Kehidupan Ekonomi Kerajaan Perlak salah satunya mengandalkan sektor pertanian komoditas apa saja yang dihasilkan oleh masyarakat Kerajaan Perlak?

Home Nasional Nasional Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Rabu, 28 Jul 2021 13:05 WIB

Kerajaan Perlak merupakan kerajaan bercorak Islam tertua dan pertama di Nusantara. Berikut sejarah Kerajaan Perlak hingga penyebab kemundurannya. (Foto: Arsip Istimewa via detikcom)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak merupakan kerajaan bercorak Islam tertua dan pertama di Nusantara.

Kerajaan Perlak terletak di wilayah Perlak, Aceh Timur. Diperkirakan, Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-9 tepatnya tahun 840 - 1292 Masehi.

Meski disebut-sebut sebagai kerajaan tertua, sejumlah bukti mengenai Kerajaan Perlak dari serpihan sejarahnya kurang cukup mendukung karena terbatas.


Menurut naskah Hikayat Aceh, pendiri Kesultanan Perlak berasal dari kelompok dakwah asal Mekkah, Arab Saudi yang datang ke daerah Perlak pada 506 Hijriah.

Salah satu dalam rombongan tersebut yaitu Sayyid Ali Al-Muktabar yang kemudian menikahi gadis lokal putri Tansyir Dewi.

Pernikahan Sayid Ali dan Tansyir Dewi ini dikaruniai putra yakni Allaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah yang menjadi pendiri Kerjaan Perlak sekaligus raja pertama.

Allaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah beraliran Syiah. Satu hari, pengikut Syiah dan Sunni ini berlawanan sehingga terjadilah perjanjian Alue Meuh dan pemerintahan terbagi dua.

Perlak Baroh (Syiah) berpusat di pesisir sedangkan Perlak Tunong (Sunni) di pedalaman. Satu hari Perlak Baroh dihancurkan Kerajaan Sriwijaya sampai akhirnya kesultanan kembali bersatu.


Raja-raja Perlak

  1. Sultan Marhum Alauddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah Zhillullah fil Alam (1810 M)
  2. Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdurrahim Syah Zhillulah fil Alam (1833 M)
  3. Sultan Marhum Alauddin Sayyid Maulana Abbas Syah Zhillulah fil Alam (1868 M)
  4. Sultan Marhum Alauddin Sayyid Ali Mughayat Syah Zhillulah fil Alam (1885 M)
  5. Sultan Marhum Alauddin Abdul Qadir Syah Johan Berdaulat Zhillullah fil Alam (1887 M)
  6. Sultan Marhum Alauddin Muhammad Amin Syah Zhillullah fil Alam (1892 M)
  7. Sultan Marhum Alauddin Abdul Malik Syah Zhillullah fil Alam (1909 M)
  8. Sultan Marhum Alauddin Sayyid Mahmud Syah Zhillullah fil Alam (1930 M)


Puncak Kejayaan Kerajaan Perlak

Dalam Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia, puncak kejayaan Kerajaan Perlak salah satunya berkat keberhasilan mereka di bidang niaga.

Kerajaan Perlak terkenal sebagai penghasil kayu kualitas terbaik. Jenis kayu-kayu bagus yang berasal dari Perlak ini seringkali dijadikan bahan untuk pembuatan kapal.

Perlak pun berkembang pesat menjadi pelabuhan niaga di abad ke-8 dan disinggahi kapal-kapal besar dari Arab serta Persia.

Tak hanya dari sisi perniagaan, agama Islam di Perlak juga ikut berkembang sehingga menjadi pusat penyebaran muslim. Penduduk setempat Perlak banyak yang melakukan perkawinan campur dengan para saudagar muslim.


Kemunduran Kerajaan Perlak

Penyebab kemunduran Kerajaan Perak ini saat dikuasi oleh Sultan Mahmud Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan yang menjalani politik persahabatan.

Sultan Mahmud Alauddin menikahkan kedua putrinya dengan raja-raja dari kerajaan tetangga Perlak.

Putri Ratna Kemala menikah dengan Raja Malaka yaitu Parameswara dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Al Malik Al-Saleh dari Pasai.

Usai Sultan Mahmud Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan wafat, kondisi Kerajaan Perlak mulai tidak stabil dan mengalami kemunduran.

Para saudagar meninggalkan Perlak secara perlahan. Kemudian Kerajaan Perlak diambil alih oleh Raja Pasai dan bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai.

(avd/fef)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

LAINNYA DARI DETIKNETWORK

Setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan maritim Islam akhirnya menggantikan kerajaan Hindu-Buddha yang pernah jaya. Kehidupan maritim yang merajai masa itu tentunya menarik untuk diikuti. Squad ingin tahu? Sekarang, kita simak, yuk penjelasan di bawah ini.

--

1. Samudra Pasai

Squad tahu apa pulau paling barat di Indonesia? Yap, Sabang. Pulau Sabang ada di Aceh, lokasi kerajaan Islam pertama di Nusantara. Nama kerajaannya Samudra Pasai. Berdiri sejak tahun 1128 dan terletak di pantai timur Sumatra, Samudra Pasai berkembang sebagai kerajaan maritim karena didukung kawasan Selat Malaka yang strategis. Nggak heran, hal ini membuat Samudra Pasai banyak dijadikan tempat singgah dan menetap oleh banyak pedagang.

Wilayah kerajaan Samudra Pasai. (Sumber: skul-id.com).

Ternyata Squad, bukan hanya Sriwijaya saja yang jadi pusat belajar agama Buddha. Samudra Pasai juga menjadi pusat studi Islam di Asia Tenggara ada awal abad ke-14 Para elite kerajaan menjadikan lingkungan kerajaan sebagai tempat diskusi ulama dengan elite atau antarulama.

Perdagangan merupakan bagian dari kehidupan ekonomi Samudra Pasai yang cemerlang. Untuk mendukung perekonomian, masyarakat Samudra Pasai menggunakan alat tukar berupa koin dinar emas dan keueh dari timah. Nilai 1 dinar sama dengan 1.600 keueh.

Meski berjaya, peran Samudra Pasai sebagai pusat dagang di Selat Malaka mulai digantikan oleh pelabuhan-pelabuhan baru di Semenanjung Malaya. Hal ini menyebabkan kemunduran ekonomi Samudra Pasai, ditambah kedatangan Portugis yang menguasai dan memonopoli Malaka.

Foto naskah surat Sultan Zainal 'Abidin yang saat ini terdapat di Museum Negeri Aceh, Banda Aceh. (Sumber: mapesaaceh.com).

2. Aceh Darussalam

Selain Samudra Pasai, di wilayah Aceh juga berdiri kerajaan lainnya. Namanya Aceh Darussalam dan didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16. Pusat kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini merupakan Kabupaten Aceh Besar. Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan besar sejak Portugis menguasai Malaka dan banyak pedagang Muslim berpindah ke Aceh. Merasa akan dikalahkan, Portugis kemudian berusaha menaklukan Aceh. Usaha mereka gagal pada tahun 1521 karena dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Pada tahun 1524 pun, pasukan Aceh berhasil menguasai Samudra Pasai.

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai kejayaan. Wilayah kekuasaan Aceh mencapai wilayah-wilayah yang saat ini berada di Sumatera Utara, Riau, hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut Aceh yang tangguh ketika masa Sultan Iskandar Muda mengkhawatirkan Belanda dan Inggris yang ingin menguasai Selat Malaka.

Pemimpin Kesultanan Aceh, Sultan Iskandar Muda. (Sumber: abulyatama.ac.id).

Bagai kehilangan induknya, Aceh mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda wafat. Pengaruh Belanda dan Inggris mulai mengusik Aceh, dengan menguasai wilayah-wilayah kerajaan Aceh. Pada tahun 1873 Belanda menyatakan perang terhadap Aceh. Kegigihan rakyat Aceh mampu menahan serangan Belanda hingga awal abad ke-20. Belanda akhirnya berhasil mengurangi kekuatan Aceh dan pada tahun 1903, Sultan Muhammad Daud Syah menyerah.

Salah satu tinggalan Kesultanan Aceh, Masjid Raya Baiturrahman. Dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M. (Sumber: en.m.wikipedia.org).

3. Demak

Tahukah kamu kalau Demak merupakan kerajaan maritim Islam pertama di Jawa? Demak berdiri di abad ke-16 dan menguasai seluruh pantai utara Jawa. Demak memanfaatkan kemunduran Majapahit untuk membuat daerah-daerah pesisir melepaskan diri dari Majapahit dan bergabung dengan Demak.

Masjid Agung Demak merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Demak. (Sumber: greatnesia.id).

Portugis yang menguasai Malaka sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi perkembangan Demak. Demak kemudian melakukan ekspansi ke Selat Malaka yang dipimpin Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) pada tahun 1512-1513. Sayangnya, ekspansi tersebut belum berhasil karena dikalahkan Portugis yang memiliki armada lebih kuat, dan kurangnya perbekalan pasukan Demak.

Demak di masa Sultan Trenggana memperluas kekuasaannya hingga ke seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta memantapkan penguasaan pesisir Jawa. Hampir seluruh Jawa berada di bawah kekuasaan Demak, lho. Kerajaan Demak juga mengirim Fatahillah untuk menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon pada 1522. Serangan tersebut bertujuan untuk memutuskan pengaruh Portugis di Pajajaran.

Pada tahun 1527, pasukan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa setelah mengalahkan kekuatan Portugis. Fatahillah kemudian mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Ini dia asal-usul nama Jakarta, Squad.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Maritim Hindu-Buddha (Kutai, Tarumanegara, Kalingga)

4. Banten

Di ujung barat Pulau Jawa, Kerajaan Banten berdiri sekitar tahun 1552. Wilayah kekuasaannya meliputi bagian barat Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat. Kemunculan kerajaan ini berhubungan dengan pengaruh Demak.

Squad masih ingat dengan Sultan Trenggana dari Demak? Beliau memberi hadiah berupa wilayah kerajaan kepada Maulana Hasanuddin (putra Fatahillah). Banten kemudian menjadi kerajaan yang mandiri seiring melemahnya Demak. Lokasi Banten strategis karena di sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa, sehingga memungkinkan munculnya pelabuhan-pelabuhan besar untuk perdagangan. Banten menjadi kerajaan maritim yang terbuka, dengan kedatangan para pedagang asing dari Arab, Turki, Tiongkok, India, Melayu, Portugis, dan Belanda.

Komoditas penting yang diperdagangkan di kerajaan Banten adalah lada. Lada banyak dihasilkan di Lampung dan Sumatra Selatan yang merupakan vassal kerajaan Banten. Adapun Kalimantan Barat merupakan penghasil berlian. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mencapai puncak kejayaan. Kejayaan Banten juga dapat menandingi VOC dalam perdagangan di Selat Sunda dan Laut Jawa.

Masjid Agung Banten merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Banten di kawasan Banten Lama. (Sumber: id.wikipedia.org).

5. Ternate

Pernah lihat Pattimura di uang kertas seribu rupiah, Squad? Coba kamu lihat gambar di baliknya. Itu dia Pulau Ternate dan Tidore. Ternate terletak di barat Halmahera dan di utara Tidore. Saat menjadi kerajaan Islam di wilayah Ambon Utara, Ternate merupakan pemasok cengkeh untuk para pedagang dari Jawa, Banten, Melayu, Makassar, dan Bugis.

Di Ternate, pernah terjadi pertempuran dengan Kesultanan Tidore. Ternate memimpin Uli Lima untuk bersaing dengan Tidore yang memimpin Uli Siwa. Persaingan itu semakin buruk ketika Portugis dan Spanyol datang berebut rempah-rempah di Maluku. Portugis semakin ingin menguasai Ternate setelah Spanyol pergi dari Maluku akibat Perjanjian Saragosa.

Sultan Baabullah berhasil membuat Ternate berjaya. Kora-kora sebagai kapal armada perangnya berhasil memperluas kekuasaan Ternate. Wilayah kekuasaan Ternate meliputi Maluku Utara, Pulau Buru, Seram, Sulawesi Utara, dan sekitar Teluk Tomini.

Pembagian wilayah Uli Lima dan Uli Siwa. (Sumber: id.wikipedia.org).

6. Gowa-Tallo (Makassar)

Kerajaan Gowa berawal dari penyatuan sembilan distrik yang disebut bate salapang oleh Pancalaya (ketua dewan adat), kemudian didirikan kerajaan dengan raja pertama bernama Tumanurung. Islam masuk ke Gowa pada masa Raja Gowa X, Karaeng Tunipallangga Ulaweng. Adapun Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) merupakan raja pertama yang beragama Islam.

Peran orang Makassar dalam pelayaran di Nusantara berlangsung sejak abad ke-16. Gowa dengan Somba Opu sebagai pelabuhannya adalah kerajaan dagang yang kuat. Kerajaan ini memperdagangkan rempah-rempah untuk ditukarkan dengan komoditas dari Jawa dan Malaka, seperti beras, tekstil, sutra, dan porselen.

Wilayah Kerajaan Gowa-Tallo. (Sumber: en.wikipedia.org).

Kemajuan perdagangan bebas Makassar mengancam VOC yang sedang berusaha memonopoli rempah-rempah Nusantara. VOC tidak mau Makassar menandingi perdagangan VOC di Ambon dan Batavia, sehingga menyebabkan Perang Makassar (1666-1669). Perang ini akhirnya meruntuhkan politik dan ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo.

Ilustrasi penyerangan Makassar oleh VOC. (Sumber: vocwarfare.net).

Itu dia, Squad, kerajaan-kerajaan maritim Islam di Nusantara. Hampir semuanya bertumpu pada perdagangan, ya ternyata. Nah, buat kamu yang mau belajar tanpa ganggu waktu nongkrong, kamu bisa diskusi sama guru les lewat ruanglesonline. Biar belajar, bisa di mana saja.

Sumber referensi:

Wardaya. (2009) Cakrawala Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI (Program IPS). Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber foto:

Foto wilayah Kerajaan Samudera Pasai [Daring]. Tautan: //skul-id.blogspot.com/2015/06/sejarah-kerajaan-samudra-pasai.html (Diakses: 24 November 2020)

Foto naskah surat Sultan Zainal Abidin [Daring]. Tautan: //www.mapesaaceh.com/2019/07/kajian-surat-sultan-zainal-abidin-wafat.html (Diakses: 24 November 2020)

Foto Sultan Iskandar Muda [Daring]. Tautan: //abulyatama.ac.id/?p=5604 (Diakses: 24 November 2020)

Foto Masjid Raya Baiturrahman [Daring]. Tautan: //en.m.wikipedia.org/wiki/File:Meuseujid_Raya_Baiturrahman,_Aceh.jpg (Diakses: 24 November 2020)

Foto Masjid Agung Demak [Daring]. Tautan: //greatnesia.id/wisata-religi-kabupaten-demak-yang-wajib-dikunjungi/ (Diakses: 24 November 2020)

Foto Masjid Agung Banten [Daring]. Tautan: //id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Banten (Diakses: 24 November 2020)

Foto pembagian wilayah Uli Lima dan Uli Siwa [Daring]. Tautan: //id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peta-wilayah-uli-lima-dan-uli-siwa.jpg (Diakses: 24 November 2020)

Foto wilayah Kerajaan Gowa-Tallo [Daring]. Tautan: //en.wikipedia.org/wiki/Early_history_of_Gowa_and_Talloq#/media/File:South_Sulawesi_between_Gowa_and_the_Tellumpocco.png (Diakses: 24 November 2020)

Foto ilustrasi penyerangan Makassar oleh VOC [Daring]. Tautan: //vocwarfare.net/thesis/4/makassar (Diakses: 24 November 2020)

(Artikel terakhir diperbarui pada 24 November 2020)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA