Beriman kepada Allah dapat dibuktikan dengan mengucapkan

Jakarta -

Iman secara bahasa artinya membenarkan (tashdiq), yang hampir sama maknanya dengan pengertian iman dalam istilah. Iman secara istilah artinya adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati, dan mengamalkan dalam perbuatan.

"Sesungguhnya, pengertian iman menurut istilah adalah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, dan berdampak pada pandangan hidup," tulis situs MTsN 9 Nganjuk, Jawa Timur.

Selain mempengaruhi pandangan hidup, iman juga mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan setiap hari. Dalam situs tersebut juga diterangkan, kata iman digunakan dalam Al Quran untuk beragam arti.

Selain arti iman secara bahasa, Al Quran juga memberi makna pada iman. Iman bukan semata-mata keyakinan atas kebenaran suatu ajaran, tapi menerimanya sebagai landasan untuk melakukan perbuatan.

"Al Quran dengan tegas memegang teguh pengertian ini. Karena menurut Al Quran, walaupun setan dan malaikat ada namun percaya pada malaikat termasuk Rukun Iman. Sedangkan terhadap setan wajib menetapkan kafir," tulis situs tersebut.

Sebagai orang beriman maka landasan terbaik untuk tiap perbuatan adalah Islam. Kata Islam berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang artinya berserah diri, patuh dan tunduk kepada Allah SWT. Orang yang melakukan selanjutnya disebut muslim.

Sejalan dengan arti iman secara bahasa, istilah, dan pengertian lain maka iman mendatangkan manfaat bagi kehidupan. Rasa percaya sesuai ketentuan Rukun Iman memungkinkan seseorang tak mudah terombang-ambing.

Berikut manfaat iman bagi kehidupan:

  • Dapat menimbulkan ketenangan jiwa
  • Menimbulkan rasa kasih sayang kepada sesama
  • Meningkatkan tali persaudaraan yang tertuju padaNya
  • Membebaskan jiwa dari kekuasaan sesama manusia
  • Timbulnya jiwa keberanian untuk membela kebenaran
  • Menjadi kunci dibukanya kehidupan yang baik, adil, dan makmur
  • Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah SWT
  • Terbukanya keberkahan di langit dan bumi.

Semoga tulisan ini bisa menjawab arti iman secara bahasa dan memotivasi detikers untuk lebih dekat dengan Allah SWT.

Simak Video "Asa Menjadi Penghapal Al-Qur'an"



(row/erd)

Suara.com - Pengertian Iman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah kepercayaan yang berkaitan dengan agama, keyakinan dan ketetapan hati, dan keteguhan batin. Iman berarti percaya atau meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.

Orang yang beriman disebut mukmin, sedangkan orang yang tidak beriman disebut kafir. Ada beberapa pendapat ulama mengenai pengertian iman. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini pengertian iman menurut para ulama.

1. Ustadz Khalid Basalamah

Menurut Ustadz Khalid Basalamah dalam tayangan YouTube Ya Habibana, pengertian iman adalah mengikrarkan sesuatu dengan pikiran, mengucapkan dengan lisan, meyakini dalam hati, dan mengaplikasikan dengan anggota tubuh.

Baca Juga: Iman Kepada Hari Akhir: Pengertian dan Hikmahnya

Misalnya, beriman kepada Allah dan Rasul maka ucapkan syahadat, meyakini di dalam hati, dan mengikrarkan dengan pikiran. Kemudian melakukan segala sesuatu dalam kehidupan sehari-hari sesuai ketentuan-ketentuanNya.

2. Ustadz Adi Hidayat

Pengertian Iman menurut Ustadz Adi Hidayat dalam tayangan YouTube Al-Jaahada Channel. Kata iman berasal dari kata Al-Amnu yang dalam bahasa Indonesia berarti aman, tentram, dan tenang.

Iman memiliki korelasi dengan kata aman. Korelasi kedua kata tersebut dapat diartikan bilamana meyakini Allah, maka akan diberikan ketenangan dalam jiwanya, aman dari kegelisahan dunia dan ancaman di akhirat. Maka turunlah Quran Surat Al- An'am ayat 82 yang berbunyi sebagai berikut:

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk." QS. Al-An'am Ayat 82.

Baca Juga: Hikmah Iman kepada Malaikat dan Nama-nama Malaikat

3. Menurut Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih

Ketaatan harus dibuktikan dengan amal sholeh yang sesuai dengan keimanan muslim

Senin , 21 Oct 2019, 15:38 WIB

Antara/Saptono

Ilustrasi Berdoa di Raudhah

Red: Ichsan Emrald Alamsyah

“Hari gini nggak pinjam uang ke Bank, miskin lah kita, kapan bisa punya mobil, rumah. "

“Gue mau-mau aja pake kerudung, tapi nggak perlu yang panjang-panjang kali kaya mau sholat aja, kaki kudu ditutup pula? Busyet dah ribet amat.”

Obrolan di atas sudah tidak asing lagi di telinga kita. Mereka mengaku beragama Islam, tapi hanya mau menerima sebagian aturan Islam yang sudah ditetapkan Alloh SWT di dalam AlQuran dan Hadist. Aturan-aturan Allah yang lain yang dianggap merugikan dirinya ditolak, dipandang sebelah mata, bahkan dibuang.

Berikut ini akan saya paparkan tausiyah dari ustadzah Tuti Rostika mengenai ketaatan totalitas bukti keimanan kepada Alloh SWT. Bahwa kita sebagai muslim, beragama Islam, wajib taat pada semua aturan atau hukum-hukum dari Alloh SWT, tanpa kecuali.

Ketaatan itu harus dibuktikan dengan amal sholeh yang sesuai dengan keimanan seorang muslim. Banyak yang mengaku muslim tetapi perilakunya tidak sesuai dengan Islam. Contohnya saat ini sikap bengis tanpa prikemanusiaan yang dilakukan muslim, menganggap sodara muslimnya sebagai hewan. Muslim dipukuli, dibantai, ditembak gas air mata, ditendang, diinjak-injak.

Banyak yang mengaku muslim tapi banyak yang tidak mau diatur oleh Allah.

Akar Keimanan

Keimanan ibarat akar dari pohon, yang bisa membawa pertumbuhan baik bagi pohon. Semakin iman kuat terlihat dari perilakunya, implementasi perbuatannya. Ibarat rumah, iman seperti pondasi, pondasi tdk boleh rapuh. Pembentukan Iman itu butuh proses, agar iman bisa menjadi landasan dan keyakinan seorang muslim.

Pembentukan iman itu agar tertancap kuat harus melalui proses berpikir, merenungi, mengamati, mantafakuri, tentang fakta penciptaan langit dan bumi. Muslim dianjurkan untuk merenungi dari mana kita berasal, ada apa di balik manusia, alam, dan kehidupan, bahwa dibalik semua itu ada penciptanya, Allah SWT, maka ada keyakinan dalam diri kita kepada Allah SWT. Apakah cukup dengan itu saja? Tidak.

Pikirkan bagaimana keteraturan alam ini, gunung, air, semua diatur dengan seimbang, dan lain-lain. Alloh pengatur kita dan seluruh yang ada di jagat raya ini. Apa cukup begitu saja? Belum.

Lihat manusia, ada yang lahir, meninggal, hidup, mati, mengurus jenazah, kita akan meninggalkan dunia ini, dari ada menjadi tak ada, sehingga yakin kepada Alloh bahwa ada dunia  sebelum, dunia sekarang dan kehidupan yang akan datang. Renungi kita diciptakan Allah untuk ibadah, nanti mati untuk menghadap Alloh, menambah lagi iman tertancap di hati kita.

Renungilah kebesaran Alloh setiap saat, saat hendak tidur, duduk, berdiri, kapanpun, sehingga kita yakin dan paham , kita hidup ada pencipta dan pengatur, sehingga hidup tidak semaunya diri kita tapi selalu tergantung pada aturan-aturan yang diridhoi Alloh.

Iman tidak cukup dalam lisan tapi juga dibuktikan dengan perbuatan. Bagaimana mendapat iman yg kokoh , QS  Al Imron 190-191:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali Imran: 190)

 الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran: 191)

QS Al hujurat ayat 15 : 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Yakini bahwa aturan-aturan Alloh berlaku untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Percayalah bahwa Islam, Alquran akan menyelamatkan kita. Keyakinan ini harus 100 persen, tidak boleh ragu. Jika sudah yakin, maka harus ada bukti menyerahkan diri kita, mau diatur dalam semua hal tanpa ada kecuali.

QS Al Imron 83 :

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ 

Arti: Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Semua yang ada di alam, langit, bumi, pohon, dan lain-lain, tunduk patuh pada aturan Allah. Walaupun awalnya terpaksa dan terasa berat mentaati aturan Alloh, yakini itu kebaikan bagi kita, tidak boleh kita tawar menawar dengan Alloh karena tidak mau diatur Allah.

Bukti keimanan adalah sami’na wa Atho’na, kami mendengar dan kami patuh, tidak perlu menawar, kenapa ya aturannya harus begini begitu, kenapa harus haram yaa, kenapa riba tidak boleh, kenapa mendekati zina dilarang, dan lain-lain. Bukti keimanan yang benar adalah tidak ada tawar menawar dengan Allah SWT.

Surat Al-Jatsiyah Ayat 18

 ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ 

Artinya : Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Alquran mengatur habluminannas, makan, pakaian, bertetangga, Alquran pun mengandung aturan di seluruh kehidupan manusia, juga habluminalloh, aturan satu dengan yang lain saling berhubungan.

Dengan iman, kita tidak merasa berat dan mau diatur, patuh, tidak ada tawar menawar, mengikuti seluruhnya, tidak dipilih-pilih, semua merupakan satu kesatuan sistem, menerima semuanya dengan ikhlas sepenuh hati. QS AL Baqoroh ayat 2 :

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ 

Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Dalam Alquran ada aturan yang harus dilakukan kita sebagai individu, dilakukan oleh masyarakat, dan pemimpin negara.

Bukti keimanan tidak boleh pilih-pilih. Jangan sampai Jika ada aturan Alloh yang dirasa berat, tidak mau melaksanakannya, aturan yang diterimanya hanya yang gampang-gampang saja serta menguntungkan menurutnya. QS Al ahzab 36 : 

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا 

Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

Di dalam Islam, ada perbuatan yang dihukumi wajib, sunah, makruh, mubah, haram, semua ini harus dipahami, jangan sampai kita terjerumus melakukan perbuatan-perbuatan yang haram, malah justru yang wajib ditinggalkan. Naudzubillah min dzalik. QS Al Baqoroh 208 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ 

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Ayat diatas adalah konsekwensi bagi orang yang mengikuti dan patuh akan aturan Alloh. Masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh/ kaffah.

Pendapat imam Athobari mengenai makna kaffah, adalah perintah patuh pada hukum/syariat Alloh, tanpa mengurangi sedikitpun darinya.

Contoh: wanita itu seluruh tubuhnya aurat kecuali muka dan telapak tangan, kita kurangi sedikit, dg memperlihatkan kaki, boleh terlihat oleh yang bukan mahromnya, jika kembali pada hukum maka tidak boleh, kaki harus ditutupi. Contoh yang lain adalah kita mengambil hutang riba karena merasa mampu dan mudah menyicilnya, secara aturan ini tidak boleh, kategori haram.

Semua aturan Islam harus ditegakkan di seluruh muka bumi ini. Aturan Islam diterapkan sampai ke tatanan masyarakat dan negara, tidak hanya dilakukan individu kita, tapi oleh pemimpin negara juga. Harus ada penguasa yang menjalankan aturan secara kaffah, menyeluruh.

Apabila negara, atau kita, berpaling dari aturan Islam, akan terjadi kesempitan kehidupàn, kerusakan ekonomi, kemiskinan bertambah, hukum buatan manusia yang bersandar pada hawa nafsu malah diperjuangkan, adanya protes demonstrasi karena ada penyalahgunaan hukum Alloh (contohnya jika suami memaksa istri untuk melayani dianggap kriminalitas, gelandangan bisa dipenjara, napi pelaku korupsi bisa jalan-jalan ke mall/liburan, bebas melakukan pembakaran hutan, dan lain-lain),  sumber alam menjadi rusak. Kalau hukum bukan berasal dari Alloh maka tidak akan membawa keadilan. Surat Thoha  124 :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ 

Artinya : Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".

Keimanan diproses dalam diri kita sehingga akan melahirkan ketaatan mutlak pada Alloh, artinya tidak ada lagi pilihan lain, mau tidak mau harus patuh pada hukum Alloh. Hukum yang harus ditaati adalah hukum dari Alloh. QS. Annisa 65 :

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Belum dikatakan beriman jika kita masih memilih-milih hukum Allah mana yang akan ditaati.

Rasul menangis hingga janggutnya basah ketika turun firman Allah ttg penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam. Karena pada saat menerima ayat ini, Rasul merasa takut kepada umatnya, celakalah orang yang membaca ayat ini tapi tidak mentafakurinya, sehingga tidak ada keimanan yang kokoh dalam diri umatnya kelak.

Rasul takut umat nanti hanya membaca ayat ini dengan perasaan biasa-biasa saja tanpa bersedih mentafakurinya. Cahaya pelita keimanan adalah tafakur. Kita adalah mahluk, manusia, butuh aturan dari pencipta kita karena Allah lah yang Maha Tahu tentang semua kebutuhan kita.

Wallohu A’lam bish showab.

Pengirim: Sri Rahmawati

  • retizen
  • teh anget
  • islam kaffah
  • totalitas keimanan
  • bukti keimanan

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke .

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA