Jelaskan secara singkat pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal

Lihat Foto

KOMPAS.com/Gischa Prameswari

Ilustrasi pengaruh globalisasi bagi budaya daerah

KOMPAS.com - Globalisasi memberi pengaruh pada kebudayaan daerah. Pengaruhnya ada yang bersifat positif, tetapi ada pula yang negatif.

Arus globalisasi diperkirakan mulai berkembang pesat di awal abad ke-20. Perkembangan globalisasi membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan manusia, termasuk budaya daerah.

Pengaruh globalisasi bagi budaya daerah

Nurhaidah dan M. Insya Musa dalam jurnal Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan Bangsa Indonesia (2015) menuliskan bahwa salah satu pengaruh globalisasi bagi budaya daerah adalah meningkatnya tatanan nilai sosial budaya di masyarakat.

Artinya globalisasi meningkatkan cara hidup manusia, dan membentuk pola pikir ke arah yang lebih maju. Akibatnya ilmu pengetahuan dan teknologi juga ikut berkembang pesat.

Pengaruh positif globalisasi bagi budaya daerah

Bagi budaya daerah, globalisasi membawa pengaruh positif. Apa sajakah itu?

  • Kemudahan untuk mengenalkan budaya daerah

Globalisasi memberi kemudahan pada masyarakat untuk promosi atau mengenalkan kebudayaan daerahnya. Terlebih lagi, globalisasi membuat akses dan penyebaran informasi dapat dilakukan secepat mungkin.

Baca juga: Mengapa Kerja Sama Antarnegara Diperlukan pada Era Globalisasi?

  • Kemudahan untuk mempelajari budaya lain

Selain mudah mengenalkan budaya daerah, globalisasi juga mempermudah manusia untuk mencari informasi serta mempelajari kebudayaan lainnya.

Hanya dengan mengakses internet atau menonton televisi, kita bisa mendapat pengetahuan tentang kebudayaan lain.

Pengaruh negatif globalisasi bagi budaya daerah

Tidak hanya memberi pengaruh positif, globalisasi juga membawa pengaruh negatif bagi budaya daerah. Apa sajakah itu?

  • Hilangnya budaya asli suatu daerah

Menurut Sri Suneki dalam jurnal Dampak Globalisasi terhadap Eksistensi Budaya Daerah (2012), globalisasi dapat menyebabkan hilangnya budaya asli suatu daerah.

Globalisasi dan budaya menjadi dua hal yang memiliki kaitan sangat erat. Perkembangan globalisasi memengaruhi budaya lokal dalam sebuah negara, begitupun sebaliknya. Lalu, apa itu budaya dan globalisasi?

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dalam berbagai lingkungan kehidupan dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dapat dikenal sebagai ciri khas dalam suatu negara. Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting untuk membentuk identitas bangsa.

Dalam kebudayaan, terdapat berbagai unsur, yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian. Selain itu, budaya juga meliputi kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Sementara itu, wikipedia melansir, globalisasi adalah sebuah proses integrasi internasional yang terjadi akibat pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.

Oleh karena itu, setiap negara yang mengalami globalisasi tentu akan berpengaruh pula pada masyarakat dalam menyikapi perkembangan budaya lokal yang ada, apakah memilih untuk mempertahankannya atau justru disisihkan. Tentu, hal ini menjadi tantangan berat bagi banyak negara, salah satunya Indonesia.

Tari Kecak Bali sebagai salah satu budaya lokal. (Dok: Kemenparekraf)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya di Indonesia terjadi karena Indonesia termasuk salah satu negara yang luas dan memiliki banyak suku bangsa. Dengan demikian, terdapat banyak bahasa daerah, adat istiadat, tarian daerah, lagu daerah, rumah adat, dan warisan budaya lainnya.

Tidak hanya kaya akan budaya, tetapi warisan budaya Indonesia juga sudah mendunia. Beberapa budaya yang dimiliki Indonesia telah diakui oleh UNESCO, seperti angklung, batik, wayang, tari saman, keris, dan lain-lain.

Ilustrasi teknologi (Shutterstock)

Kehadiran globalisasi memberikan dampak positif dalam perkembangan budaya lokal. Ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi berkembang dan dapat mendorong masyarakat untuk berpikir lebih maju.

Pengaruh positif lainnya adalah berkembangnya ekonomi pariwisata dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, globalisasi memberikan pengaruh positif dalam etos kerja dan kemandirian. Masyarakat memiliki niat untuk bekerja keras, mandiri, disiplin, sportif, dan lain-lain.

Ilustrasi Media Sosial (Pexels.com/TracyLeBlanc)

Dampak yang diberikan dari globalisasi juga menimbulkan pengaruh negatif. Pengaruh negatif yang utama adalah lunturnya nilai budaya lokal. Dampak negatif lainnya adalah masyarakat menjadi orang yang bersifat individualis dalam bermasyarakat sehingga rasa solidaritas menjadi berkurang.

Sifat individualis menyebabkan masyarakat lebih mengutamakan kepentingan individu daripada kepentingan bersama. Selain sifat individualis, kesenjangan sosial juga terjadi bagi masyarakat yang tidak dapat mengimbangi globalisasi dan akan tertinggal.

Ilustrasi berbelanja sebagai salah satu gaya hidup hedonis (pexels.com/TimDouglas)

Seiring berkembangnya era globalisasi, kebudayaan lokal sudah mulai hilang karena adanya perubahan pola hidup masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari bukti-bukti yang menunjukkan terjadinya perubahan pola hidup masyarakat.

Di Indonesia, terdapat masyarakat yang tertarik dengan perilaku hedonisme, konsumerisme, dan materialisme sehingga kesempatan untuk menabung berkurang dan tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang.

Tidak hanya itu, pergaulan bebas dan bullying juga terjadi akibat pengaruh arus globalisasi. Perilaku-perilaku tersebut sangat tidak patut dicontoh karena dapat merusak mental seseorang yang merupakan korban dari bullying. 

Dua pesilat memeragakan atraksi pukul palu saat Festival Silat Nusantara di Walantaka, Serang, Banten, Sabtu (30/11). [ANTARA FOTO/AsepFathulrahman]

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal di tengah maraknya globalisasi. Penjelasan mengenai pentingnya kebudayaan lokal perlu dilakukan sejak dini untuk menanamkan rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan lokal.

Masyarakat perlu mempelajari sejarah dan nilai-nilai kebudayaan agar dapat menyadari pentingnya kebudayaan lokal. Peran pemerintah juga diperlukan mengenai kebijakan yang mengarah pada kebudayaan. Dengan demikian, masyarakat dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal dengan baik untuk meningkatkan eksistensi budaya bangsa.

Ilustrasi generasi muda. [Istimewa]

Peran golongan muda menjadi salah satu generasi yang mampu mempertahankan budaya lokal di tengah perkembangan globalisasi. Sayangnya, generasi muda kurang memahami pentingnya budaya lokal. Generasi muda kurang berminat untuk mempelajari kebudayaan lokal. Selain itu, informasi mengenai kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia masih kurang.

Pola pikir generasi muda menganggap kebudayaan Indonesia kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Pemikiran ini menyebabkan hilangnya rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan lokal. 

Ilustrasi bendera indonesia (pixabay/AndreasDanang)

Oleh karena itu, diperlukan pertahanan dalam bidang sosial budaya. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia. Masyarakat harus dapat menilai hal positif dan negatif dari masuknya budaya asing.

Pengaruh positif dari budaya asing dapat diambil dan dipelajari untuk kehidupan sehari-hari. Budaya asing yang memberikan pengaruh negatif sebaiknya tidak diikuti oleh masyarakat Indonesia, karena dapat turut berpengaruh juga pada budaya lokal.

Penulis : Sakinah Audi

Manusia sebagia makhluk sosial tidak luput dari interaksi sesama manusia. Manusia identik dengan sifat saling membutuhkan dan saling melengkapi. Kebutuhan manusia akan sesama nya membentuk komunikasi antarmanusia yang dari nya akan melahirkan interaksi sosial. Biasanya interaksi sosial hanya terjadi pada sekelompok orang yang berada dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang dapat bertemu secara tatap muka. Namun seiring perkembangan, zaman telah berubahsegala sesuatu dapat terjadi dengan ekonomis dan praktik, cukup one click manusia sudah dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Begitupula dengan kecanggihan lainnya yang ditawarkan teknologi seperti transportasi, media massa hingga jaringan internet yang mulai mengglobal.

Interaksi tidak lagi dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Siapapun dapat berhubungan dengan siapa saja di berbagai belahan dunia. Jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah manusia untuk berbincang, bertukar pikiran bahkan bertemu secara virtual, situasi ini dikenal sebagai globalisasi. Menurut Qodri Aziziy, globalisasi pada prinsipnya mengacu pada perkembangan pesat di bidang komunikasi, transformasi, dan teknologi informasi yang dapat mempermudah akses kebelahan dunia yang terpencil.

Pesatnya perkembangan teknologi menghantarkan manusia ke dalam kehidupan yang serba praktis dan ekonomis. Kini globalisasi bukan sekadar peluang untuk mengembangkan kreativitas manusia. Di balik itu, globalisasi memiliki kemungkinan dampak negatif, salah satunya memudarnya nilai-nilai lokal di masyarakat karena pemikiran masyarakat mulai diracuni oleh berbagai nilai yang tidak lagi sesuai dengan jati diri bangsa. Seperti paham individualisme, pragmatisme, hedonisme, konsumerisme dan sebagainya

Nilai-nilai luhur dalam masyarakat perlahan memudar dan tergerus, seperti nilai-nilai kebersamaan dan rasa setia kawan sosial yang dianggap tidak relevan di zaman sekarang ini. Padahal, kebersamaan dan kesetiakawanan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang akan membentuk persatuan bangsa. Fakta yang terjadi saat ini, kearifan lokal dianggap ketinggalan zaman, sehingga mulai dilupakan dan tidak lagi menjadi pedoman di masyarakat. Generasi muda mulai mencari nilai dan trend masa kini dalam menjalani kehidupannya, mereka mulai kehilangan identitas, kebiasaan dan budayanya. Salah satu contoh kearifan lokal masyarakat Indonesia yaitu gotong royong kini mulai terpinggirkan.

“Sekarang zaman semakin canggih, orang-orang berlomba hidup praktis. Teknologi digunakan di semua lini. Banyak hal yang terabaikan karena perkembangan teknologi, salah satunya kearifan lokal. Ya, banyak anak muda sekarang yang meninggalkan budaya, kebiasaan dan lebih memilih mengikuti trend masa kini, kadang kearifan lokal yang diwariskan turun temurun dianggap ketinggalan zaman. Saya sendiri mulai merasakan budaya-budaya menjdi asing. Kalau dikaji, sebenarnya kearifan lokal memiliki makna yang harusnya kita bangga memilikinya karena bisa menjadi ciri khas suatu bangsa.” Jelas Ninda generasi muda.
Terkadang sulit bagi kita untuk mengamalkan kearifan lokal, bukan karena kita enggan untuk mengamalkannya, melainkan karena kita tidak mengetahui makna di balik pengamalan nilai-nilai kearifan lokal di masyarakat. Percayalah, kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini akan membawa kita ke jalan yang lebih baik karena kearifan lokal berakar pada nilai-nilai luhur bangsa. Kearifan lokal didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang berkembang di masyarakat.

Sebagai generasi bangsa, kita harus selalu percaya diri dan konsisten mengamalkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat karena bangsa ini tidak hanya membutuhkan masyarakat yang cerdas tetapi juga masyarakat yang berbudi luhur dan beradab melalui pengamalan kearifan lokal.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA