Bagaimanakah kehidupan dan keseharian tokoh utama dalam novel trilogi ronggeng dukuh paruk

Kembali

NIM (Student Number)Nama MahasiswaJudul ArtikelAbstrakAbstrak (Inggris)Kata KunciNama Pembimbing 1Nama Pembimbing 2TahunJumlah Halaman
F1G009050
ESTER LANY I H
Pesan Moral dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari
PESAN MORAL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK (Catatan Buat Emak) KARYA AHMAD TOHARI SKRIPSI Oleh: ESTER LANY INDRIANI HANDOYO F1G009050 Diajukan Untuk Menempuh Salah Satu Persyaratan Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Jenderal Soedirman KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PURWOKERTO 2013 PESAN MORAL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK “CATATAN BUAT EMAK” KARYA AHMAD TOHARI Oleh : Ester Lany Indriani Handoyo F1G009050 A. Latar Belakang Masalah Moral dan etika adalah dua hal yang tidak terpisahkan karena pada dasarnya moral adalah tingkah laku yang telah diatur atau ditentukan oleh etika. Moral sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu moral baik dan moral jahat. Moral baik ialah segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik, begitu juga sebaliknya dengan moral yang jahat. Moral adalah faktor motivasi yang berhubungan dengan produktivitas dan produk atau hasil kualitas pelayanan. Jenis ajaran moral itu sendiri dapat mencakup masalah yang bersifat tidak terbatas. Hal tersebut dapat mencakup seluruh persoalan kehidupan dan martabat manusia. Secara garis besar persoalan hidup dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan hubungan lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan alam, dan Tuhan (Nurgiyantoro, 2009:323-324). Salah satu sastrawan terkenal yang berasal dari Purwokerto yaitu Ahmad Tohari. Ahmad Tohari adalah seorang sastrawan Indonesia. Lelaki ini telah menamatkan SMTA di SMAN II Purwokerto. Setelah menamatkan SMTA, sastrawan ini melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Beberapa fakultas yang pernah dijelajahi oleh lelaki ini Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) menggambarkan beberapa moral yang ditunjukkan oleh Rasus dan warga desa lainnya. Rasus memiliki moral yang baik pada waktu itu, karena ia menolong Srintil untuk menjadi seorang ronggeng. Srintil menawarkan diri kepada Rasus untuk melakukan hubungan suami istri dua kali dalam sehari. Pertama saat mereka berada di makam Ki Secamenggala, tetapi Rasus menolaknya karena mengingat mitos-mitos tentang kuburan tersebut. Kedua saat berada di rumah Kartareja, sebelum Srintil melakukan dengan orang lain ia memberikannya kepada Rasus. Akan tetapi, saat itu Rasus tidak dapat menolaknya karena ia tidak rela orang yang dicintainya diperkosa oleh orang lain. Keadaan Dukuh Paruk saat itu sekitar tahun 1946, pola pikir masyarakat desa masih sempit. Mereka hanya mengikuti adat istiadat desa, tidak mengetahui mana yang baik dan benar. Pada saat Rasus menerima tawaran Srintil untuk berhubungan layaknya suami istri, awalnya Rasus menolak. Akan tetapi, ia menerima tawaran tersebut saat berada di rumah Kartareja. Dibandingkan dengan keadaan saat ini, Rasus dapat dikatakan sebagai seorang pemuda desa yang tidak memiliki moral baik terhadap wanita. Tidak dapat menghargai dan menghormati seorang wanita. Terlihat jelas dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) ini Rasus memperlakukan Srintil sesuka hatinya. Dalam dunia nyata kejadian yang dilakukan oleh Rasus dan Srintil merupakan kejadian yang tidak bermoral. Dalam cerita novel itu Srintil tidak rela kalau keperawanan dirinya diberikan kepada orang lain, ia lebih memilih menyerahkan kepada Rasus. Walaupun diantara keduanya tidak ada ikatan pernikahan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah struktur intrinsik yang terdiri atas tema, alur, tokoh, dan latar dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari? 2. Pesan moral apa saja yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari? C. Landasan Teori 1. Teori Struktural Pendekatan strukturalisme murni biasa disebut juga dengan pendekatan objektif, yaitu pendekatan penelitiaan sastra yang mendasarkan pada karya sastra tersebut. Secara keseluruhan (otonom) pendekatannya dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut adalah aspek-aspek instrinsik karya sastra yang meliputi di dalamnya kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, alur, latar, tokoh, dan lain sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya tadi. Konsep teori strukturalisme murni yang paling pokok ditunjukkan ialah peranan unsur-unsur dalam pembentuk totalitas, kaitannya secara fungsional di antara unsur-unsur tersebut, sehingga totalitas tidak dengan sendirinya sama dengan jumlah unsur-unsurnya. Prosedur (metode) teori yang digunakan adalah metode struktural, yaitu suatu metode yang cara kerjanya membongkar secara struktural unsur-unsur intrinsik karya sastra yang meliputi di dalamnya kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, alur, latar, tokoh, dan lainnya. Dalam unsur-unsur yang dipaparkan tadi berperan sebagai pembentuk totalitas. Selanjutnya terjadi saling keterkaitan antar unsur tadi (transformatif) dan terakhir regurasi diri (self regulating) yakni unsur-unsur tadi saling mengatur dirinya sendiri (Endraswara, 2003:50). Pendekatan strukturalisme adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Penelitian ini dilakukan secara objektif, yaitu menekankan aspek intrinsik karya sastra. Penelitian struktural akan memandang karya sastra sebagai sosok yang berdiri sendiri, mengesampingkan unsur di luar karya sastra (Endraswara, 2003:51-52). 2. Struktur Novel Novel merupakan salah satu dari hasil karya sastra, dalam novel juga terdapat unsur-unsur yang membangun yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik membangun karya sastra dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik membangun karya sastra dari luar. Unsur intrinsik sangat membantu secara langsung dalam membantu cerita tersebut terlihat seakan-akan nyata. Pada penelitian ini unsur intrinsik yang akan dibahas meliputi tema, alur, tokoh, dan latar. Akan dibahas juga tentang pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. a. Tema Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang diungkap dalam sebuah karya sastra, yang di dalamnya terbayang pandangan hidup atau cita pengarang. Tema dapat berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusiaan yang digambarkan oleh cerita seperti keberanian, ilusi, dan masa tua (Stanton, 2007:7). b. Alur Alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2009:113) adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. c. Tokoh Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan merujuk pada pengertian yang sama. Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan (Nurgiyantoro, 2009: 165). Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2009:165) tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu, seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. d. Latar Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. Latar waktu adalah waktu (masa) tertentu ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi juga ada kaitannya dengan “kapan” yaitu di mana berlangsungnya cerita tersebut, biasanya “kapan” dapat dikaitkan dengan kisah-kisah masa lalu atau sejarah. Latar tempat adalah lokasi atau bangunan fisik lain yang menjadi tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita. Suasana adalah salah satu unsur intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu, misal suasana gembira, sedih, tegang, penuh semangat, tenang, damai, dan sebagainya. Latar memiliki fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu tempat, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat tertentu (Wiyatmi, 2006:227). D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif mempunyai arti penelitian yang diurai dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan, bukan dalam bentuk angka. Adapun secara kualitatif tidak mengutamakan penelitian dalam bentuk angka-angka, tetapi mengutamakan penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang dikaji secara empiris (Endraswara, 2008:5). Dalam ilmu bahasa dan sastra sumber data yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif adalah berupa karya, naskah, data penelitian. Data formal yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kata-kata, kalimat, dan wacana. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural, yang bertujuan meneliti keterjalinan antarunsur dalam sebuah karya sastra, dan menganalisis pesan moral dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari. E. Analisis 1. Tema Novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari memiliki tema atau gagasan utama tentang sosok wanita yang telah mengandung, dan melahirkan Rasus, yaitu sosok Emak Rasus. Emak meninggal akibat keracunan tempe bongkrek di Desa Dukuh Paruk ketika Rasus berusia tiga tahun. Di dalam novel tersebut diceritakan bayangan Emak selalu muncul dalam pikiran Rasus ketika ia bertemu dengan Srintil. Bayangan Emak semakin kuat terlihat pada diri Srintil, ketika Rasus berusia empat belas tahun. 2. Alur Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju dan mundur. Alur maju, terdapat juga alur mundur yang menceritakan tentang kejadian sebelas tahun lalu saat terjadinya malapetaka tempe bongkrek. Pembuat tempe bongkrek itu Sakarya. Sakarya adalah ayah dari Srintil, seperti biasanya kedua orangtuanya membuat tempe bongkrek untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar. Namun pada saat itu, tempe yang dibuatnya berakibat delapan orang warga desa Dukuh Paruk meninggal secara mendadak ketika memakan masakan tempe bongkrek tersebut. Emak, dan kedua orangtua Srintil menjadi korban dari malapetaka itu. Setelah menceritakan kejadian sebelas tahun lalu, pengarang kembali becerita tentang kehidupan Rasus yang dijalaninya hingga ia berusia dua puluh tahun. Bayangan Emak muncul saat Rasus mulai mengagumi dan mencintai Srintil. Saat Srintil memutuskan untuk menjadi ronggeng dan melakukan beberapa syarat-syarat menjadi ronggeng, Rasus mulai membencinya dan seketika itu juga bayangan Emak hilang dari diri Srintil. 3. Tokoh a. Rasus Rasus merupakan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari. Ia adalah tokoh yang paling sering muncul dalam setiap latar ataupun cerita dalam novel ini. Rasus yang dilahirkan Emak dan dibesarkan oleh neneknya di Dukuh Paruk ini, merupakan sosok pemuda desa yang pada saat itu berusia antara tiga belas atau empat belas tahun. Rasus mempunyai pola pikir atau kecerdasan yang lebih unggul dibandingkan dengan pemuda desa lainnya. Adapun karakter dari tokoh ini, yaitu cerdas, pendiam, suka mengkhayal, suka menolong. b. Srintil Srintil merupakan tokoh tambahan yang ada dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari. Srintil adalah seorang anak perempuan yang pada saat itu berusia sebelas tahun. Perempuan yang lahir dan dibesarkan di Desa Dukuh Paruk ini awalnya merupakan gadis desa yang tidak cantik, bau, dan tidak disukai banyak orang. Akan tetapi, setelah ia berhasil menjadi seorang ronggeng banyak orang yang memujinya. Berikut beberapa karakter dari Srintil. Pandai menari dan menyanyi, sabar, c. Emak Emak adalah sosok wanita yang hidup dalam angan-angan Rasus. Ia adalah wanita yang telah mengandung, dan melahirkan Rasus sebelum malapetaka tempe bongkrek datang. Karakter Emak hanya hidup dalam imajinasi atau bayangan Rasus, tidak terlihat wujudnya dalam cerita novel ini. d. Warta Warta merupakan tokoh tambahan dalam novel ini. Ia merupakan seorang pemuda Desa Dukuh Paruk yang berteman dengan Rasus dan Dasun. Di antara ketiganya Warta yang paling polos. Beberapa karakter Warta yang terlihat dalam novel ini, yaitu perhatian dan suka bernyanyi. e. Darsun Darsun adalah seorang anak laki-laki dari Desa Dukuh Paruk yang bersahabat dengan Rasus. Dalam novel ini tokoh Darsun hanya muncul satu kali pada awal cerita, yaitu pada saat Rasus dan teman-temannya sedang bermain. Darsun memiliki karakter suka mengejek teman-temannya. f. Sakarya Sakarya adalah tetua Desa di Dukuh Paruk yang sangat dihormati oleh warganya. Ia merupakan kakeknya Srintil. Adapun beberapa karakter Sakarya yang terlihat dalam novel ini, yaitu suka mengkhayal dan penyanyang. g. Kartareja Seorang kakek tua yang mempunyai kedudukan sebagai dukun ronggeng yang disegani oleh seluruh warga Desa Dukuh Paruk. Kalau tidak ada beliau berarti tidak ada ronggeng pula di desanya. Karakter yang dapat terlihat dalam novel ini adalah sebagai berikut. Mudah tersinggung, dan licik. h. Nyai Kartareja Tokoh ini adalah tokoh tambahan, beliau sebagai istri dari dukun ronggeng di Desa Dukuh Paruk. Sebagai seorang istri dari dukun ronggeng tersebut Nyai Kartareja ini juga berperan sebagai dukun dari ronggeng itu. Nyai Kartareja dapat mengubah penampilan ronggeng yang biasa-biasa saja menjadi ronggeng yang cantik jelita. Ada beberapa karakter atau watak yang terlihat dari Nyai Kartareja, yaitu pandai merias dan licik. i. Nenek Rasus Tokoh nenek ini merupakan nenek dari tokoh utama Rasus. Beliau adalah seorang nenek yang telah membesarkan Rasus sejak kedua orangtua Rasus meninggal dunia saat malapetaka tempe bongkrek terjadi. Nenek Rasus mempunyai watak yang lain dari lainnya, berikut beberapa karakter sang nenek sebagai berikut. Mempunyai indera keenam, mudah lupa, dan penyayang. j. Dower Tokoh yang satu ini adalah tokoh tambahan dalam cerita ini. Seorang pemuda kaya raya yang tinggal di Pecikalan sebuah desa sangat jauh jaraknya dari Dukuh Paruk, merupakan pemuda yang berhasil memenangkan sayembara bukak-klambu yang diselenggarakan oleh Kartareja. Pemuda yang berasal dari Desa Pecikalan ini mempunyai watak yang tidak disukai oleh Srintil selaku ronggeng Dukuh Paruk. Berikut beberapa wataknya. Mudah marah, dan berkata-kata kasar. k. Sulam Sulam juga tokoh tambahan dalam novel ini. Pemuda ini berperan kurang lebih sama seperti Dower yang berhasil memenangkan sayembara bukak-klambu itu. Sulam merupakan pemenang kedua dari sayembara ini, berkat kelicikan Kartareja dan Nyai Kartareja. Berikut beberapa karakter Sulam yang tampak jelas dalam novel ini. Angkuh, dan suka berjudi. l. Sersan Slamet Tokoh tentara ini merupakan atasan dari Rasus setelah dia memutuskan untuk keluar dari desanya dan bekerja di pasar. Seorang tentara yang ditakuti oleh kebanyakan warga Desa Dukuh Paruk, ternyata mempunyai karakter yang berbeda dari tentara lainnya. Berikut beberapa karakternya. Ramah dan baik hati. 4. Latar Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. Ketiga latar tersebut mempunyai permasalahan yang berbeda-beda, dan dapat berdiri sendiri. Akan tetapi, pada umumnya ketiga unsur tersebut berkaitan untuk dapat menghasilkan suatu hasil karya fiksi yang baik. a. Latar Waktu Latar waktu yang dimaksud di sini adalah kapan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu karya sastra. Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk waktu yang diperlihatkan untuk mengetahui kapan berlangsungnya kejadian di dalam novel ini. Waktu dalam novel ini memberikan keterangan kapan berlangsungnya kejadian tersebut. Pada awal cerita novel ini memperlihatkan keadaan desa yang mengalami musim kemarau panjang. Pada saat itu desa mengalami kekeringan, sawah tidak terlihat air, bahkan hanya selebar telapak kaki pun tidak ada. Selain latar waktu yang menunjukkan keadaan musim kemarau di pedukuhan itu, novel ini menceritakan juga tentang kejadian sebelas tahun lalu. Saat itu terjadi malapetaka tempe bongkrek yang menyebabkan delapan warga desa meninggal dunia. Pada saat malapetaka di Dukuh Paruk terjadi Srintil masih berusia sekitar lima bulan, sedangkan Rasus berusia tiga tahun. Saat kejadian itu kondisi Dukuh Paruk masih terbilang desa terpecil jauh dari kota b. Latar Tempat Latar tempat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) adalah sebagai berikut. Dukuh Paruk, di bawah pohon nangka, kuburuan Ki Secamenggala, rumah Kartareja, dan pasar Dawuan. Latar tempat di atas terdapat dalam cerita novel tersebut. c. Latar Suasana Dalam novel ini jelas menunjukkan tentang bagaimana Rasus mengalami suatau suasana yang menimbulkan bayangan sosok Emak ada pada diri Srintil. Selama bertahun-tahun Rasus menggambarkan sosok Emaknya seperti Srintil, akan tetapi setelah Srintil berhasil menjadi seorang ronggeng bayangan itu sekan-akan hancur seketika itu juga. Kebencianlah yang akhirnya muncul dalam pikirannya. Sebelum Srintil dinyatakan menjadi seorang ronggeng bayangan Emak masih terlihat jelas dalam angan-angan Rasus, akan tetapi setelah Srintil melewati beberapa upacara yang merupakan syarat untuk menjadi seorang ronggeng dan telah berhasil menjadi ronggeng saat itu juga Rasus mulai membencinya. Seakan-akan bayangan tentang Emak yang ada pada diri Srintil telah hilang begitu saja. 5. Pesan Moral Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) terlihat pesan moral yang tersirat secara tidak langsung. Adapun pesan moralnya sebagai berikut. Manusia harus saling menghargai dan menghormati. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Tidak boleh dendam, harus memaafkan kesalahan orang lain. Cinta bukanlah akhir dari kehidupan. F. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis dapat meyimpulkan bahwa novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari merupakan salah satu novel yang berisikan tentang suatu desa kecil yang jauh dari perkotaan, dan desa ini ditinggali orang-orang keturunan dari moyang mereka yaitu Ki Secamenggala. Dalam novel ini digambarkan hampir semua anak di Dukuh Paruk tidak ada yang bersekolah, pengetahuan mereka sangat sempit. Terlihat jelas saat terjadinya malapetaka keracunan tempe bongkrek, mereka hanya dapat mengira itu disebabkan oleh keracunan tempe bongkrek yang dibuat oleh keluarga Srintil. Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju dan mundur. Alur maju, terdapat juga alur mundur yang menceritakan tentang kejadian sebelas tahun lalu saat terjadinya malapetaka tempe bongkrek. Pembuat tempe bongkrek itu Sakarya. Sakarya adalah ayah dari Srintil, seperti biasanya kedua orangtuanya membuat tempe bongkrek untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar. Namun pada saat itu, tempe yang dibuatnya berakibat delapan orang warga desa Dukuh Paruk meninggal secara mendadak ketika memakan masakan tempe bongkrek tersebut. Emak, dan kedua orangtua Srintil menjadi korban dari malapetaka itu. Setelah menceritakan kejadian sebelas tahun lalu, pengarang kembali becerita tentang kehidupan Rasus yang dijalaninya hingga ia berusia dua puluh tahun. Bayangan Emak muncul saat Rasus mulai mengagumi dan mencintai Srintil. Saat Srintil memutuskan untuk menjadi ronggeng dan melakukan beberapa syarat-syarat menjadi ronggeng, Rasus mulai membencinya dan seketika itu juga bayangan Emak hilang dari diri Srintil. Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) karya Ahmad Tohari pengarang menjadi tokoh utama, yaitu diperankan oleh Rasus. Dalam novel ini Rasus sering sekali berangan-angan tentang sosok Emak yang sudah meninggal ada pada diri Srintil. Namun, setelah Srintil telah menyelesaikan syarat terakhirnya bukak-klambu ia dinyatakan telah menjadi seorang ronggeng. Saat itu juga Srintil dikeluarkan dari hati Rasus. Dalam novel ini latar tempat yang digunakan adalah desa Dukuh Paruk pada tahun 1957 dan tahun 1946 yang pada masa itu belum mengenal ilmu pengetahuan dan alat-alat modern. Selain unsur-unsur intrinsik di atas, penulis menyimpulkan pesan moral yang tersirat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) adalah sebagai berikut. Pertama, sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dalam menjalani hidup pasti memerlukan bantuan dari orang lain. Kedua, sesama manusia harus saling menghormati dan menghargai, terutama seorang laki-laki memperlakukan seorang wanita dengan selayaknya. Ketiga, cinta bukanlah akhir dari segalanya, ketika Rasus merasa cintanya telah direnggut oleh Dukuh Paruk ia tidaklah putus asa melainkan tetap menjalani kehidupannya yang baru di luar desanya. Keempat, manusia tidak boleh mendendam atau tidak memaafkan kesalahan orang. Daftar Pustaka Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Medpress Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Stanton, Robert. 2007. Teori fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tohari, Ahmad. 2000. Ronggeng Dukuh Paruk. Cetakan keenam. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Wiyatmi, 2006. Pengantar Pengkajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
SUMMARY The research entitled "Pesan Moral dalam Novel Rongeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak)" by Ahmad Tohari. The research aims to describe the intrinsic elements presented in the novel, specifically, theme, plot, characters and background. In addition, the research also investigates the moral messages delivered by the novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) by Ahmad Tohari. The research has two benefits, namely the theoretical benefit dan the practical benefit. The theoretical benefit of the research is that the research can be a model or reference for the next research and gives contribution and widens the horizon for both the researchers and readers regarding the analysis of literature works, especially the structural theory. Besides, the practical benefit of the research is to show the moral messages presented in the novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) by Ahmad Tohari and to inform the good moral which is suitable for the ethics of human being. The method used in the research was descriptive qualitative. The result showed that the novel Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak) by Ahmad Tohari had two plots, flash back and forward. The forward plot told about the condition of Dukuh Paruk at a certain time and some advanced years. The flash back plot was used to tell the condition of Dukuh Paruk eleven years ago. The other analyzed intrinsic elements were theme, characters, and background of the novel. The moral message gathered by the novel was as human being, we had to appreciate and respect each other, forgive other mistakes since we were created in need one another and love was not the end of life.
Dra. Sri Nani Hari Yanti, M.Hum
Imam S, M.Hum
2009
10

Page generated in 0.0566 seconds.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA