Kegiatan manusia menebangi hutan secara sembarangan dapat mempengaruhi daur air terutama pada tahap

  Jumat, 10 Nopember 2017 ARTIKEL

(Oleh : Yudha Adi Pradana)

  1. keadaan seimbang, jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer; Kedua proses kimia yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di atmosfer.

Aktivitas manusia sejak masa revolusi industri terus meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Pembakaran batu bara, minyak dan gas bumi melepaskan milyaran ton karbon ke atmosfer setiap tahunnya (yang seharusnya tetap berada jauh di dalam kerak bumi), juga metana dan nitrous oksida dalam jumlah besar. Akan lebih banyak karbondioksida yang dilepaskan ke atmosfer ketika pohon-pohon ditebang dan tidak ditanami kembali.

Selain melepaskan karbondioksida ke atmosfer, penebangan hutan juga mengganggu siklus hidrologi air. Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir, tanah dan badan-badan air yang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Siklus ini memperngaruhi ketersediaan air di permukaan bumi baik secara kuantitas maupun kualitas.

Gambar 1. Siklus Hidrologi (T=transpirasi, E=evaporasi, P=hujan, R=aliran permukaan, G=aliran air tanah dan I=infiltrasi). Sumber: Viessman et.al., 1989 dalam Siklus Hidrologi, UNHAS)

  1. Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
  2. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
  3. Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.  Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

Beberapa informasi menunjukkan bahwa kelestarian sumber daya air tergantung dari kondisi hutan pada kawasan tersebut. Hutan berperan sebagai spons raksasa, menyerap air hujan selama musim penghujan dan perlahan-lahan melepaskannya selama musim kering. Hutan menyediakan sistem infiltrasi alami dan penyimpanan yang memasok sekitar 75 persen air yang dapat digunakan secara global. Perakaran pohon dan serasah dedaunan menciptakan kondisi yang mendorong infiltrasi air hujan ke dalam tanah dan kemudian ke dalam air tanah, menyediakan pasokan air selama masa-masa kering.

Pada saat hutan ditebang hasil air  pada awalnya akan meningkat karena berkurangnya evapotranspirasi,  namun lama kelamaan hasil air tersebut akan berkurang karena jumlah air yang tersimpan di dalam tanah juga berkurang. Hal ini disebabkan karena air hujan yang jatuh pada areal hutan yang telah terbuka, sebagian besar langsung menjadi aliran permukaan.

Peran hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari peran tajuk menyimpan air sebagai air intersepsi. Intersepsi merupakan proses presipitasi yang tertahan oleh daun-daunan, ranting dan cabang pohon, belukar serta tumbuhan lain. Peran menonjol yang ke dua yang juga sering menjadi sumber penyebab kekawatiran masyarakat adalah evapotranspirasi. Beberapa faktor yang berperan terhadap besarnya evapotranspirasi antara lain adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketersediaan air di dalam tanah atau sering disebut kelengasan tanah. Lengas tanah berperanan terhadap terjadinya evapotranspirasi. Evapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah, lapisan/tebal tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan air.

Peran ketiga adalah kemampuan mengendalikan tingginya lengas tanah hutan. Tanah mempunyai kemampuan untuk menyimpan air (lengas tanah), karena memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan udara/cairan atau bersifat porous. Bagian lengas tanah yang tidak dapat dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami yaitu dengan osmosis, gravitasi atau kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan air tanahnya pada titik layu permanen yaitu pada kandungan air tanah terendah dimana tanaman dapat mengekstrak air dari ruang pori tanah terhadap gaya gravitasinya. Jumlah air yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan. Peran ke empat adalah dalam pengendalian aliran (hasil air). Kebanyakan persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan dengan dimensi ruang dan waktu. Akhir-akhir ini kita lebih sering dihadapkan pada suatu keadaan berlebihan air pada musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik mampu mengendalikan daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya di musim kemarau.

Penebangan hutan selain melepaskan CO2 ke atmosfer juga meningkatkan proses evaporasi yang dapat mengakibatkan jumlah uap air semakin terakumulasi di atmosfer. Seperti telah dipaparkan sebelumnya, pada saat CO2 masuk ke atmosfer, sifatnya sebagai gas rumah kaca memiliki efek pemanasan yang mengakibatkan semakin banyak air yang menguap ke atmosfer dan uap air membuat udara lebih panas lagi. Uap air telah dalam waktu lama dikatakan memiliki mekanisme arus balik yang positif. Hal ini disebabkan ketergantungan uap air pada proses pelarutannya terhadap temperatur. CO2 akan mengakibatkan pemanasan di troposfer yang kemudian meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Uap air termasuk gas rumah kaca sehingga peningkatan konsentrasinya akan mengurangi jumlah radiasi infra merah yang dibuang atmosfer akibat temperatur yang tidak normal dan mengakibatkan pemanasan yang lebih besar dibandingkan saat sebaliknya (Hall and Manabe, 1999 dalam LAPAN, 2010).

Daftar Pustaka

Adi, R.N. dan Santosa, P. B.2012. Pengarauh Vegetasi  Terhadap Tata Air. Diunduh dari //foreibanjarbaru.or.id/wp-content/uploads/2012/1114/galam_tata%20air.doc. [20/14/2014]

Ambarsari, Novita. 2010. Kajian Pengaruh Uap air Terhadap Perubahan Iklim. Berita Dirgantara Vol. 11 No. 3 September 2010:93-98. Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara. LAPAN. Diunduh dari //jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/ article/download/1179/1057.[30/10/2014]

Cifor. 2013. Hutan dan Air. Diunduh dari www.cifor.org/forests-trees-agroforestry. [20/10/2014]

Onrizal. 2005. Hutan dan Pengaturan Tata Air. Diunduh dari //library.usu.ac.id/ download/fp/hutan-onrizal11.pdf. [20/10/2014]

Suryatmojo, Hatma. Peran Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan. Diundug dari //ksdh.ugm.ac.id/admin/PERAN%20HUTAN-JASLING.pdf. [20/10/2014]

UNFCCC. Sekilas tentang Perubahan Iklim – Climate Change at a Glance. Diunduh dari //unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf.[20/10/2014]

Universitas Hasanudin. Siklus Hidrologi. Diunduh dari //www.unhas.ac.id/lkpp/tani/ 2%20Siklus%20Hidrologi.pdf . [20/10/2014]

Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik, Edisi Keempat. ITB. Bandung

Apa yang akan terjadi jika semua pohon di dunia menghilang?

Sumber gambar, Getty Images

Dalam film Mad Max: Fury Road, Furiosa yang diperankan aktris Charlize Theron berusaha untuk kembali ke "Tempat Hijau", sebuah oasis yang dipenuhi pohon di Bumi yang telah menjadi tanah kosong yang tak bernyawa.

Ketika Furiosa tiba di tempat sakral tersebut, bagaimanapun, dia hanya menemukan kerangka dan bukit pasir yang luas. Dia berteriak dengan nestapa. Tanpa pohon, semua harapan tampaknya hilang.

Perasaan Furiosa dibenarkan. "Hutan adalah jalur kehidupan dunia kita," kata Meg Lowman, direktur Tree Foundation, sebuah organisasi nirlaba di Florida yang didedikasikan untuk penelitian, eksplorasi, dan pendidikan tentang pohon.

"Tanpa mereka, kita kehilangan fungsi yang luar biasa dan penting untuk kehidupan di Bumi."

Iklan

  • Lima mitos tentang kebakaran hutan
  • Binatang yang terperangkap di kebakaran hutan Amazon
  • Pohon yang membentuk sejarah manusia

Fungsi pohon untuk planet ini berkisar dari penyimpanan karbon dan konservasi tanah hingga regulasi siklus air. Mereka menyokong sistem makanan alam dan manusia dan menyediakan rumah bagi spesies yang tak terhitung jumlahnya. Termasuk kita, melalui bahan bangunan.

Namun, kita sering memperlakukan pohon sebagai sesuatu yang dapat dibuang: sebagai sesuatu yang harus dipanen untuk keuntungan ekonomi atau sebagai ketidaknyamanan dalam hal pembangunan manusia.

Sejak spesies kita mulai mempraktikkan pertanian sekitar 12.000 tahun yang lalu, kita telah menebang hampir setengah dari perkiraan 5,8 triliun pohon di dunia, menurut sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal Nature.

Banyak deforestasi telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Sejak awal era industri, hutan telah menurun sebesar 32%. Terutama di daerah tropis, tiga triliun pohon yang tersisa di dunia berkurang dengan cepat, dengan sekitar 15 miliar ditebang setiap tahun, menurut studi Nature.

Di banyak tempat, deforestasi semakin cepat. Pada bulan Agustus, Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa menunjukkan peningkatan 84% kebakaran di hutan hujan Amazon Brasil dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018.

Penebangan dan pembakaran hutan juga meningkat, terutama di Indonesia dan Madagaskar.

Namun, kecuali ada bencana yang tak terbayangkan, tidak ada skenario di mana kita akan menebang setiap pohon di planet ini. Tapi membayangkan dunia dystopian ala Mad Max di mana semua pohon di Bumi tiba-tiba mati dapat membantu kita menghargai betapa kehilangan kita tanpa mereka.

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

"Saya mulai dengan betapa mengerikannya dunia tanpa pohon. Mereka tidak tergantikan," kata Isabel Rosa, seorang dosen data lingkungan dan analisis di Universitas Bangor di Wales.

"Jika kita menyingkirkan semua pohon, kita akan hidup [di] sebuah planet yang mungkin sebenarnya tidak bisa menopang kita lagi."

Sebagai permulaan, jika pohon lenyap dalam semalam, demikian juga keanekaragaman hayati planet ini. Hilangnya habitat sudah menjadi pendorong utama kepunahan di seluruh dunia, sehingga penghancuran semua hutan yang tersisa akan menjadi "bencana" bagi tanaman, hewan, jamur dan banyak lagi, kata Jayme Prevedello, seorang ahli ekologi di Universitas Negeri Rio de Janeiro di Brasil.

"Akan ada kepunahan besar-besaran dari semua kelompok organisme, baik secara lokal maupun global."

Gelombang kepunahan akan melampaui hutan, membuat satwa liar yang bergantung pada pohon akan berkurang juga. Pada tahun 2018, Prevedello dan rekan-rekannya menemukan, misalnya, bahwa kekayaan spesies secara keseluruhan adalah 50 hingga 100% lebih tinggi di daerah dengan pohon yang tersebar daripada di daerah terbuka.

"Bahkan, satu pohon yang terisolasi di area terbuka dapat bertindak sebagai 'magnet' keanekaragaman hayati, menarik dan menyediakan sumber daya bagi banyak hewan dan tumbuhan," ujar Prevedello.

"Karena itu, kehilangan satu pohon saja bisa sangat mempengaruhi keanekaragaman hayati secara lokal."

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Kepunahan pohon akan mempercepat perubahan iklim

Iklim planet ini juga akan berubah secara drastis dalam jangka pendek dan panjang.

Pohon memediasi siklus air dengan bertindak sebagai pompa biologis: mereka menyedot air dari tanah dan menyimpannya ke atmosfer dengan mengubahnya dari cairan menjadi uap.

Dengan melakukan ini, hutan berkontribusi pada pembentukan awan dan curah hujan. Pohon juga mencegah benjir dengan menjebak air ketimbang membiarkannya mengalir ke danau dan sungai, dan menjadi pelindung bagi komunitas di pesisir dari gelombang badai.

Mereka menyimpan tanah ditempat seharusnya tersapu oleh hujan, dan struktur akarnya membantu komunitas mikroba berkembang.

Tanpa pohon, daerah yang sebelumnya berhutan akan menjadi lebih kering dan lebih rentan terhadap kekeringan ekstrem. Ketika hujan datang, banjir akan menjadi bencana. Erosi besar-besaran akan berdampak pada lautan, membekap terumbu karang dan habitat laut lainnya.

Pulau-pulau yang tidak memiliki pepohonan akan kehilangan penghalang dari lautan, dan banyak yang akan hanyut.

"Menghilangkan pohon berarti kehilangan sejumlah besar tanah ke lautan," kata Thomas Crowther, ahli ekologi sistem global di ETH Zurich di Swiss dan penulis utama studi Nature 2015.

Selain memediasi siklus air, pohon memiliki efek pendinginan lokal. Mereka memberikan naungan yang mempertahankan suhu tanah dan, sebagai hal yang paling gelap di lanskap, mereka menyerap panas daripada memantulkannya.

Dalam proses evapotranspirasi, mereka juga menyalurkan energi dari radiasi matahari dengan mengubah air yang cair menjadi uap. Dengan hilangnya semua layanan pendingin itu, sebagian besar tempat di mana pohon-pohon yang sebelumnya berdiri akan segera menjadi lebih hangat.

Dalam penelitian lain, Prevedello dan rekan-rekannya menemukan bahwa penebangan total 25 km persegi hutan menyebabkan suhu tahunan lokal meningkat setidaknya 2C di daerah tropis dan 1C di daerah beriklim sedang.

Para peneliti juga menemukan perbedaan suhu yang serupa ketika membandingkan daerah berhutan dan terbuka.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Deforestasi menjadi kontributor signifikan pada emisi karbon global, menurut IPCC

Dalam skala global, pohon memerangi pemanasan yang disebabkan oleh perubahan iklim dengan menyimpan karbon di batangnya dan menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer.

Deforestasi sudah menyumbang 13% dari total emisi karbon global, menurut laporan IPCC yang diterbitkan pada bulan Agustus, sementara perubahan penggunaan lahan secara umum menyumbang 23% dari emisi.

Jika semua pohon di planet ini musnah, ekosistem yang sebelumnya berhutan "hanya akan menjadi sumber emisi karbon dioksida ke atmosfer, daripada tenggelam," kata Paolo D'Odorico, seorang profesor ilmu lingkungan di University of California, Berkeley.

Seiring waktu, Crowther memperkirakan bahwa kita akan melihat pelepasan 450 gigaton karbon ke atmosfer, lebih dari dua kali lipat jumlah yang telah disumbangkan manusia. Untuk sementara, efek ini akan diimbangi oleh tanaman dan rumput yang lebih kecil.

Tetapi sementara tanaman yang lebih kecil menangkap karbon lebih cepat daripada pohon, mereka juga melepaskannya lebih cepat. Akhirnya, mungkin dalam beberapa dekade, tanaman ini tidak lagi dapat mencegah pemanasan yang akan datang.

"Garis waktu tergantung pada di mana Anda berada, karena dekomposisi jauh lebih cepat di daerah tropis daripada di Kutub Utara," kata D'Odorico.

"Tapi begitu karbon dioksida berada di atmosfer, tidak masalah apakah itu berasal dari sini atau dari sana."

Ketika dekomposisi perlahan meledakkan bom karbon yang berdetak ini, Bumi akan berubah menjadi planet yang "jauh" lebih hangat, kata Crowther. Kejadian ini belum pernah kita alami sejak sebelum pohon berevolusi. Sejumlah besar karbon juga akan mengalir ke lautan, menyebabkan pengasaman ekstrem dan membunuh segala sesuatu kecuali ubur-ubur, katanya.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Pohon membantu mendinginkan iklim lokal dengan cara menyerap suhu panas. Tanpanya, suhu udara akan semakin panas

Namun, penderitaan umat manusia akan dimulai jauh sebelum terjadi pemanasan global yang dahsyat. Meningkatnya panas, gangguan pada siklus air dan hilangnya naungan akan menelan korban miliaran orang dan ternak.

Kemiskinan dan kematian juga akan menimpa banyak dari 1,6 miliar orang yang saat ini bergantung langsung pada hutan untuk mata pencaharian mereka, termasuk untuk memanen makanan dan obat-obatan.

Lebih banyak orang akan mengalami kesulitan memasak atau memanaskan rumah mereka, mengingat kurangnya kayu bakar. Di seluruh dunia, mereka yang pekerjaannya berputar di sekitar pohon, baik sebagai penebang atau pembuat kertas, petani buah atau tukang kayu, tiba-tiba akan menganggur, menghancurkan ekonomi global.

Sektor kayu sendiri menyediakan lapangan kerja bagi 13,2 juta orang dan menghasilkan $600 miliar setiap tahun, menurut Bank Dunia.

Sistem pertanian juga akan berayun liar. Tanaman naungan seperti kopi akan menurun secara drastis, seperti tanaman yang mengandalkan penyerbuk penghuni pohon. Karena fluktuasi suhu dan curah hujan, tempat-tempat yang sebelumnya menghasilkan tanaman tiba-tiba akan gagal sementara yang lain yang sebelumnya tidak cocok mungkin menjadi diinginkan.

Namun, seiring waktu, tanah di mana-mana akan habis, membutuhkan pupuk dalam jumlah besar agar tanaman dapat bertahan hidup. Pemanasan lebih lanjut pada akhirnya akan membuat sebagian besar tempat tidak dapat ditanami dan tidak bisa untuk hidup.

Di atas semua perubahan yang menghancurkan ini adalah dampak kesehatan. Pohon membersihkan udara dengan menyerap polutan dan menjebak partikel di daun, cabang, dan batangnya.

Para peneliti dari Dinas Kehutanan AS telah menghitung bahwa pohon-pohon di AS saja menghilangkan 17,4 juta ton polusi udara setiap tahun, sebuah layanan bernilai $ 6,8 miliar (£ 5,6 miliar). Setidaknya 850 nyawa diselamatkan sebagai akibatnya dan setidaknya 670.000 kasus masalah pernapasan akut dihindari.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Pohon membantu menyerap polusi udara dengan menangkap partikel-partikel dalam polusi itu

D'Odorico menambahkan bahwa kita mungkin juga melihat wabah penyakit langka atau baru yang ditransfer dari spesies yang biasanya tidak bersentuhan dengan kita.

Dia dan rekan-rekannya menemukan bahwa penularan Ebola ke manusia terjadi di hotspot fragmentasi hutan. Hilangnya hutan secara tiba-tiba di mana-mana dapat memicu lonjakan sementara dalam paparan infeksi zoonosis seperti Ebola, virus Nipah dan virus West Nile, katanya, serta penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti malaria dan demam berdarah.

Penelitian yang berkembang juga menunjukkan fakta bahwa pohon dan alam baik untuk kesejahteraan mental kita. Departemen Konservasi Lingkungan Negara Bagian New York, misalnya, merekomendasikan berjalan di hutan untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, termasuk untuk mengurangi stres, meningkatkan tingkat energi dan meningkatkan kualitas tidur.

Pohon juga tampaknya membantu tubuh pulih: sebuah penelitian terkenal dari tahun 1984 mengungkapkan bahwa pasien yang sembuh dari operasi mengalami masa rawat yang lebih pendek di rumah sakit jika mereka memiliki pandangan pepohonan hijau daripada dinding bata.

Penelitian yang lebih baru mengungkapkan bahwa menghabiskan waktu di sekitar rumput dan pohon mengurangi gejala pada anak-anak dengan gangguan hiperaktif defisit perhatian, dan banyak penelitian juga telah mendokumentasikan korelasi positif antara ruang hijau dan kinerja anak-anak di sekolah.

Pohon bahkan dapat membantu memerangi kejahatan: satu studi menemukan bahwa peningkatan 10% tutupan pohon dikaitkan dengan pengurangan 12% kejahatan di Baltimore.

"Begitu banyak hal yang mengarah pada masalah kesejahteraan fisik dan mental dapat dikurangi secara signifikan dengan menghabiskan waktu di lingkungan hutan," kata Kathy Willis, seorang profesor keanekaragaman hayati di Universitas Oxford. "Itu sebabnya 'mandi hutan' sekarang menjadi resep medis di Jepang."

Hilangnya pohon juga akan diratapi secara mendalam dalam konteks. Pohon adalah bahan pokok masa kanak-kanak yang tak terhitung jumlahnya dan banyak fitur dalam seni, sastra, puisi, musik dan banyak lagi.

Mereka telah menjadi bagian agama-agama animisme sejak prasejarah dan memainkan peran penting dalam agama-agama besar lainnya yang dipraktikkan saat ini.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Pohon memainkan peran sentral di berbagai budaya

Buddha mencapai pencerahan setelah duduk di bawah Pohon Bodhi selama 49 hari, sementara umat Hindu menyembah di pohon Peepal, yang berfungsi sebagai simbol bagi Wisnu.

Dalam Taurat dan Perjanjian Lama, Tuhan membuat pohon pada hari ketiga penciptaan, bahkan sebelum hewan atau manusia. Dalam Alkitab, Yesus mati di kayu salib yang dibangun dari pohon.

"Banyak orang melihat hutan dengan tanda dolar," kata Lowman.

"Tapi kita tidak pernah menghasilkan angka moneter untuk kepentingan spiritual hutan."

Semua mengatakan, manusia akan berjuang untuk bertahan hidup di dunia tanpa pohon. Urbanisasi, gaya hidup Barat akan dengan cepat menjadi sesuatu dari masa lalu dan banyak dari kita akan mati karena kelaparan, panas, kekeringan dan banjir.

Komunitas yang bertahan, Lowman percaya, kemungkinan besar adalah mereka yang telah mempertahankan pengetahuan tradisional tentang bagaimana hidup di lingkungan tanpa pohon, seperti Aborigin Australia.

Crowther, di sisi lain, curiga bahwa kehidupan hanya akan bertahan di koloni mirip Mars, dimungkinkan oleh teknologi dan sepenuhnya terpisah dari keberadaan yang selalu kita kenal.

"Bahkan jika kita bisa hidup di dunia tanpa pohon, siapa yang mau?," kata Crowther.

"Planet ini unik dari segala hal lain yang saat ini kita kenal di alam semesta karena benda yang tidak dapat dijelaskan ini yang disebut kehidupan, dan tanpa pohon, hampir semuanya hanya akan kacau."

Anda bisa membaca versi bahasa Inggris dari tulisan ini, What would happen if all the world's trees disappeared? di laman BBC Future.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA