Dalam penulisan sejarah sejarawan harus memahami konsep diakronik

Copyrights ©2021 LOKERINDO.CO.ID. All rights reserved.

  • Language

    • English

  • Term of Use
  • Privacy Policy

tirto.id - Selama ini, sejarah kerap kali dipersepsikan sebagai ilmu hapalan, mulai dari menghapal nama, tanggal, tahun, atau suatu kejadian tertentu.

Aktivitas menghapal pelajaran sejarah ini sering dianggap membosankan. Dalam tahap ekstrem, sejarah bahkan dipandang sebagai topik yang tak penting dikaji atau dipelajari.

Anggapan bahwa sejarah merupakan topik remeh dan tak relevan ini sempat mencuat pertengahan tahun lalu.

Draft bertanda Kemendikbud tertanggal 25 Agustus 2020 bertajuk “Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional" menuliskan bahwa sejarah bukan lagi menjadi mata pelajaran wajib bagi semua siswa.

Hal ini memancing protes besar-besaran dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) dan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) yang merilis sikap agar pemerintah mempertahankan sejarah sebagai pelajaran wajib di sekolah menengah.

Peter Carey, sejarawan Inggris spesialisasi sejarah modern Indonesia menyatakan urgensi mempelajari sejarah. Tanpa mengetahui sejarah bangsa sendiri, Indonesia tidak akan pernah bisa jadi bangsa berdaulat.

Selain itu, jika dipelajari dengan benar, pelajaran sejarah merupakan topik yang menarik dan jauh dari kata membosankan.

Seyogyanya, pelajaran sejarah mengajak siswa atau pembacanya merasakan pengalaman nyata dari peristiwa atau pelaku sejarah dalam kejadian tersebut.

Secara ilmiah, mempelajari atau mengkaji sejarah harus tunduk pada suatu konsep atau cara berpikir metodik.

Dua konsep berpikir yang kerap digunakan dalam mengkaji sejarah adalah cara berpikir diakronik dan sinkronik.

Kedua konsep itu saling melengkapi untuk memahami suatu peristiwa sejarah secara komprehensif.

Berikut ini penjelasan mengenai cara berpikir diakronik dan sinkronik, sebagaimana dikutip dari Modul Sejarah (2020) yang ditulis Yuliani.

Konsep Berpikir Diakronik

Sederhananya, konsep diakronik adalah adalah pembabakan sejarah berdasarkan urutan peristiwa dan urutan waktu.

Dari sisi bahasa, diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "dia" dan "khronos". "Dia" artinya melintas atau melewati. Sementara itu, "khronos" adalah perjalanan waktu.

Dalam pengertian itu, konsep diakronik merupakan landasan berpikir bahwa peristiwa dalam sejarah melintas dalam perjalanan waktu yang teratur. Peristiwanya dinamis, serta melalui proses kausalitas sebab-akibat dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Cara berpikir diakronik dalam mengkaji sejarah ini memiliki dua unsur, yaitu unsur periodisasi dan unsur kronologis.

Pertama, unsur periodisasi memandang bahwa peristiwa sejarah berlangsung dalam urutan kejadian-kejadian tertentu di masa silam.

Contoh sejarah yang dipandang berdasarkan periode perkembangan kebudayaan adalah sebagai berikut:

  • Periode zaman praaksara atau zaman prasejarah. Kajian diakronik periode ini membahas peristiwa sejak manusia belum mengenal tulisan hingga ditemukannya aksara.
  • Periode zaman aksara atau zaman sejarah. Kajian diakronik periode ini membahas peristiwa ketika manusia sudah mengenal tulisan hingga sekarang.
    Kedua, unsur kronologis yang memandang bahwa peristiwa sejarah berlangsung dalam urutan waktu yang teratur. Contohnya adalah sebagai berikut.

    • Masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk berlangsung pada 1350-1389
    • Perang Diponegoro (Perang Jawa) berlangsung pada 1825-1945
    • Kolonialisme Jepang di Indonesia yang terjadi pada 1942-1945
      Konsep Sinkronik dalam Mempelajari Sejarah

      Berbeda dari konsep diakronik yang memandang sejarah dalam pembabakan umum, baik itu dari periode atau kronologi peristiwa. Cara berpikir sinkronik adalah pembahasan sejarah pada suatu peristiwa secara spesifik dan mendalam.

      Secara bahasa, sinkronik juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu "syn" yang artinya dengan dan "chronos" yang berarti waktu. Singkatnya, konsep sinkronik berhubungan dengan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu masa dalam sejarah.

      Ciri-ciri konsep berpikir sinkronik dalam mengkaji sejarah terdiri dari poin-poin berikut ini.

      • Membahas peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu, biasanya dalam rentang waktu pendek.
      • Fokus dalam kajian peristiwa berdasarkan pola-pola, gejala, dan karakter kejadian tersebut.
      • Bersifat horizontal.
      • Tidak ada konsep perbandingan dengan kejadian lain.
      • Cakupan kajian lebih sempit dari konsep diakronik.
      • Kajiannya bersifat mendalam dan sistematis.
      Contoh pembahasan konsep sejarah sinkronik adalah kajian Denys Lombard mengenai karya sastra di Aceh di zaman Sultan Iskandar Muda dari rentang 1607-1636. Kajian sinkronik itu tertuang dalam buku Kerajaan Aceh: Jaman Sultan Iskandar Muda (1991) terbitan Balai Pustaka.

      Dalam satu bab bukunya, Denys Lombard hanya membahas mengenai karya-karya sastra, karakter karya tersebut, serta tidak membandingkannya dengan karya sastra di masa yang lain. Kajiannya mendalam dan sistematis dalam rentang waktu pendek, yaitu di masa Sultan Iskandar Muda saja.

      Perbedaan konsep sinkronik dari konsep diakronik adalah kedalaman bahasannya. Cara berpikir sinkronik mengkaji suatu peristiwa dari berbagai aspek secara spesifik, sementara itu konsep diakronik hanya memandang banyak kejadian secara luas.

      Kelemahan dari konsep sinkronik adalah kajiannya dilakukan hanya pada peristiwa spesifik dalam rentang waktu terbatas.

      Sedangkan kelemahan konsep diakronik adalah kedangkalannya memandang banyak peristiwa, tanpa mengkaji kejadian-kejadian sejarah itu secara mendalam.

      Baca juga:

      • Nadiem: Tak Ada Rencana Pelajaran Sejarah Dihapus dari Kurikulum
      • Kemdikbud Batasi Pelajaran Sejarah, Asosiasi Guru: Kebijakan Keliru
      • Pelajaran Sejarah Toleransi dalam Pidato Ketua MPR
      • Mengapa Pelajaran Sejarah Tak Disukai

      Baca juga artikel terkait SEJARAH INDONESIA atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
      (tirto.id - hdi/adi)


      Penulis: Abdul Hadi
      Editor: Aditya Widya Putri
      Kontributor: Abdul Hadi

      Subscribe for updates Unsubscribe from updates

      Sejarah sebagai ilmu mempunyai metode yang berguna bagi sejarawan untuk merekonstruksi suatu peristiwa sejarah secara objektif. Agar mampu menulis peristiwa sejarah secara baik dan sistematis sejarawan perlu memahami konsep diakronik dan sinkronik.

      Dalam penulisan sejarah, konsep diakronik lebih mengutamakan dimensi waktu dengan sedikit memperhatikan keluasan ruang. Konsep diakronik digunakan dalam ilmu sejarah sehingga pembahasan tentang suatu gerak dalam waktu dari kejadian-kejadian konkret menjadi tujuan utama sejarah.
      Baca Juga : Contoh Soal Konsep Diakronik, Sinkronik, serta Konsep Ruang Waktu dalam Sejarah
      Dengan demikian, diakronik merupakan konsep yang dinamis, artinya memandang peristiwa dalam sebuah transformasi atau gerak sepanjang waktu. Contoh topik sejarah diakronik antara lain kehidupan petani tebu di Yogyakarta pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), kehidupan masyarakat Jakarta pada masa revolusi (1945-1949), dan kehidupan bangsa Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Judul judul tersebut sengaja diberi penanda waktu untuk menunjukkan sifatnya yang diakronik, yaitu mengutamakan dimensi waktu. Dalam konsep diakronik terdapat unsur kronologis. Kronologis berarti sesuai urutan peristiwa sejarah yang telah terjadi. Konsep kronologis dalam sejarah dapat membantu sejarawan merekonstruksi suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat. Selain itu konsep kronologis berguna membandingkan kejadian sejarah dalam waktu sama, tetapi di tempat berbeda yang peristiwanya saling terkait. Berpikir kronologis diperlukan karena peristiwa sejarah terdiri atas berbagai jenis dari bentuk peristiwa berbeda. Setiap peristiwa perlu diklasifikasi berdasarkan jenis dan bentuk peristiwanya. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan kemudian disusun berdasarkan waktu terjadinya. Peristiwa tersebut disusun dari masa paling awal hingga masa paling akhir.Tanpa konsep kronologis, penyusunan peristiwa sejarah akan mengalami kerancuan dan dikhawatirkan peristiwa yang terjadi pada suatu masa akan masuk ke masa atau zaman lain (anakronisme) Konsep sinkronik mengutamakan penggambaran yang meluas dalam ruang dan tidak terlalu memikirkan dimensi waktu. Dalam penulisan sejarah, aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya perlu ditampilkan. Penulisan sejarah yang menampilkan aspek ilmu-ilmu sosial menunjukkan penulisan sejarah dengan model sinkronik. Penulisan sejarah secara sinkronik dapat dilakukan saat mengkaji sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Dalam penulisan tersebut, kita dapat membagi sejarah Kerajaan Samudera Pasai menjadi beberapa bagian, misalnya kehidupan politik dan pemerintahan, kehidupan ekonomi, serta kehidupan sosial dan budaya. Pembagian itulah yang dinamakan konsep sinkronik dalam penulisan sejarah. Saat ini kajian ilmu sejarah tidak hanya terbatas pada kajian informatif tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana. Sejarah telah berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur masyarakat, pola perilaku, serta proses lain di berbagai bidang. Perkembangan tersebut hanya dapat dicapai dengan bantuan analisis ilmu lain. Oleh karena itu, konsep sinkronik sangat diperlukan dalam mengkaji peristiwa sejarah.
      Baca Juga : Contoh Soal Konsep Diakronik, Sinkronik, serta Konsep Ruang Waktu dalam Sejarah
      Sejarah terdiri atas kejadian-kejadian yang dialami manusia pada masa lalu. Kejadian-kejadian tersebut merupakan bukti bahwa manusia hidup dan beraktivitas dalam ruang dan waktu. Meskipun demikian, tidak semua kejadian yang dialami manusia pada masa lalu disebut peristiwa sejarah Konsep ruang dalam sejarah berkaitan dengan aspek geografis atau tempat terjadinya peristiwa. Misalnya, pada peristiwa pengunduran diri Presiden Soeharto, banyak sejarawan menyatakan Istana Negara sebagai tempat (ruang) terjadinya peristiwa tersebut. Sementara itu, konsep waktu dalam sejarah berkaitan dengan waktu peristiwa itu terjadi. Waktu dapat diartikan sebagai satu kesatuan seperti detik, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan abad. Dalam peristiwa pengunduran diri Presiden Soeharto, tanggal 21 Mei 1998 dianggap sebagai waktu terjadinya peristiwa. Konsep waktu dalam sejarah mencakup empat unsur, yaitu perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan perubahan. Keempat unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

      a. Perkembangan

      Perkembangan terjadi apabila masyarakat mengalami pergerakan berturut-turut dari satu bentuk ke bentuk lain. Kondisi ini menyebabkan masyarakat berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.


      b. Kesinambungan

      Kesinambungan terjadi apabila masyarakat tetap mengadopsi lembaga-lembaga dan kebiasaan-kebiasaan lama.


      c. Pengulangan

      Pengulangan terjadi apabila peristiwa pada masa lalu terjadi lagi.


      d. Perubahan

      Perubahan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran dan perkembangan. Akan tetapi, perubahan tersebut diasumsikan sebagai perkembangan secara besar-besaran dalam waktu relatif singkat
      Baca Juga : Contoh Soal Konsep Diakronik, Sinkronik, serta Konsep Ruang Waktu dalam Sejarah
      Pemahaman mengenai konsep ruang dan waktu sangat dibutuhkan untuk membagi peristiwa sejarah dalam dimensi temporal. Oleh karena itu, dalam sejarah dikenal istilah periodisasi atau pembabakan sejarah. Penyusunan periodisasi bertujuan agar batasan waktu dalam peristiwa sejarah menjadi jelas ciri-cirinya.

      Konsep Diakronik (Kronologis), Sinkronik, Ruang dan Waktu dalam Sejarah

      4/ 5

      Oleh zedukasi

      Ditulis zedukasi Pada May 12, 2019

      Video yang berhubungan

      Postingan terbaru

      LIHAT SEMUA