tulisan-tulisan Sayuti Melik itu sampai dibaca rakyat Indonesia.

Keberanian Sayuti Melik dalam menulis di surat kabar membuatnya keluar masuk penjara. Tercatat dalam sejarah bahwa beliau pernah dibuang ke Boven Digul, Papua, pada tahun 1921-1933. Selang 4 tahun kemudian, masuk lagi ke penjara di Gang Tengah.

Kebayang kan gimana otoriternya penjajah waktu itu? Nulis sedikit, penjara. Nulis sedikit, penjara.

Uniknya, Sayuti Melik mendapat pasangan hidup, S.K. Trimurti yang juga bergerak untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ya, sama saja, mereka bergantian keluar masuk penjara gara-gara Belanda waktu itu. Untungnya, mereka berdua berkomitmen untuk saling berjuang.

Kurang romantis apa coba? Dapat pasangan yang saling mendukung dan punya satu tujuan yang sama.

Mohon maaf, artikel ini tidak bertujuan membuat kamu baper.

Lanjut…

Sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, tepatnya tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan Sukarno-Hatta ke daerah Rengasdengklok. Salah satu pemuda yang ikut dalam penculikan itu ialah Sayuti Melik.

Nah, Sayuti Melik dan pemuda lainnya seperti Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana mendesak Sukarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Desakan ini muncul karena Jepang sudah mengalami kekalahan dari Sekutu-nya. Setelah para pemuda, Sayuti Melik cs, membawa Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Perumusan naskah proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori (sekarang menjadi Jalan Imam Bonjol).

Setelah konsep naskah proklamasi selesai ditulis oleh Sukarno, ia meminta bantuan Sayuti Melik untuk mengetiknya. Sayangnya, di rumah Laksamana Tadashi Maeda ngga ada mesin tik. Tapi, beberapa sumber sejarah mengatakan sebenarnya ada mesin tik di rumah tersebut, hanya saja berhuruf kanji Jepang.

Nahloh...gimana dong??

Untungnya ada pembantu Laksamana Tadashi Maeda yang mau membantu mencarikan mesin tik. Akhirnya didapatlah mesin tik itu hasil dari pinjaman mayor Kandelar, perwira Angkatan Laut Jerman.

Baca Juga: Mitos Baju Hijau dan RIP Current di Pantai Selatan

Ditemani oleh BM Diah,Sayuti Melik mulai mengetik naskah proklamasi. Berhubung Sayuti Melik memiliki background seorang wartawan dan pernah mengenyam pendidikan sekolah guru, jadi tahu mana ejaan yang tepat digunakan dalam teks proklamasi.

Usul Sayuti Melik dengan menambahkan “Soekarno-Hatta” dalam naskah tersebut disetujui oleh para perumus dan naskah tersebut akhirnya ditandatangani oleh bapak proklamator kita.

Tapi, tahukah kamu Squad? Bahwa kita melihatnya nih, Sayuti Melik seperti orang kepercayaan Sukarno kan? Nyatanya ngga. Tercatat bahwa Sayuti Melik menentang usulan pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup oleh MPRS kala itu. Selain itu, ia juga memiliki pemikiran yang bersebrangan dengan Sukarno.

Sukarno kala itu menggagas usulan tentang Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme). Sayuti Melik mentangnya dan mengusulkan mengganti Nasakom menjadi Nasasos (sosialisme). Soalnya, pada waktu itu, Sayuti Melik melihat PKI berusaha memanfaatkan kharisma Sukarno untuk masuk ke dalam pemerintahan.

Hayooo siapa yang baru ngeh kalau Sayuti Melik itu bukan nama asli? Ya, apalagi kamu yang tadi udah menjawab kuis di awal artikel kalau Sayuti Melik itu perempuan.

Aku tertipu…

Aku terjebak…

Aku terperangkap muslihatmu...

Eits...ngga ada maksud buat menipu apalagi ngejebak kamu. Toh salah benar ngga masalah, yang masalah itu kalau kamu malas membaca catatan sejarah Indonesia.

Selain baca catatan sejarah, kamu bisa banget cari tahu tentang sejarah Indonesia lainnya di ruangbelajar. Ada banyak video animasi sejarah di sana. Nggak usah bingung gimana cara bayar ruangbelajar. Bilang aja ke Mama atau Papa kamu buat langganan sekarang karena semuanya di ruangbelajar itu jadi mudah kok.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA