Jelaskan pengertian alat pembayaran nontunai yang digunakan dalam kegiatan ekonomi di masyarakat !

Macam-macam Alat Pembayaran Non Tunai dan Manfaatnya untuk Bisnis – Beberapa distrupsi pada dunia pembayaran mulai banyak bermunculan, tak terkecuali alat pembayaran non tunai. Dari institusi-institusi serta metode pembayaran yang sudah kita kenal selama ini, munculah berbagai sistem, metode serta cara-cara pembayaran baru, salah satunya yaitu alat pembayaran non tunai (cashless). 

Hal ini juga dipengaruhi dengan berkembangnya Cashless Society, atau kalangan masyarakat yang melakukan transaksi keuangan tanpa menggunakan uang tunai. Melainkan lebih banyak menggunakan kartu kredit, kartu debit maupun dompet digital.

Dari cryptocurrency (mata uang digital) hingga peer to peer payments (sebuah alternatif bentuk pinjaman), dan masih banyak lainnya. Mulai dari cara, tempat, serta waktu orang melakukan pembayaran sudah mulai berubah.

Orang semakin membutuhkan dan menggunakan proses pembayaran digital dimana mereka dapat melakukannya lewat ponsel masing-masing, bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun mereka mau.

Baca Juga: 6 Metode Pembayaran yang Digemari Konsumen ini Agar Jualan Laris

Fenomena ini tentunya membangkitkan sebuah behavior dan budaya yang baru pada masyarakat kita. Sehingga, baik restoran maupun toko ritel pun sudah mulai menyesuaikan dengan perkembangan ini dan mulai bereksperimen dengan opsi pembayaran digital.

Jenis-jenis alat pembayaran non tunai:

  1. Uang elektronik (e-money)
  2. Kartu prabayar (prepaid)
  3. Kartu ATM/Debit
  4. Kartu kredit
  5. Nota Kredit
  6. Nota Debet
  7. Bilyet Giro
  8. Cek

Baik dengan kartu atau aplikasi. Apakah kedepannya opsi pembayaran dengan uang tunai akan semakin langka? Apakah masyarakat tanpa uang tunai merupakan sesuatu yang baik?

Manfaat Alat Pembayaran Non Tunai (Cashless) untuk Bisnis

Melihat tren alat pembayaran non tunai serta budaya masyarakat yang semakin bergeser ke dunia digital ini, tentunya Anda harus mulai memikirkan untuk menawarkan variasi opsi metode pembayaran tanpa tunai tersebut.

Mari kita lihat poin-poin berikut mengenai manfaat beralih ke alat pembayaran non tunai atau tanpa uang tunai dan mengapa usaha Anda harus mulai lebih merangkul masyarakat tanpa uang tunai!

1. Proses Transaksi yang Lebih Cepat

Khususnya bagi Anda yang membutuhkan flow operasional yang lebih cepat seperti restoran cepat saji karena banyaknya traffic pada outlet Anda.

Dengan semakin maraknya penggunaan mesin edc yang sejalan dengan pembayaran tanpa tunai, antrean selama jam makan siang contohnya akan lebih cepat bergerak yang akan mengurangi waktu pelanggan Anda untuk menunggu dan membuat pelanggan lebih puas.

Sebuah restoran di Amerika mengatakan bahwa mereka melihat adanya kenaikan transaksi sebesar 15% dengan adanya metode pembayaran non tunai. Mengapa?

Proses pembayaran menggunakan tunai biasanya akan memakan waktu lebih banyak dibandingkan metode alat pembayaran non tunai. Pelanggan harus mencari-cari sejumlah uang tunai, kasir akan melakukan input, lalu mencarikan uang kembalian juga.

Sementara itu, dengan pembayaran menggunakan dompet digital pada ponsel pelanggan, pelanggan tinggal memindai atau melakukan scan barcode yang kemudian akan langsung terinput dan terpotong sesuai dengan sejumlah transaksi tersebut. Kasir pun tidak perlu membuka kas untuk mencarikan uang kembalian, dan sebagainya.

Secara umum, pembayaran tanpa tunai ini berarti, lebih sedikit penghitungan dan perubahan serta lebih banyak produktivitas. Mungkin memang pergerakan menuju budaya tanpa tunai ini merupakan langkah alami untuk mencapai efisiensi waktu, proses, serta produktivitas.

2. Layanan Juga Menjadi Lebih Cepat

Tentunya, dengan proses transaksi yang lebih cepat, layanan dan proses operasional outlet Anda juga akan terpengaruh dan secara umum menjadi lebih cepat.

Dengan semakin banyaknya layanan counter dan fast casual pop-up store, permintaan pelanggan akan pengalaman berbelanja di dalam toko yang lebih cepat dan lebih nyaman semakin marak dan diminati. Hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi popularitas dan keuntungan usaha Anda.

3. Perkuat Keamanan dan Kurangi Fraud

Secara simpel, kotak kas biasanya menjadi target utama para pencuri. Namun, dengan tidak memiliki uang tunai atau setidaknya, lebih sedikit uang tunai di outlet Anda, Anda sudah mengurangi resiko perampokan, termasuk dari karyawan Anda sendiri!

Dengan alat pembayaran non tunai, Anda dapat mengurangi potensi adanya fraud atau penipuan dari luar maupun dari dalam organisasi Anda. Transaksi jenis ini akan langsung masuk ke daftar secara otomatis.

Dengan rekapan manual yang dilakukan oleh staf kasir Anda, potensi adanya penipuan yang dilakukan karyawan Anda tentunya akan jauh lebih tidak terdeteksi jika dibandingkan dengan rekapan dan jumlah transaksi yang akan langsung masuk dan tercatat pada sistem Anda.

Baca Juga: Apa Itu Sistem Pembayaran Cashless, Manfaat, dan Jenisnya

4. Pembukuan Menjadi Lebih Mudah

Rekonsiliasi uang tunai pada setiap akhir hari biasanya memakan waktu dan juga sangat memungkinkan adanya kesalahan manusia. Sementara di sisi lain, transaksi menggunakan kartu kredit, kartu debit, atau aplikasi akan secara otomatis berekonsiliasi dengan bank.

Namun, Anda tidak perlu khawatir. Yuk, manfaatkan saya layanan aplikasi kasir gratis GoKasir yang dapat Anda akses melalui aplikasi GoBiz. Dengan GoKasir, Anda bisa mereka semua transaks berdasarkan tipe pembayaran sehingga Anda bisa lebih memahami bagaimana behaviour pelanggan ketika berbelanja.

5. Memudahkan Pengumpulan data

Mengumpulkan data sangatlah penting karena merupakan proses dari strategi pengembangan usaha Anda. Dengan alat pembayaran non tunai, akan lebih mudah bagi Anda untuk mengumpulkan data pelanggan dan membaca serta melakukan analisis terhadap data tersebut ketika pelanggan membayar dengan kartu atau metode transaksi tanpa tunai lainnya.

Akan sulit bagi tim Anda untuk memahami pola pembelian pelanggan atau memberi mereka imbalan atas kesetiaan mereka jika pelanggan selalu membayar dengan uang tunai pada outlet Anda.

Jika mereka menggunakan kartu yang sama setiap kali, mesin Anda akan dapat mengingatnya melalui sistem. Hal yang sama juga berlaku jika pelanggan Anda melakukan transaksi melalui smartphone mereka menggunakan aplikasi seperti GoPay atau Point of Sale (POS), yang juga akan membantu mereka mengumpulkan poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai reward.

Mulailah lakukan pengumpulan data secara berkala karena Anda akan dapat lebih memahami pelanggan Anda yang akan mendorong wawasan dan perkembangan usaha Anda.

Dengan melacak data ini, Anda dapat mengidentifikasi perilaku pembelian pelanggan, melakukan segmentasi terhadap pelanggan Anda, serta mempersonalisasi program, promo, atau tipe reward yang lebih sesuai dan menarik bagi pelanggan Anda berdasarkan riwayat pembelian dan interest mereka.

Kedepannya, Anda juga akan lebih memahami produk-produk serta aspek apa yang akan bisa lebih menjual bagi target konsumen Anda.

6. Model Pricing yang Lebih Stabil

Sebagian besar usaha saat ini menawarkan opsi pembayaran tunai dan kartu kredit serta debit. Hal ini akan dapat mempengaruhi kestabilan biaya Anda yang tergantung pada tarif dan jumlah transaksi kartu kredit. Sejumlah persenan biaya transaksi akan terpotong dengan setiap gesekan kartu, yang bertambah seiring hari, minggu, dan seterusnya.

Anda dapat meminimalisir hal ini dengan melakukan perencanaan jika Anda mengetahui seberapa banyak jumlah yang menggunakan tunai dan seberapa banyak transaksi yang menggunakan alat pembayaran non tunai untuk setiap harinya, contohnya, 40% dari transaksi Anda akan menjadi kredit dan 60% uang tunai.

Tetapi jumlah ini dapat berubah setiap saat. Ketika Anda menetapkan akan menerima semua transaksi berbasis kartu atau tanpa tunai, Anda akan dapat merencanakan persentase tersebut dengan lebih akurat dan memperkirakan berapa biaya kartu kredit bulanan dan tahunan Anda.

Nah, setelah membaca sejumlah manfaat pembayaran tanpa tunai, apakah Anda masih takut untuk beralih pada alat pembayaran non tunai bagi usaha Anda? Tren pembayaran ini semakin diminati dan semakin berkembang semakin harinya.

Baca Juga: Tunai VS Nontunai: Mana yang Lebih Disukai Pelanggan?

Pihak-pihak yang menawarkan metode transaksi ini pun semakin berlomba-lomba untuk menawarkan berbagai tawaran yang menarik. Akan semakin besar jumlah pelanggan Anda yang akan memilih tipe pembayaran ini.

Jangan sampai Anda kehilangan sejumlah pelanggan karena outlet Anda tidak menawarkan opsi jenis-jenis alat pembayaran non tunai. Ikutlah memasuki dunia digital ini dan manfaatkan tren ini demi kesuksesan dan perkembangan usaha Anda!

Referensi: Smallbiztrends, CMO

Jika Anda menyukai artikel ini silakan tinggalkan komentar dengan pilihan dibawah!

Read more about:

Indonesia mempunyai sistem pembayaran yang resmi berlaku. Sistem pembayaran tersebut mempunyai prinsip, peran, dan komponennya tersendiri.

Sistem pembayaran tersebut terdiri dari berbagai mekanisme, peraturan, dan lembaga yang berfungsi dalam melakukan pemindahan dana sebagai upaya dalam memenuhi kewajiban yang timbul karena adanya aktivitas ekonomi.

Pengertian seperti ini juga sudah tertulis di dalam UU NO. 23 tahun 1999. Selain itu, sistem pembayaran juga dihubungkan dengan pemindahan sejumlah uang dari suatu pihak ke pihak yang lain.

Selain itu, ada juga yang menggunakan alat pembayaran yang lebih rumit dan kompleks. Alat pembayaran tersebut melibatkan berbagai lembaga dan sudah terikat dengan berbagai peraturan. Dewasa ini, sistem pembayaran Indonesia sudah diatur dan juga diawasi oleh Bank Indonesia berdasarkan UU BI.

Komponen Sistem Pembayaran

Terdapat beberapa komponen yang mampu membangun sistem pembayaran agar bisa terealisasi lebih mudah. Beberapa komponen sistem pembayaran tersebut adalah sebagai berikut:

  • Sistem transfer dana: sistem ini memungkinkan adanya proses pemindahan dana dari satu bank ke bank lainnya ataupun ke bank yang sama.
  • Alat pembayaran: alat pembayaran adalah alat yang di dalamnya terdiri dari alat pembayaran tunai dan nontunai.
  • Saluran pembayaran: saluran di dalamnya mencakup teller input, mobile banking, mesin ATM, internet banking, phone banking, sampai EDC atau electronic data capturing.
  • Regulator: mereka adalah pihak yang mempunyai wewenang dalam mengatur aturan main, kebijakan, dan juga ketentuan lain yang sifatnya lebih mengikat untuk semua komponen yang terlibat di dalam payment system itu sendiri.
  • Penyelenggara: suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam memastikan bahwa semua kegiatan transaksi dapat diselesaikan hingga akhir.
  • Lembaga yang berwenang: suatu lembaga yang melakukan proses payment system, yakni BI. Sementara itu, kepentingan pasar modal lembaga berada di bawah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia dan juga Penyelenggara Kliring Alat Pembayaran Menggunakan Kartu atau APMK.
  • Instrumen: alat pembayaran yang dilakukan dengan baik secara tunai atau nontunai.
  • Infrastruktur: seluruh bentuk sarana fisik yang bertugas dalam mendukung proses kegiatan operasional payment system.
  • Pengguna: mereka adalah pihak yang disebut dengan konsumen atau orang yang memanfaatkan payment system.

Setiap komponen diatas saling terikat dan berhubungan agar mampu membentuk payment system.

Baca juga: Bagaimana Cara Menghitung Tingkat Inflasi? Berikut Pembahasannya

Prinsip-prinsip Sistem Pembayaran

Baiknya suatu sistem pembayaran harus mampu memberikan tingkat kenyamanan dan juga keamanan untuk seluruh penggunanya, baik itu dalam bentuk tunai ataupun nontunai.

Sebagai lembaga yang bertugas menjalankan payment system di Indonesia, Bank Indonesia sudah mengatur empat prinsip sistem pembayaran, yakni:

1. Efisien

Prinsip ini lebih menekankan pada tingkat pelaksanaan payment system yang harus bisa dilakukan secara lebih luas. Sehingga, biaya yang akan ditanggung oleh masyarakat sebagai pengguna akan lebih terjangkau.

2. Aman

Setiap risiko yang terdapat di dalam payment system harus bisa dikelola dan juga dimitigasi lebih baik dengan adanya payment system, baik itu risiko kredit, fraud, dan likuiditas.

3. Perlindungan Konsumen

Sistem pembayaran harus bisa dijaga dengan baik dalam hal menjaga jumlah uang tunai yang beredar ataupun kondisinya yang memang masih layak edar. Hal tersebut sering disebut dengan clean money policy.

4. Kesetaraan Akses

Bank Indonesia tidak menginginkan adanya kegiatan praktik monopoli dalam kegiatan sistem pembayaran, karena hal ini nantinya akan menghambat pengguna lain untuk ikut serta.

Peranan BI Dalam Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan bersama bahwa lembaga yang memiliki wewenang untuk menjaga dan juga mengatur kelancaran sistem pembayaran adalah Bank Indonesia selaku bank sentral.

Hal ini adalah salah satu bagian dari tujuan diciptakannya Bank Indonesia, yakni menjaga stabilitas nilai mata uang Rupiah agar peningkatan perekonomian nasional bisa terwujud dengan baik.

Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai wewenang untuk menetapkan dan juga memberlakukan kebijakan dalam sistem pembayaran yang sudah diatur pada UU No. 23 tahun 1999 dan sudah diubah pada UU Nomor 6 tahun 2009

Hingga saat ini, BI mempunyai peran yang sangat banyak dalam menyelenggarakan sistem pembayaran, yakni:

  • Bertugas dalam menentukan standar tertentu dalam setiap alat pembayaran dan juga menentukan alat pembayaran apa saja yang bisa digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia.
  • Memiliki wewenang dalam memberikan persetujuan dan juga izin pada penyedia jasa pembayaran yang turut serta dalam menyediakan sistem pembayaran.
  • Menerapkan aturan dan mengawasi lembaga apa saja yang bisa dan diperbolehkan dalam melakukan sistem pembayaran, baik itu lembaga bank ataupun lembaga non bank.
  • Memiliki wewenang untuk menjadi penyelenggara sistem kliring antar bank, terutama untuk beberapa jenis alat pembayaran khusus. Hal tersebut sudah diatur di dalam Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
  • Memiliki wewenang untuk menjalankan sistem BI, yakni Real Time Gross Settlement. Sistem ini bisa digunakan untuk melakukan kegiatan transaksi nontunai yang nilainya terbilang besar.
  • Mempunyai kebijakan dalam mengendalikan risiko, efisiensi, tata kelola, dan hal lainnya dalam sistem pembayaran.

Jenis Alat Pembayaran

1. Alat Pembayaran Tunai

Alat pembayaran tunai adalah alat pembayaran yang umum dan banyak digunakan, terlebih lagi untuk transaksi yang nilainya kecil. Alat pembayaran tunai tersebut berbentuk uang kartal, yakni berbentuk kertas dan juga koin yang tersedia dalam berbagai jumlah nominal.

Di zaman yang sudah serba digital seperti saat ini, penggunaan uang kartal terbilang lebih sedikit daripada uang giral. Hal tersebut dikarenakan alat pembayaran tunai diklaim kurang efektif dan kurang efisien.

Terlebih lagi bila melakukan transaksi yang nilai pasarnya ternyata lebih besar dengan menggunakan uang tunai, maka cenderung akan meningkatkan berbagai risiko, seperti perampokan, pencurian, dll.

2. Alat Pembayaran Nontunai

Dewasa ini, alat pembayaran non tunai sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Alat pembayaran yang satu ini diklaim lebih efisien. Kenapa? karena ketika melakukan kegiatan transaksi, masyarakat sudah tidak perlu lagi melakukan perhitungan dan pengukuran nominal.

Selain itu, pembayaran non tunai juga diklaim sangat minim akan risiko pencurian, karena seluruh kegiatan transaksi di dalamnya bisa dilacak oleh sistem.

Untuk kegiatan transaksi nontunai yang jumlahnya besar, pelaksanaannya bisa dilakukan oleh BI dengan menggunakan sistem kliring dan sistem Real Time Gross Settlement atau BI-RTGS. Beberapa sistem pembayaran nontunai yang bisa digunakan adalah:

  • Giro: Bukti permintaan pemindahan uang ataupun dana dari rekening yang satu ke rekening yang lainnya dengan berdasarkan jumlah dan juga nama yang sudah tertulis.
  • Cek: Bukti permintaan dari pihak nasabah yang ditujukan untuk bank pengguna yang mencairkan sejumlah dana atau uang sesuai dengan jumlah dan juga nama pihak penerima yang tertulis pada cek.
  • Kartu kredit: adalah alat pembayaran non tunai yang berbentuk kartu. Kartu kredit tersebut dikeluarkan oleh pihak bank, yang manan kemudian bank akan meminjamkan sejumlah uang pada pihak nasabah terlebih dahulu untuk melakukan pembayaran.
  • Nota debit: suatu bukti transaksi yang berguna untuk meminimalisir utang usaha yang harus dilunasi.
  • Uang elektronik: uang digital dari setoran tunai yang dilakukan oleh pihak nasabah agar bisa dialihkan menjadi uang elektronik atau e-money.

3. Alat Pembayaran Internasional

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa setiap negara mempunyai mata uangnya tersendiri, walaupun beberapa diantaranya ada yang sama. Namun, bagaimana cara melakukan transaksi bila mata uangnya berbeda.

Nah, untuk melakukan kegiatan transaksi internasional secara nontunai umumnya Anda harus menukarkan uang yang sama dengan nilai kurs yang berlaku.

Beberapa contoh alat pembayaran nontunai bertaraf internasional adalah sebagai berikut:

  • Cek – sistem pembayaran yang dilakukan  cek via bank penjual dari negara penjual.
  • Kartu kredit – Pembayaran dengan kartu kredit bisa dilakukan di berbagai negara, terutama bila Anda memiliki kartu dengan jaringan Union Pay, MasterCard, Visa, dll.
  • Wesel pos – Pihak pembeli bisa melakukan kegiatan transaksi wesel pos untuk mengirim uang dari dalam dan juga ke luar negeri. Penyelenggara wesel pos internasional adalah Wesel Union.
  • Online payment – sistem pembayaran di dalamnya hampir sama dengan uang elektronik yang mana para pengguna harus melakukan setoran uang tunai ke suatu akun. Anda juga bisa menghubungkan kartu kredit ke dalam akun online payment, seperti PayPal.

Baca juga: Bitcoin Adalah Jenis Uang Elektronik yang Sedang Populer, Ini Cara Kerjanya!

Penutup

Demikianlah penjelasan kami tentang sistem pembayaran. Jadi,  sistem pembayaran terdiri dari berbagai mekanisme, peraturan, dan lembaga yang berfungsi dalam melakukan pemindahan dana sebagai upaya dalam memenuhi kewajiban yang timbul karena adanya aktivitas ekonomi.

Saat ini, sistem pembayaran terbagi menjadi dua, yakni pembayaran tunai dan nontunai. Namun, karena saat ini sudah banyak masyarakat yang menggunakan sistem pembayaran nontunai, maka Anda juga harus menyesuaikannya dengan menggunakan software akuntansi dan bisnis yang mampu melakukan pencatatan laporan keuangan secara otomatis.

Salah satu software akuntansi yang bisa Anda gunakan adalah Accurate Online. Accurate Online mampu menyediakan lebih dari 200 jenis laporan keuangan secara otomatis, cepat dan tepat.

Selain itu, Accurate Online juga sudah didukung dengan fitur penjualan, pembelian, persediaan, perpajakan, aset tetap, manufaktur, dan berbagai fitur lainnya yang akan mempermudah Anda dalam mengelola bisnis.

Tertarik? Anda bisa mencoba Accurate Online secara gratis selama 30 hari dengan klik tautan gambar di bawah ini.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA