Kenapa laki laki jawa tidak boleh menikah dengan wanita sunda

HarianBernas.com – Pernahkah Anda mendengar larangan pria Jawa untuk menikah dengan wanita dari suku Sunda? Tidak ada yang mampu menjelaskan atas dasar apa adanya aturan seperti itu.

Memang tidak semua setuju dengan pernyataan diatas. Namun di era modern ini masih banyak orangtua yang melarang anak laki ? lakinya menikahi wanita bersuku Sunda. Mitos tersebut diduga akibat tragedi Perang Bubat ratusan tahun lalu.

Dalam peristiwa tersebut, Prabu Hayam Wuruk dari Majapahit ingin menikahi putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Kerajaan Sunda. Kisah cinta keduanya gagal karena pertarungan politik dua kerajaan. Kisah tersebut masih dipelihara dalam ingatan para orangtua zaman dulu dan kemudian diturunkan kepada penerusnya lewat beberapa mitos Jawa-Sunda.

Berikut adalah 5 mitos terkait hal tersebut:

1. Pasangan Jawa-Sunda Pernikahannya akan Rusak

Konon banyak yang beranggapan jika terjadi pernikahan antara pria Jawa dan wanita Sunda, maka pernikahan keduanya akan rusak dan tidak akan pernah langgeng. Akan selalu muncul konflik-konflik sehingga membuat rumah tangga seperti terasa di neraka. Untung saja, ini hanya sekedar mitos yang tidak benar-benar terbukti. Sebab faktanya, banyak pasangan suami istri Jawa-Sunda yang masih adem ayem sampai lanjut usia.

2. Perempuan Sunda Matre

Satu lagi alasan kenapa pria Jawa tak boleh menikahi wanita Sunda karena konon mereka terlalu materialistis atau matre. Mereka hanya ingin dengan pria kaya dengan tujuan untuk menguras habis hartanya. Atau bila suami tidak terlalu kaya, akan dipaksa untuk terus bekerja keras, dan hasilnya hanya dinikmati si istri. Bila suami sudah tidak bisa produktif, maka akan ditinggalkan.

Ada juga anggapan kalau menikahi wanita Sunda, si isteri tidak akan mau diboyong ke Jawa. Itu semua hanya mitos yang sudah dipatahkan oleh banyak contoh. Semua orang dari suku apapun bisa berpotensi menjadi materialistik.

3. Perempuan Sunda Pemalas dan Tidak Bisa Mengurus Keluarga

Pemalas itu adalah salah satu sifat manusia, jadi tidak perlu harus disangkut-pautkan dengan suku tertentu. Kalau memang karakter sifat seseorang sudah malas tentunya susah untuk diubah menjadi rajin. Survei membuktikan bahwa rata?rata perempuan Sunda rela meninggalkan pekerjaannya demi mengurus suami dan anak-anak di rumah.

Mereka akan selalu memutar otak agar suami bisa betah di rumah. Tak jarang wanita Sunda yang lebih memilih mengerjakan segala sesuatunya sendiri, daripada menyewa asisten rumah tangga.

4. Perempuan Sunda ?cewawakan? dan Tidak Bisa Menjaga Sikap

Wanita Sunda memang dikenal tidak sehalus atau segemulai wanita Jawa. Berbeda dengan perempuan Jawa yang dikondisikan harus tertawa dengan tersipu malu atau berbicara dengan volume yang sangat lembut, perempuan wanita Sunda lebih dikenal suka tertawa dengan volume yang besar, dan berbicara lebih terus terang. Namun itu tidak berarti mereka tidak bisa menjaga sikap. Itu hanya masalah tradisi dan kebiasaan masyarakat saja.

5. Wanita Sunda Pasti akan Mendominasi Suami

Biasanya yang menjadi kepala keluarga adalah suami. Jika ada istri yang mampu mendominasi suaminya, mungkin ia memang lebih berkemampuan baik dari segi keuangan maupun dalam manajemen rumah tangga. Namun mitos bahwa wanita Sunda pasti akan mendominasi suami sangatlah tidak benar. Dominasi perempuan dalam rumah tangga pun sama sekali tidak bermasalah, ketika itu bisa memajukan dan menyejahterakan keluarga.

Pernikahan adalah hal yang sakral, dan sering sekali terdapat mitos-mitos yang kurang masuk akal di dalamnya. Salah satu contoh mitos yang cukup terkenal adalah mitos terkait dengan pernikahan antara Wanita Sunda dengan Pria Jawa.Menurut mitos, apabila wanita Sunda menikah dengan Pria Jawa, maka pernikahannya tidak akan bertahan lama dan bisa berujung perceraian.Asal usul larangan ini seperti banyak dikatakan orang adalah karena kekecewaan Orang Sunda terhadap Orang Jawa pada saat Perang Bubat. Pada perang bubat tersebut, Kerajaan Padjajaran merasa dihina dan ditipu oleh Kerajaan Majapahit, dan saat perang itu terjadi banyak orang dari Kerajaan Padjajaran yang mati terbunuh termasuk pemimpin mereka.

Mitos tetaplah mitos, tidak dapat dijadikan rujukan pasti. Jika memang pernikahan Wanita Sunda dan Pria Jawa akan berakhir singkat, maka penyebab yang lebih masuk akal adalah karena adanya perbedaan sifat dan pola pikir yang dimiliki keduanya.Wanita Sunda cenderung dikenal memiliki sifat yang mengatakan segala sesuatu dengan apa adanya. Sifat ini yang sepertinya kurang sesuai dengan Pria Jawa, karena kebanyakan Orang Jawa cenderung mengatakan sesuatu secara implisit.Sebaliknya, menurut Orang Jawa, seorang istri seharusnya memiliki sifat yang penurut, apalagi kepada suaminya. Karena inilah kemudian sering terjadi ketidakcocokan antara Wanita Sunda dan Pria Jawa. Tetapi tentu saja tidak semua pernikahan Wanita Sunda dan Pria Jawa akan berakhir perceraian, karena perbedaan pendapat dalam rumah tangga dialami oleh semua pasangan.

Sebagian generasi muda Jawa dan Sunda nggak lagi mempercayai mitos pelarangan menikah antara dua suku ini. (Instagram.com/dhiefatograph)

Pernahkah kamu mendengar mitos bahwa orang Sunda dan orang Jawa dilarang menikah? Mitos ini rupanya punya sejarah yang panjang, lo. Tepatnya terkait dengan hubungan antara kerajaan Majapahit dan Pajajaran! Seperti apa sih sejarahnya?

Inibaru.id – Kamu tentu pernah mendengar mitos larangan orang Jawa menikah dengan orang Sunda, kan, Millens? Ternyata, masih ada lo orang yang percaya dengan mitos ini. Konon, jika ada dua orang dari suku-suku itu menikah, kehidupan mereka akan nggak bahagia dan sering diterpa masalah. 

Memang, mitos ini belum tentu benar. Apalagi kini juga banyak pasangan dari suku Jawa dan Sunda yang tetap bisa hidup bahagia dan langgeng. Hanya, apa sih penyebab munculnya mitos ini?

Mitos ini ternyata muncul setelah tragedi Perang Bubat yang terjadi pada 1357 Masehi atau sekitar abad ke-14. Perang yang terjadi pada masa Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk itu bermula ketika sang raja berniat mempersunting Dyah Pitaloka Citraresmi, putri Kerajaan Pajajaran. Hayam Wuruk jatuh cinta pada sang putri setelah melihat lukisan seorang seniman bernama Sungging Prabangkara.

Kerajaan Majapahit lantas mengirim surat lamaran pada Maharaja Linggabuana. Rombongan Kerajaan Pajajaran kemudian berangkat ke Kerajaan Majapahit dan diterima di Pesanggrahan Bubat. Sayangnya, Gajah Mada yang saat itu menjabat sebagai mahapatih kemudian berniat menyerang mereka. Ini dia lakukan untuk memenuhi Sumpah Palapa dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara.

Akibat serangan itu, rombongan Kerajaan Sunda yang hanya diiringi sedikit pasukan kalah. Semua anggota keluarga Dyah Pitaloka meninggal. Lantaran nggak kuat menahan kesedihan, Dyah Pitaloka nggak jadi menikah dan justru melakukan tindakan bunuh diri. Dengan tewasnya anggota keluarga Kerajaan Pajajaran, Pangeran Niskalawantu Kancana yang ditinggal di istana kemudian diangkat jadi penerus tahta.

IIlustrasi pernikahan. (Instagram.com/pmphotogrph)

Peristiwa itu merusak hubungan kedua kerajaan. Kerajaan Pajajaran kemudian melarang penduduk menikah dengan orang dari luar kerajaan. Sebagian menafsirkan aturan ini sebagai larangan untuk nggak menikah dengan orang dari Kerajaan Majapahit atau orang Jawa. Hingga kini, sentimen itu masih tersisa. Jika diperhatikan, kamu nggak akan menemukan nama jalan “Gajah Mada” atau “Majapahit” di provinsi Jawa Barat.

Meski versi ini kerap dipercaya, ada pula versi lain yang mengatakan sebenarnya Gajah Mada ingin menyatukan Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Padjajaran melalui pernikahan. Namun karena merasa masih punya tanggung jawab untuk memenuhi titah ayah Hayam Wuruk, niat itu lantas pupus.

Kamu lebih percaya versi yang mana, Millens? Meski peristiwa itu memang pernah ada, kamu tetap bisa menjadikannya sebagai pelajaran. Menikah dengan suku apa pun bisa berjalan dengan baik asal kedua pihak saling menghargai diri masing-masing. Setuju, nggak? (Mer/IB15/E07)

 <>1. Jangan mau sama perempuan Sunda, mereka matre loh</>

Matrealistis & realistis itu beda loh ! via //teoope.com

Matrealistis merupakan ungkapan untuk wanita yang hobi memanfaatkan pria demi kepuasan pribadi, sedangkan realistis adalah orang yang selalu berfikir secara real dan bertindak sesuai dengan kenyataan yang ada disaat sekarang dan untuk masa depan. Jelas dua hal tersebut sangat berbeda !!

Jika wanita sunda semua dikategorikan matre maka untuk apa mereka banting tulang bekerja dari pagi buta sampai menjelang malam.  Ini zaman modern, bukan zaman none belande yang menjadikan wanita itu jadi sosok yang lemah dan hanya bergantung pada pria. Wanita – wanita sekarang punya jiwa yang sama kuatnya dengan pria, mereka mampu mencari penghasilan sendiri untuk masa depan dan mampu menjadi tulang punggung keluarga.

 Masih mau bilang matre ? mungkin orangtua kamu kurang piknik bro …

<>2. Yakin mau sama cewe Sunda ? Mereka itu cuma mau senengnya doang, dikala kamu susah mereka akan pergi meninggalkanmu</>

Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang (itu cuma lagu kalee) via //aneh92.blogspot.co.id

Lagi – lagi pernyataan tersebut sangat menyesakkan dada, bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu. Agnes Monica bilang “Cinta Tak Ada Logika”, maka jika dua insan manusia saling mencintai dengan tulus tentu mereka akan selalu ada dalam suka dan duka. Jika salah satu pihak pergi meninggalkan pasangannya dikala susah, sudah dijamin itu bukan cinta, tapi hanya nafsu semata dan hal seperti itu dapat dilakukan oleh siapa pun dan dari suku manapun.

Sampein salam saya buat orangtuamu, kurang – kurangin nonton sinetron

<>3. Perempuan Sunda itu pemalas dan tidak bisa mengurus keluarga</>

Hoaaaammmm . . via //thebinde.com

Pemalas itu udah sifat manusia jadi tidak perlu harus disangkut pautkan sama Suku, kalau dasarnya sudah malas yaaa mau diapain juga malas. Survei membuktikan bahwa rata – rata cewe sunda rela meninggalkan pekerjaannya demi mengurus suami dan anak – anak mereka. Mereka akan selalu memutar otak bagaimana caranya agar suami betah dirumah, menyiapkan segala kebutuhan suami mulai dari bekal dan baju yang harus digunakan setiap harinya. Jika wanita lain menyewa jasa asisten rumah tangga, maka tak jarang mereka lebih memilih mengerjakan segala sesuatunya sendiri terutama dalam hal mengurus anak.

Mungkin Ibumu keseringan liat kucing tidur pagi - pagi kali broo . . .

<>4. Perempuan Sunda itu “ cewawakan “ alias tidak bisa jaga sikap</>

Hidup itu gk usah dibawa ribet shaayyy . . via //mindtalk.com

Jika “cewawakan” yang dimaksud adalah cewe sunda suka tertawa dengan volume yang besar, sepertinya itu terlalu berlebihan untuk disangkut pautkan dengan soal tidak bisa jaga sikap. Tidak bisa jaga sikap itu artinya seseorang yang tidak mampu menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi, misalnya saat orangtua lagi ngomong mereka duduk dengan mengangkat kedua kakinya atau pada saat selesai makan mereka bersendawa, nah .. itu baru namanya tidak punya sopan santun.

Wanita Sunda memang tak segemulai wanita Jawa yang harus tertawa dengan tersipu – sipu malu atau berbicara dengan volume yang sangat lembut, tapi wanita Sunda memiliki jiwa humoris yang besar bahkan cenderung sedikit “ gila “ dan hal - hal konyol seperti itulah yang membuat suasana tidak membosankan baik dalam berteman maupun dalam menjalin sebuah hubungan.

Tolong sarankan Ibumu agar jangan kebanyakan nonton Sule yang hobi ngelawak dengan logat Sundanya

<>5. Jika kalian menikah, mereka pasti akan mendominasi suami</>

Suami adalah pemimpin keluarga, setinggi apapun pendidikan seorang istri, suami tetap jadi pemimpin dalam rumah tangga. Setiap wanita pasti memiliki sisi lemah dan tidak mungkin mampu menempati kedudukan atau posisi suami dirumah. Jika sang istri mampu mendominasi suaminya, mungkin sang suami terlalu mencintai sehingga semua yang berhubungan dengan keluarga baik dari segi keuangan maupun mengurus rumah tangga diberikan dan dipercaya sepenuhnya kepada sang istri. Biduk rumah tangga seseorang hanya orang tersebutlah yang mengetahui, pihak luar baik orangtua sekalipun hanya mampu menilai dari luar karena setiap rumah tangga dipimpin dengan orang yang berbeda dengan cara dan pola pikir yang berbeda juga.

Jangan kebanyakan nonton film suami – suami takut istri, sampaikan pada ibumu lebih baik nonton istri – istri penyayang suami

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA