Mengapa bk perkembangan bersifat mengupayakan pada pencapaian tujuan

(Penulis, adalah Guru di SMPK Penabur Jakarta, asal Lampung. Tinggal di Jakarta)

PROGRAM bimbingan dan konseling yang baik mengikuti suatu pola perencanaan tertentu, dan dapat melihat kondisi yang akan dihadapi, serta sanggup menghadapi perubahan. Program disusun bersama oleh personil bimbingan dan konseling dengan memperhatikan kebutuhan siswa, mendukung kebutuhan pendidik untuk memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa secara optimal dalam pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan visi sekolah. Program yang disusun disampaikan ke semua pendidik di sekolah pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.

PENGERTIAN PROGRAM KERJA BIMBINGAN KONSELING

Program kerja adalah suatu rangkaian kegiatan yang disusun dan akan dilaksanakan dalam suatu satuan waktu tertentu sehingga ada  program tahunan, program semesteran, program  bulanan, mingguan dan harian. Untuk menyususun program kerja dibutuhkan kegiatan perencanaan.  Yang dimaksud dengan perencanaan adalah merancang ide/gagasan kreatif dan cerdas konseptual untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah serta kemudian mengubah ide itu ke dalam kegiatan nyata. Dalam hubungannya dengan bimbingan dan konseling, perencanaan meliputi kegiatan menemukan substansi material layanan untuk memenuhi kebutuhan khalayak sasaran, menetapkan strategi penyampaian, menetapkan koordinator dan personil pelaksana, mengidentifikasi dukungan sistem/sumber, dan menetapkan kalender kegiatan.    

PRINSIP PENYUSUNAN PROGRAM BK

Menurut Depdikbud (1975), beberapa prinsip penyusunan program bimbingan dan konseling sebagai berikut: (1). Program Bimbingan dan Konseling perlu diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik. (2). Penyusunan Program bimbingan dan konseling diawali dengan need assesment (penilaian kebutuhan). (3). Program bimbingan dan konseling perlu fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga. (4). Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan. (5). Perlu ada penilaian yang teratur dan terarah terhadap program bimbingan dan konseling yang disusun.

PRINSIP PENYUSUNAN PROGRAM DISARIKAN DARI GYSBERS & HANDERSON (188)

Pertama. Program Bimbingan supaya disusun selaras dengan program pendidikan dan pembelajaran dari sekolah yang bersangkutan, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Kedua. Pada waktu menelaah kebutuhan, masalah dan karakteristik siswa, supaya mengikutsertakan staf sekolah yang lain. Ketiga. Program bimbingan perlu diinformasikan pada seluruh staf sekolah, sehingga dapat memahami dan mau memberi dukungan secara berkesinambungan. Keempat. Kemampuan staf sekolah dalam bidang bimbingan dan konseling perlu diketahui, yang meliputi: pengalaman kerja, pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, kepribadian, minat terhadap bimbingan, latarbelakang kehidupannya, dan kemampuan memimpin.

Kelima. Meneliti macam-macam layanan dan kegiatan lain yang ada dan dilaksanakan di sekolah. Keenam. Membuat analisis tentang layanan pokok bimbingan; program bimbingan yang dibuat perlu mengacu pada hasil analisis tersebut. Ketujuh.Perlu ditentukan siapa yang akan menjadi pemimpin penyusunan program, dan pembagian tugas masing-masing.

MANFAAT PROGRAM KERJA BK

Program kerja yang disusun memliki manfaat, yaitu: Pedoman pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dalam satu satuan waktu., Adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan bimbingan yang dilakukan., Terlaksananya program kegiatan bimbingan secara lancar, efesien dan efektif., Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

CIRI-CIRI PRORGAM ERJA YANG BAIK

Program kerja yang baik memliki ciri-ciri sebagai berikut; Program disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta didik., Diatur menurut prioritas dan kemampuan petugas., Program memiliki tujuan ideal, realistis dalam pelaksanaan., Lengkap dan menyeluruh., Terbuka dan luwes., Memungkinkan kerjasama dengan semua fihak., Adanya tindak lanjut untuk penyempurnaan program.

JENIS PROGRAM KERJA BK

Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi, dengan substansi program pelayanan mencakup: (1) empat bidang, (2) jenis layanan dan kegiatan pendukung, (3) format kegiatan, (4) sasaran pelayanan, dan (5) volume/beban tugas konselor.

Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah.

Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu: (1). Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah. (2). Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan. (3). Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran pro-gram semesteran. (4). Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan. (5). Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (Satlan) dan atau satuan kegiatan pendukung (Satkung) Bimbingan dan Konseling.

Baca Juga :   PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN KOMPETENSI

Kegiatan yang Perlu Dilakukan Terkait dengan Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling 1) Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa. Diantaranya Penentuan tujuan BK yang hendak dicapai., Analisis situasi dan kondisi sekolah., Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan., Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan., Penetapan personil yang akan melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan., Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan yg direncanakan., Perkiraan hambatan yang akan ditemui dan usaha yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan.

TAHAPAN PENYUSUNAN PRORGAM BK

Menurut Darminto (2011), tahap penyusunan program Bimbingan dan Konseling meliputi: Merumuskan rasional program., Melakukan asesmen kebutuhan., Merumuskan tujuan program., Menetapkan struktur/isi program., Mengidentifikasi sumber-sumber., Menyusun kalender bimbingan.

Uraian rinci tahap penyusunan program bimbingan dan konseling dimaksudkan seperti ; (1). Merumuskan Rasional. Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan didasarkan atas landasan konseptual, hukum maupun empirik. Selain rasional penyusunan program bimbingan dan konseling juga mempertimbangkan visi dan misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan bimbingan dan konseling yang mendukung visi, misi dan tujuan sekolah. (2). Asesmen Kebutuhan. Asesmen kebutuhan dimaksudkan: (1) Untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh khalayak sasaran, yaitu siswa dan sekolah.  (2) Untuk menetapkan tujuan program. (3) Untuk menetapkan sasaran evaluasi dan mendasari akuntabilitas. (4) Untuk menetapkan kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan institusi terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan.

Langkah-langkah dalam asesmen meliputi:  (1) Mengidentifikasi khalayak sasaran (siswa, guru, orang tua, pimpinan). (2) Mengumpulkan data (integratif dan komprehensif) dengan alat pengumpul data. (3) Klasifikasi (empat bidang Bimbingan dan Konseling) dan analisis, yaitu modifikasi faktor-faktor penghambat dan pendukung perkembangan 4 bidang. Contoh: hasil belajar siswa rendah, mengandung unsur akademik/belajar (asesmen) dan informasi teknik belajar, perbaikan pembelajaran, peningkatan motivasi, pengembangan konsep diri, modifikasi kondisi hubungan keluarga.

(3). Merumuskan Tujuan. Tujuan, berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang dicapai siswa berdasarkan perkembangan. Tujuan umum dan tujuan khusus dapat dinyatakan dalam bentuk kompetensi sasaran. Contoh Tujuan Umum: Membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal dalam aspek akademik dapat merealisasikan potensi secara optimal dalam setiap kegiatan akademik. Contoh Tujuan Khusus: Membantu siswa memahami hakekat belajar., Membantu siswa memahami hubungan antara hasil belajar dan keberhasilan karir di masa depan., Membantu siswa memperoleh informasi tentang strategi belajar., Membantu siswa mengembangkan apresiasi positif terhadap sekolah dan belajar., Membantu siswa mengembangkan sikap positif terhadap sekolah dan belajar., Membantu siswa membentuk kebiasaan belajar yang positif., Membantu siswa mengembangkan konsep diri akademik positif.

(4). Menetapkan Struktur Isi Program. Antara sekolah satu dengan sekolah lainnya dapat berbeda tergantung pada kondisi masingmasing dan hasil asesmen. Contoh isi program konvensional: Penilaian Individual, Layanan Informasi dan Orientasi, Layanan Penempatan, Layanan Bimbingan, Layanan Konseling, Konferensi Kasus, Evaluasi.

Komponen program: (1) Layanan Dasar, program yang secara umum dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan kelas; (2) Layanan Responsif, program yang secara khusus dibutuhkan untuk membantu siswa yang memerlukan layanan bantuan khusus; (3)  Layanan Perencanaan Individual, program yang memfasilitasi seluruh siswa memiliki kemampuan mengelola diri dan merancang masa depan; dan (4) Dukungan Sistem, kebijakan yang mendukung keterlaksanaan program, program jejaring baik internal sekolah maupun eksternal

(5). Identifikasi Sumber-sumber seperti (a). Identifikasi ketersediaan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi dan mengefektifkan pelaksanaan struktur isi program, dapat berupa orang (tenaga ahli, profesional) atau material (tempat, sarana dan prasarana). (b). Sumber-sumber ini perlu diidentifikasi dan didokumentasikan agar memudahkan akses jika sewaktu-waktu dibutuhkan. (c). Jika sumber-sumber tidak tersedia, pengembang program perlu dapat memanfaatkan/menggunakan secara maksimal sumber-sumber yang terbatas. (d). Pengembang program dapat mengupayakan ketersediaan sumber-sumber secara realistis (sesuai dengan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan). (e). Perlu dibuat prioritas jika ketersediaan sumber-sumber bimbingan terbatas.

(6). Kalender Bimbingan dan Konseling ; (a). Memungkinkan para personil bimbingan untuk menjadwalkan kegiatan bimbingan secara sistematis dan komprehensif, sehingga mereka dapat bekerja secara teratur dan tidak ada kebutuhan siswa yang tidak terlayani. (b). Merupakan bagian dari program bimbingan sekolah dan menyatakan semua aktivitas bimbingan yang direncanakan. (c). Membantu untuk mengalokasikan waktu dan menghindari benturan kegiatan. (d). Menyatakan pengelolaan bimbingan yang baik, dan menjamin penggunaan sumber-sumber secara tepat. (e). Dibuat oleh pengembang program dengan melibatkan semua staf bimbingan, bahkan juga orang tua dan masyarakat yang terkait dengan implementasi program bimbingan. (f). Dapat dibuat untuk masa satu tahun, satu semester, satu bulan, atau mingguan. (g). Berisikan pernyataan tentang tanggal, waktu, kelompok sasaran, aktivitas bimbingan, dan sumber-sumber material dan orang yang terlibat.

Baca Juga :   BULLYING JAMAN NOW

Bila dalam satu sekolah sudah ada program yang dilaksanakan tetapi berdasarkan hasil penilaian kurang dapat memenuhi kebutuhan siswa dan ingin diubah atau dikembangkan, maka tahaptahap yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

Tahap 1. Menciptakan Iklim untuk Berubah. Suatu perubahan yang berhasil tergantung pada lingkungan yang positif dan mendukung. Untuk itu perlu diciptakan iklim sekolah dan personel yang siap untuk diajak dan mau mengadakan perubahan. Faktor pendukung ini meliputi kepala sekolah, staf sekolah, orang tua siswa, siswa dan masyarakat. Instrumen yang dapat dipakai untuk menjajagi pendapat adalah daftar cek, dan curah pendapat dengan berbagai pihak untuk meningkatkan iklim yang menunjang.

Tahap 2. Menganalisis Program. Menghubungkan antara apa yang sudah ada sekarang dengan perubahan membutuhkan pengertian mengenai perbedaan antara apa yang sudah dilaksanakan sekarang dengan apa yang akan dikembangkan. Hal ini mencakup persepsi siswa sebagai subyek yang menggunakan program, persepsi pelaksana program, data empiris tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dan gambaran mengenai hal yang akan dilaksanakan. Untuk ini perlu diadakan survey kepada para pelaksana program dan pemakai program, dengan instrumen daftar cek.

Tahap 3. Membuat Pola Program Baru. Dalam tahap ini diputuskan macam program baru yang akan dibuat. Suatu program yang berhasil memerlukan perencanaan yang baik dan teliti. Perencanaan itu meliputi; isi, metode, sumber-sumber, cara mempromosikan, dan cara menilai program.

PENGEMBANGAN PROGRAM BK & KONSELING KOMPREHENSIF

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di sekolah dapat disusun secara makro untuk 3 (tiga) tahun, meso 1 (satu) tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus. Program menjadi landasan yang jelas terukur layanan profesional yang diberikan oleh konselor di sekolah. Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan struktur program dan bimbingan dan konseling perkembangan. 

Pertama. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu : (1) Layanan Dasar Bimbingan; (2) Layanan Responsif, (3) Layanan Perencanaan Individual, dan (4) Layanan Dukungan Sistem. Keterkaitan keempat komponen program bimbingan dan konseling ini dapat digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Komponen Program Bimbingan dan Konseling

Kedua. Layanan Dasar Bimbingan. Layanan Dasar Bimbingan diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal”.

Layanan Dasar Bimbingan bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat perilaku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi Layanan Dasar Bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi yang diberikan, disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi, dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SMP/SMA/SMK, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi tersebut, diantaranya: (a) fungsi agama bagi kehidupan, (b) pemantapan pilihan program studi, (c) keterampilan kerja profesional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja, (f) iklim kehidupan dunia kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus kriminalitas, (i) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (j) dampak pergaulan bebas.

Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa sebagai berikut: (1) Pengembangan self-esteem. (2) Pengembangan motif berprestasi. (3) Keterampilan pengambilan keputusan.  (4) Keterampilan pemecahan masalah. (5) Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi. (6) Memahami keragaman lintas budaya. (7) Perilaku yang bertanggung jawab.

Ketiga.Layanan Responsif. Layanan Responsif merupakan “pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera”.

Tujuan Layanan Responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.

Baca Juga :   PENTINGNYA TUJUAN PENDIDIKAN

Materi Layanan Responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti kenginan untuk memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika dan pergaulan bebas.

Masalah siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat perkembangan dirinya yang positif, karena tidak terpenuhi kebutuhan, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.

Masalah (gejala masalah) yang dialami siswa diantaranya: (a) cemas tentang masa depan, (b) rendah hati, (c) berperilaku impulsif (kekanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan secara matang), (d) membolos dari sekolah, (e) malas belajar, (f) kurang memiliki kebiasaan belajar positif, (g) kurang dapat bergaul, (h) prestasi belajar rendah, (i) malas beribadah, (j) masalah pergaulan bebas (free sex), (k) masalah tawuran, (l) manajemen stress, dan (m) masalah dalam keluarga.

Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa ditempuh dengan menganalisis data siswa yang bersumber dari Inventori Tugas Perkembangan (ITP), angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes dan daftar masalah siswa, Alat Ungkap Masalah (AUM).

Ketiga. Layanan Perencanaan Individual. Layanan Perencanaan Individual diartikan “proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya”.

Layanan Perencanaan Individual bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

Tujuan Layanan Perencanaan Individual ini dapat dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk merencanakan, memantau, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi atau materi Layanan Perencanaan Individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun Layanan Perencanaan Individual ditujukan untuk memandu seluruh siswa, layanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh tiap siswa.

Melalui Layanan Perencanaan Individual, siswa dapat: 1) Menyiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan diri, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakatnya. 2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya. 3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya. 4) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

Materi Layanan Perencanaan Individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Materi pengembangan aspek akademik meliputi: memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat; karir meliputi: mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan sosial-pribadi meliputi: pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.

Keempat. Layanan Dukungan Sistem. Ketiga komponen program di atas merupakan pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada siswa secara langsung. Sedangkan Layanan Dukungan Sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Layanan Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli, masyarakat lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan.

Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan layanan di atas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Layanan Dukungan Sistem ini meliputi dua aspek, yaitu: pemberian layanan dan kegiatan manajemen.

Pemberian Layanan Konsultasi/Kolaborasi. Pemberian layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing yang meliputi (a) konsultasi dengan guru, (b) menyelenggarakan kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, (c) berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan sekolah, (d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif  bagi perkembangan siswa, (e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling.

Kegiatan Manajemen. Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan: (a) pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d) pengembangan penataan kebijakan. (Editor: Sam Nussy)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA