Hamil 37 minggu perut bawah sakit setelah berhubungan

Saat hamil, bukan berarti Mums harus menghindari hubungan seks. Sebaliknya, berhubungan seks saat hamil justru memberikan sejumlah manfaat bagi Mums, seperti melancarkan peredaran darah, meningkatkan sistem imun tubuh, dan juga membuat Mums lebih rileks.

Akan tetapi, beberapa Mums mungkin ada yang mengalami kram perut atau kontraksi setelah berhubungan seks saat hamil, sehingga merasa tidak nyaman. Wah, sebenarnya normalkah mengalami kram perut atau kontraksi setelah berhubungan seks saat hamil? Yuk, cari tahu penjelasannya berikut ini!

Baca juga: Alasan Berhubungan Seks Saat Hamil Dianjurkan  

Normalkah Mengalami Kram Perut atau Kontraksi Setelah Berhubungan Seks saat Hamil?

Dalam kebanyakan kasus, mengalami kram perut dan kontraksi, terutama di trimester kedua dan ketiga kehamilan, setelah berhubungan seks adalah hal yang sangat normal. Kondisi ini biasanya juga dibarengi dengan adanya sensasi aliran darah yang mengalir deras ke area perut atau bahkan disertai sedikit bercak darah. Meski begitu, Mums tak perlu merasa khawatir karena biasanya kondisi ini akan mereda dengan sendirinya dalam beberapa menit dan bukan sebagai tanda persalinan.

Apa Penyebab Kram dan Kontraksi Setelah Berhubungan Seks Saat Hamil?

Mums biasanya akan mengalami kram serta kontraksi selama dan setelah berhubungan seks. Rasa ketidaknyamanan ini juga bisa terjadi setelah orgasme. Namun, sekali lagi Mums tak perlu khawatir. Sama halnya dengan kotraksi palsu, kram atau nyeri yang timbul setelah berhubungan seks ini sangat normal terjadi dan tidak berdampak pada serviks.

Kram dan kontraksi setelah berhubungan seks dapat terjadi karena beberapa alasan, yaitu:

- Tubuh Mums melepaskan hormon oksitosin ketika orgasme. Hormon ini dapat membuat otot mengalami kontraksi.

- Air mani mengandung prostaglandin yang dapat memicu kontraksi rahim.

- Selama hamil, puting menjadi lebih sensitif. Jadi, ketika pasangan merangsang area puting saat berhubungan seks, Mums dapat mengalami kontraksi.

- Saat berhubungan seks, tentu tubuh akan bergerak cukup aktif. Gerakan dan perubahan posisi yang terjadi sangat cepat serta intens dapat menyebabkan kontraksi.

Baca juga: Hubungan Seks Saat Hamil, Apa Saja yang Perlu Mums Tahu?  

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Mums Mengalami Kram Setelah Berhubungan Seks?

Setelah orgasme, tubuh akan mengirimkan aliran darah ke rahim, sehingga muncul rasa kram yang tidak nyaman di perut bagian bawah dan selakangan. Untuk itu, jangan langsung memaksakan diri bangkit dari tempat tidur.

Sebaliknya, beri waktu beberapa menit untuk tetap dalam posisi tidur hingga rasa nyeri sedikit berkurang. Jika sudah cukup reda, Mums dapat membantu meringankannya lagi dengan mandi air hangat atau minum segelas air hangat. Namun, jika Mums sudah melakukan beberapa hal tersebut, tetapi kram tidak kunjung reda atau semakin buruk, segera periksakan diri ke dokter.

Kondisi Apa yang Membuat Mums Harus Segera ke Dokter?

Seperti disebutkan sebelumnya, jika kram dan kontraksi tidak kunjung mereda setelah beberapa menit pasca hubungan seks, maka Mums perlu segera mengonsultasikannya dengan dokter. Selain itu, perhatikan juga beberapa tanda lain yang menyertai karena hal tersebut bisa menunjukkan sesuatu yang tidak baik. Tanda tersebut antara lain:

- Demam atau merasa kedinginan.

- Bercak atau keluarnya darah dalam jumlah banyak.

- Sakit kepala hebat.

- Pusing.

- Nyeri atau merasakan adanya sensasi terbakar saat buang air kecil.

- Merasakan kontraksi yang kuat 4 kali atau lebih dalam 1 jam. Kondisi ini bisa menandakan kontraksi persalinan.

Berhubungan seks saat hamil memang bukanlah sesuatu yang dilarang. Kendati demikian, tetap konsultasikan dengan dokter serta pasangan mengenai segala hal menyangkut ketidaknyamanan yang mungkin Mums alami, seperti kram atau kontraksi, ya. (AS)

Baca juga: Hubungan Seks Saat Hamil, Apa Saja yang Perlu Mums Tahu?

 

Referensi

Healthline. "Are Contractions After Sex Normal?".

What to Expect. "Cramps and Contractions After Sex During Pregnancy".

Moms, melakukan hubungan intim di tengah kehamilan adalah hal yang aman dan wajar dilakukan oleh pasangan suami istri. Bahkan sebagian pasangan melakukan hubungan intim hingga hari persalinan.

Namun pada masa kehamilan, seks tidak akan terasa sama seperti sebelum hamil. Tubuh wanita dapat memberikan reaksi yang berbeda ketika melakukan hubungan intim saat hamil. Salah satunya adalah muncul kontraksi. 

Lantas apakah kontraksi setelah berhubungan intim itu normal? Bagaimana dengan bayi di dalamnya? Kenali penyebab serta cara mengatasi kontraksi setelah berhubungan intim lewat ulasan di bawah ini. 

Apakah kontraksi setelah berhubungan intim normal?

Munculnya kontraksi setelah berhubungan intim adalah hal yang normal. Kontraksi bisa muncul disertai kram di area perut dan selangkangan. 

Namun perlu diingat, dilansir dari WebMD, kontraksi setelah seks sebenarnya tidak akan terasa sama dengan kontraksi persalinan. Meski begitu keduanya akan terasa menyakitkan. 

Kontraksi setelah orgasme akan terasa lebih ringan dan tidak teratur. Sementara kontraksi saat persalinan akan lebih kuat, lebih lama dan lebih intens. 

Kontraksi dan kram ini juga bisa terjadi kapan saja sepanjang masa kehamilan. Tetapi di trimester kedua dan ketiga mungkin rasanya akan semakin tidak nyaman karena rahim sudah semakin membesar.

Baca juga: Khawatir Berhubungan Seks saat Hamil? Ini Posisi Seks yang Aman dan Apa yang Harus Dihindari

Apa penyebab kontraksi setelah berhubungan intim?

Ketika melakukan seks di tengah kehamilan, Moms mungkin mengalami kontraksi selama dan setelah berhubungan seks. Kontraksi bahkan bisa terjadi saat orgasme.

Kondisi tersebut normal dan disebabkan oleh berbagai alasan, seperti:

  • Orgasme. Tubuh melepaskan oksitosin (hormon perangsang kontraksi) sehingga otot berkontraksi
  • Paparan sperma. Sperma dapat mengandung prostaglandin, yakni senyawa yang dapat memicu kontraksi rahim
  • Rangsangan pada puting. Selama masa kehamilan puting akan lebih sensitif, sehingga memberi rangsangan di payudara dapat memicu kontraksi
  • Tubuh yang banyak bergerak. Gerakan atau posisi seks juga dapat memicu kontraksi karena melibatkan aktivitas fisik

Baca juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Berhubungan Seks Saat Hamil Muda

Bagaimana cara mengatasi kontraksi setelah berhubungan intim?

Setelah orgasme, tubuh akan mengirimkan aliran darah ke rahim yang dapat menyebabkan kram maupun kontraksi dan berbagai perasaan tidak nyaman di area selangkangan. Meski begitu, kontraksi setelah berhubungan seks biasanya ringan dan akan hilang dalam beberapa jam. 

Untuk mengatasinya, Moms bisa melakukan beberapa cara. Mulai dari berbaring, tidur sejenak, bersantai, mandi air hangat, atau minum segelas air. Biasanya kontraksi akan hilang setelah tubuh terasa lebih rileks.

Jangan terlalu khawatir, kontraksi ini umumnya tidak berbahaya dan biasanya tidak menyebabkan persalinan prematur. 

Namun bila kontraksi terus terjadi dan semakin parah segeralah hubungi dokter.

Adakah cara mencegah kontraksi setelah berhubungan intim?

Untuk mencegahnya, Moms perlu mengenali tubuh Moms sendiri. Bila orgasme menyebabkan kram dan kontraksi yang sangat mengganggu, Moms bisa melakukan aktivitas seksual lainnya tanpa penetrasi.

Seperti berpelukan atau berciuman. Keintiman fisik seperti itu dapat berarti lebih besar daripada seks. 

Kapan harus ke rumah sakit?

Pada dasarnya, kram atau kontraksi setelah berhubungan seks selama masa kehamilan adalah hal yang normal. Bahkan jika Moms tidak pernah mengalami kram setelah berhubungan seks sebelumnya.

Namun di sisi lain, kontraksi setelah berhubungan seks juga bisa menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Segeralah kunjungi rumah sakit atau hubungi dokter bila gejala-gejala berikut muncul:

  • Demam atau kedinginan
  • Bercak atau pendarahan berat, terutama pendarahan yang tidak kunjung reda
  • Sakit kepala yang menyakitkan
  • Nyeri atau terbakar saat buang air kecil
  • Pandangan kabur 
  • Pusing
  • Pingsan 
  • Lebih dari empat kontraksi dalam satu jam dan kram yang menyakitkan, ini bisa jadi tanda-tanda melahirkan

Pada dasarnya melakukan hubungan intim di tengah kehamilan adalah hal yang boleh dilakukan. Penetrasi atau hubungan seks juga tidak akan membahayakan bayi dalam kandungan karena ia terlindungi oleh perut, dinding otot rahim, juga cairan ketuban. 

Bila Moms mengalami kontraksi setelah berhubungan seks, perhatikan gejala lain yang menyertainya. Segeralah minta pertolongan medis jika gejala yang muncul parah atau mengkhawatirkan. 

Punya pertanyaan lebih lanjut seputar kehamilan? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi. Caranya, buka aplikasi Grab kemudian pilih fitur Kesehatan, atau langsung klik di sini.

Sakit perut yang dikategorikan normal biasanya disebabkan oleh efek dari perubahan tubuh saat hamil. Bunda mungkin bisa merasakan sakit perut yang tajam (kram) seiring dengan membesarnya ukuran rahim.

Selain itu, sakit perut yang tidak berbahaya juga bisa disebabkan oleh:

  • Konstipasi. Perubahan hormon yang terjadi saat hamil bisa memicu kondisi ini. Kekurangan asupan berserat, jarang olahraga, atau rasa gelisah juga bisa menjadi penyebabnya. Jika bunda mengalami konstipasi, bunda mungkin bisa merasakan sakit perut yang parah, seperti ditusuk-tusuk, terasa tajam, atau kram.
  • Gas pada perut. Saat hamil, wanita dapat memproduksi gas lebih banyak dari biasanya. Itu disebabkan oleh meningkatnya hormon progesteron pada tubuh. Kelebihan gas ini bisa membuat perut bunda terasa sangat sakit.
  • Kontraksi palsu. Meski sensasinya sama, kontraksi ini bukan pertanda bunda akan melahirkan. Ketika mengalami kontraksi palsu atau asli, bunda akan merasakan bagian rahim, perut bagian bawah, atau selangkangan yang mengencang, lalu kemudian rileks dengan sendirinya. Namun, intensitas terjadinya kontraksi palsu berbeda dengan kontraksi asli. Kontraksi palsu tidak akan berubah menjadi lebih parah atau lebih sering seiring berjalannya waktu. Kontraksi palsu merupakan bagian dari kehamilan normal dan kerap terjadi pada trimester akhir kehamilan. Kondisi ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Meski begitu, kontraksi ini juga mungkin bisa terasa menyakitkan.

Nah, bunda harus waspada karena sakit perut juga bisa menjadi pertanda komplikasi kehamilan. Biasanya, sakit perut yang berbahaya kerap diiringi oleh demam, menggigil, mual, muntah, sakit kepala parah, penglihatan tidak jelas, perdarahan, kram perut yang kuat, keluar cairan vagina, pembengkakan (pada wajah, tangan atau kaki), sakit saat buang air kecil, sulit buang air kecil, atau ada darah pada urine.

Kondisi ini juga bisa menjadi bahaya jika tidak kunjung membaik setelah beristirahat atau apabila rasa sakit membuat bunda sulit untuk bernapas, berbicara atau berjalan.

Beberapa kemungkinan komplikasi kehamilan berbahaya yang ditandai oleh sakit perut antara lain:

  • Keguguran. Sakit perut yang dapat bunda rasakan mungkin terasa seperti kram, rasa sakitnya bisa bersifat ringan atau tajam, atau bisa lebih seperti sakit pada bagian bawah punggung. Sebelum mengalami sakit perut, keguguran dapat ditandai oleh keluarnya darah dari vagina. Sakit perut pertanda keguguran dapat terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan.
  • Kehamilan ektopik.  Jika sakit perut yang terasa tajam terjadi di satu sisi perut, itu bisa mengindikasi bunda mengalami kehamilan ektopik.
  • Abrupsi plasenta. Ini adalah kondisi yang mengancam jiwa, di mana plasenta terpisah sebagian atau seutuhnya dari rahim sebelum bayi lahir. Abrupsi plasenta mungkin dapat ditandai oleh kram atau kontraksi yang tidak kunjung hilang. Kondisi ini juga kadang menyebabkan perdarahan yang datang secara tiba-tiba dan nampak jelas, atau bisa juga bunda tidak menyadari perdarahan tersebut sebelumnya.
  • Lahir prematur. Kondisi ini dapat terjadi jika kamu mengalami sakit perut akibat kontraksi (lebih dari lima kali kontraksi dalam sejam) atau kram seperti menstruasi yang terjadi sebelum kehamilan bunda berusia 37 minggu. Tanda-tanda lainnya yaitu perdarahan vagina, meningkatnya cairan vagina, terjadi peningkatan tekanan pada area panggul, atau punggung bawah terasa sakit.
  • Preeklamsia. Bunda dikatakan mengalami preeklamsia jika memiliki tekanan darah tinggi yang menetap (persistent) setelah kehamilan berusia 20 minggu, dan ada protein di urine-mu. Gejala-gejala penting yang bunda harus waspadai bila mengalami pembengkakan yang terjadi secara tiba-tiba, berat badan yang meningkat cepat, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Selain itu bunda dapat saja merasakan gejala lain seperti sakit perut di bagian atas perut, mual, muntah.
  • Infeksi saluran kemih. Kondisi ini mungkin ditandai oleh sakit pada bagian bawah perut atau lebih sering terjadi di atas tulang kemaluan, buang air kecil menjadi menyakitkan, atau air urine berbau busuk atau bercampur darah. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa memicu bunda mengalami infeksi ginjal atau melahirkan secara prematur, lho!

Sebagai orang awam, bunda mungkin sulit untuk mengetahui apakah sakit perut yang bunda alami termasuk normal atau abnormal. Jadi, bunda disarankan untuk waspada dan segera periksakan diri ke dokter apabila perut bunda terasa sakit.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA