Bagian sel darah yang berfungsi untuk membekukan darah adalah

tirto.id - Sistem sirkulasi pada manusia terdiri dari sistem peredaran darah dan sistem limfatik atau peredaran getah bening.

Darah mengalir ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Agar darah dapat mengalir ke seluruh tubuh maka perlu didukung oleh alat-alat peredaran darah, yaitu jantung dan pembuluh darah.

Darah selalu beredar di dalam pembuluh darah yaitu pembuluh nadi dan pembuluh balik.

Sementara, sistem peredaran darah manusia berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda.

Berikut ini adalah fungsi sistem peredaran darah manusia:

  • Menyuplai oksigen dan sari makanan yang diabsorbsi dari sistem pencernaan ke seluruh jaringan tubuh.
  • Membawa gas sisa berupa karbon dioksida ke paru-paru.
  • Mengembalikan zat sisa metabolisme ke ginjal untuk di sekresikan.
  • Menjaga suhu tubuh.
  • Mendistribusikan hormon-hormon untuk mengatur fungsi sel tubuh.
Sistem peredaran darah manusia melibatkan darah (alat transportasi utama), jantung dan pembuluh darah (alat peredaran darah).

Sementara, berikut ini adalah fungsi darah dalam tubuh.

  • Transportasi (sari makanan, oksigen, karbon dioksida, hasil samping metabolisme, air, hormon, obat).
  • Termoregulasi (pengatur suhu tubuh).
  • Imunologi (mengandung antibodi tubuh untuk melawan virus dan bakteri).
  • Homeostatis (mengatur keseimbangan zat, pH, regulator).
  • Melakukan proses pembekuan darah untuk menutup adanya luka (koagulasi).
Darah sendiri terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

1. Plasma Darah

Fungsi plasma darah di antaranya adalah membersihkan tekanan osmotik darah, mengangkut sari makanan ke sel-sel, membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan, dan menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.

Berikut ini adalah ciri-ciri dari plasma darah:

  • Bersifat cair
  • Mengandung 90% air dan 10% zat-zat yang terkandung dalam, terdiri dari:
-Zat makanan dan mineral (glukosa, asam amino, asam lemak, kolesterol, serta garam mineral),

-Zat-zat yang diproduksi sel (enzim, hormon, antibodi)

-Protein darah (albumin, fi brinogen, globulin)

-Zat-zat hasil metabolisme (urea, asam urat, dan lain-lain)

-Gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida)

  • Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.
  • Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen dan reaksinya bermacam-macam. Presipitin (antibodi yang dapat menggumpalkan), lisin (antibodi yang dapat menguraikan antigen), dan antitoksin (antibodi yang dapat menawarkan.
2. Perbedaan Eritrosit, Leukosit dan Trombosit

Berikut ini adalah sejumlah perbedaan mencolok terkait sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

a. Jumlah Darah

Eritrosit:

  • 4-5 juta/mm3.
  • Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah Jumlah pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.
  • Jumlah eritrosit bervariasi tergantung pada jenis kelamin.
Leukosit:

  • 4,5-10 ribu/mm3.
Trombosit:

  • 15-100 ribu/mm3.
b. Umur

Eritrosit: 100-120 hari

Leukosit: 12 hari

Trombosit: 8-10 hari

c. Tempat Produksi

Eritrosit: Sumsum tulang belakang.

Leukosit: Sumsum tulang belakang, sebagian jaringan limpa.

Trombosit: Hati dan limpa.

d. Fungsi Sel Darah

Eritrosit: Mengangkat karbon dioksida dan oksigen.

Leukosit: Melindungi tubuh terhadap serangan benda asing, bakteri atau virus.

Trombosit: Pembekuan darah.

e. Bentuk sel darah

Eritrosit:

  • Cakram bikonkaf (cekung di bagian tengah) dan tidak memiliki sel inti.
  • Sel-sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagosit dalam hati.
  • Sebagian besar besi dari hemoglobin digunakan kembali.
  • Sisa dari molekul hemoglobin dipecah menjadi pigmen empedu yang diekskresikan oleh hati ke dalam empedu.
  • Eritrosit memiliki pigmen respirasi, yaitu hemoglobin yang berperan mengikat oksigen sehingga membentuk oksihemoglobin.
Leukosit:

  • Ervariasi, tidak beraturan, dan memiliki satu inti sel.
  • Jika terjadi infeksi, jumlah leukosit di dalam tubuh bisa meningkat mencapai 30.000.
  • Jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal ini disebut leukopeni.
  • Jumlah leukosit yang kurang dari jumlah normal disebut leukositosis.
  • Contoh keadaan jumlah leukosit menjadi lebih besar dari normal adalah leukimia atau kanker darah.
  • Leukosit yang sangat banyak ini mengakibatkan fagositosis terhadap sel darah merah oleh sel darah putih.
Trombosit:

  • Tidak beraturan dan tidak memiliki inti sel.
  • Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (hemostasis) antara lain adalah Faktor VIII (Anti Haemophilic Faktor).
  • Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang tersebut menderita Hemofili.

Baca juga:

  • Pasien Corona Berisiko Alami Perdarahan Menurut Penelitian Terbaru
  • Plasma Darah Bisa Kurangi Risiko Parah COVID-19 pada Pasien Lansia

Baca juga artikel terkait MATERI BIOLOGI atau tulisan menarik lainnya Maria Ulfa
(tirto.id - ulf/wta)


Penulis: Maria Ulfa
Editor: Nur Hidayah Perwitasari

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Proses pembekuan darah atau koagulasi merupakan mekanisme alami tubuh untuk menghentikan perdarahan saat terjadi luka atau cedera. Proses ini terbilang kompleks dan melibatkan berbagai elemen dalam darah.

Saat terjadi luka atau cedera, pembuluh darah dapat rusak dan terjadilah perdarahan. Untuk menghentikan perdarahan tersebut, tubuh secara alami akan menjalankan mekanisme untuk menyembuhkan luka melalui proses pembekuan darah.

Ada beberapa fase penting dalam proses pembekuan darah, di antaranya fase pembentukan sumbatan oleh platelet atau keping darah dan fase pembekuan darah.

Proses pembekuan darah merupakan proses yang kompleks, di mana darah membentuk gumpalan atau bekuan darah guna menutup dan memulihkan luka, serta menghentikan perdarahan.

Unsur-Unsur Proses Pembekuan Darah

Proses pembekuan darah tidak akan terjadi tanpa peran dari beberapa “aktor”. Dalam hal ini, koagulasi melibatkan trombosit dan komponen faktor pembekuan. Berikut ini adalah penjelasannya:

Trombosit

Trombosit atau keping darah adalah elemen berbentuk cakram di dalam darah dan kerap digolongkan sebagai sel darah. Padahal, trombosit sebenarnya merupakan bagian dari sel-sel sumsum tulang yang disebut dengan megakaryocytes.

Trombosit berperan untuk membentuk bekuan darah guna memperlambat atau menghentikan perdarahan serta mempercepat proses penyembuhan luka.

Faktor koagulasi (faktor pembekuan)

Faktor koagulasi merupakan sejumlah protein yang berperan penting dalam reaksi pembekuan darah dan sebagian besar diproduksi di organ hati. Ada 13 faktor koagulasi dalam darah dan jaringan tubuh manusia, yaitu:

  • Faktor I: Fibrinogen
  • Faktor II: Protrombin
  • Faktor III: Trombokinase
  • Faktor IV: Kalsium
  • Faktor V: Proakselerin
  • Faktor VII: Prokonvertin
  • Faktor VIII: Plasmokinin
  • Faktor IX: Protromboplastin beta
  • Faktor X: Protrombinase
  • Faktor XI: Faktor PTA
  • Faktor XII: Faktor Hageman
  • Faktor XIII: Fibrinase

Proses Pembekuan Darah

Proses pembekuan darah normal melewati serangkaian interaksi yang kompleks. Berikut ini adalah proses pembekuan darah dari awal hingga akhir.

1. Trombosit membentuk sumbatan

Trombosit atau keping darah akan bereaksi ketika pembuluh darah rusak atau terdapat luka. Trombosit akan menempel pada dinding area tubuh yang luka dan bersama-sama membentuk sumbatan.

Sumbatan bertujuan untuk menutup jaringan kulit yang rusak, sehingga darah yang keluar pun dapat dihentikan. Trombosit juga dapat melepaskan bahan kimia untuk menarik lebih banyak trombosit dan sel-sel lain untuk melanjutkan proses koagulasi ke tahap berikutnya.

2. Pembentukan bekuan darah

Faktor-faktor pembekuan memberi sinyal satu sama lain untuk melakukan reaksi berantai yang cepat. Reaksi ini dikenal sebagai kaskade koagulasi.

Pada akhir tahap ini, faktor koagulasi yang disebut trombin mengubah fibrinogen menjadi helai-helai fibrin. Fibrin bekerja dengan cara menempel pada trombosit untuk membuat jaring yang dapat memerangkap lebih banyak trombosit dan sel. Gumpalan atau bekuan pun menjadi lebih kuat dan lebih tahan lama.

3. Penghentian proses pembekuan darah

Setelah bekuan darah terbentuk dan perdarahan terkendali. Protein-protein lain akan menghentikan faktor pembekuan agar gumpalan tidak berlanjut lebih jauh dari yang diperlukan.

4. Tubuh perlahan-lahan membuang sumbatan

Ketika jaringan kulit yang rusak sembuh, sumbatan secara alami tidak diperlukan lagi. Helai fibrin pun akan hancur dan darah mengambil kembali trombosit dan sel-sel dari bekuan darah.

Kelainan Proses Pembekuan Darah

Tidak semua orang mengalami proses pembekuan darah yang normal. Kelainan dalam proses pembekuan darah dapat menyebabkan perdarahan berlebih. Kondisi ini dikenal juga dengan hemofilia, di mana terdapat kekurangan faktor koagulasi VIII atau IX. Pada penyakit ini, perdarahan yang terjadi sulit berhenti.

Sebaliknya, gangguan proses pembekuan darah juga dapat menyebabkan pembekuan darah berlangsung secara berlebihan sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah. Kondisi ini disebut juga darah kental.

Pembekuan darah juga bisa terbentuk walaupun tidak diperlukan. Kondisi ini dapat menyebabkan kondisi medis berat, seperti serangan jantung, emboli paru, dan stroke.

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya pembekuan darah yang abnormal dianjurkan untuk rajin bergerak dan berolahraga, tidak merokok, dan menerapkan pola hidup sehat.

Jika terdapat keluhan berupa mudah memar, perdarahan sulit berhenti ketika terjadi luka, sering mimisan, atau terdapat lebam pada persendian, kemungkinan proses pembekuan darah terganggu. Anda dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter agar dapat segera dilakukan penanganan.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA