Apakah yang menyebabkan terjadinya proses kemunduran mutu ikan?

Daging ikan segar yang baik

Penurunan mutu ikan disebabkan oleh reaksi pembusukan ikan yang terjadi secara kimiawi dan enzimatis setelah ikan mati. Setelah ikan mati, peredaran darah berhenti sehingga pasokan oksigen untuk kegiatan metabolisme juga terhenti. Pada saat tersebut ikan berada pada tahap pre-rigor. Meskipun sudah mati, di dalam tubuh ikan masih berlangsung suatu proses metabolisme, yaitu proses enzimatis yang sebenarnya sudah berlangsung saat ikan masih hidup. Setelah ikan mati, sistem kendali proses enzimatis hilang sehingga proses tersebut berjalan tanpa kendali  yang mengakibatkan terjadi perubahan biokimiawi. Salah satu tandanya adalah terjadinya hyperemia, yaitu ikan mengeluarkan lendir bening atau transparan yang menyelimuti tubuh ikan. Lendir tersebut menjadi tempat pertumbuhan bakteri pembusuk. Beberapa saat kemudian tubuh ikan mengalami kekakuan. Proses kekakuan ini disebut dengan rigor mortis akibat terjadinya proses biokimiawi. Selama berada pada tahap ini ikan masih dalam keadaan segar. Setelah tahap ini, daging ikan mengalami proses pelunakan. Pada tahap ini terjadi penguraian protein oleh enzim proteolitik menghasilkan senyawa sederhana. Senyawa tersebut menjadi substrat bagi bakteri pembusuk sehingga aktivitas bakteri semakin cepat. 

Proses penurunan mutu ikan segar telah banyak dilaporkan pada beberapa penelitian, diantaranya oleh Wibowo et al. (2007) yang dimuat dalam buku Penanganan Ikan Tuna Segar untuk Ekspor ke Uni Eropa yang diterbitkan oleh Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan mutu ikan adalah kerusakan fisik ikan yang diakibatkan oleh benturan dan tekanan fisik selama proses penangkapan dan transportasi ikan. Kerusakan tersebut menyebabkan daging memar, robek yang dapat mempercepat proses pembusukan ikan. Beberapa penelitian lain penanganan mutu ikan dijumpai pada buku Fisheriest Post Harvest Specialist (2005).

Proses pembusukan ikan dapat dicegah dengan menunda terjadinya rigor mortis atau memperpanjang masa rigor mortis. Salah satunya dengan menerapkan sistem rantai dingin yaitu mengkondisikan ikan pada suhu rendah. Pada suhu rendah aktivitas pembusukan secara kimiawi dan enzimatis dapat diperlambat. Ikan yang disimpan pada suhu 2 0C sampai 10 0C menyebabkan pertumbuhan bakteri kurang cepat sehingga dapat memperpanjang daya simpan antara 2 sampai 3 hari seperti disampaikan oleh Ilyas (1983) yang dimuat dalam buku Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. 

Selain penerapan sistem rantai dingin, cara penanganan ikan juga harus hati-hati sehingga tidak menyebabkan kerusakan fisik yang diakibatkan oleh benturan dan tekanan selama kegiatan transportasi. Jumlah ikan yang terlalu banyak dalam sebuah alat transportasi dapat menyebabkan tekanan fisik yang mengakibatkan kerusakan ikan terutama yang letaknya di bagian bawah alat transportasi. Informasi karakteristik fisik ikan diperlukan dalam mendesain alat transportasi sehingga dapat mengurangi kerusakan fisik ikan. Pengurangan penggunaan bongkahan es atau penggunaan sistem pendingin lain dalam alat transportasi dapat mengurangi kemungkinan gesekan antara ikan dengan es, sehingga dapat mengurangi kerusakaan fisik ikan. Dengan penanganan ikan segar yang baik diharapkan diperoleh mutu ikan segar yang sangat baik dan menarik.

Penulis : Tri Nugroho Widianto, Peneliti LRMPHP

Hasil perikanan merupakan produk yang sangat cepat membusuk. Proses kemunduran mutu akan segera terjadi begitu ikan diangkat dari air dan mati. Oleh sebab itu, penanganan pada saat di tangkap/panen merupakan penanganan awal yang sangat penting dan sangat menentukan mutu ikan selanjutnya.Bila penanganan awal gagal mempertahankan kesegaran ikan, maka ikan menjadi kurang bernilai karena proses-proses selanjutnya tidak dapat memperbaiki kesegaran.

Produk perikanan  merupakan produk yang memiliki sifat sangat mudah membusuk (perisable food). Tubuhikan mempunyai kadar air  dan  kadar protein yang tinggi dan Ph tubuh yang mendekati  netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk. Adapun komposisi kimia ikan dapat di lihat pada Tabel 1.Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik, kimia, dan biologi berlangsung  dengan cepat.  Semua proses perubahan ini akhirnya  mengarah kepembusukan. Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi  karena adanya aktivitas enzim, mikroorganisme dan oksidasi lemak.

Tabel 1. Komposisi Kimia Ikan

Komposisi Kimia Ikan

Kadar

Protein

Lemak

Air

Mineral (Ca, Mg, P, Fe, Na, K, J, Mn), Vitamin (A, B, D, E, K), roboflavin, niacin, thiamine, dll.

16 – 20 %

1   – 22 %

56 – 80 %

2 ½  - 4 ½ %

Mutu dan kualitas (kesegaran) ikan hasil tangkapan/panen sangat mempengaruhi nilai jual dari hasil budidaya. Semakin tinggi mutu dan kualitas  hasil tangkapan/panen maka semakin tinggi harga jual ikan, begitu juga sebaliknya semakin rendah mutu dan kualitas hasil tangkapan/panen, semakin rendah juga nilai jual ikan. Untuk itu, pengetahuan tentang kemunduran mutu hasil perikanan dalam hal ini terkait dengan kegiatan budidaya perlu dipahami. Pada dasarnya  mutu  ikan  segar dapat   dilihat   dari  aspek  kesegaran   dan pembusukan. Dengan memahami hal tersebut akan sangat  bermanfaat, terutama untuk menentukan tindakan apa, bagaimana dan kapan harus dilakukan  upaya agar ikan tetap segar dan bermutu tinggi. Pada tabel 2 di bawah ini merupakan perbedaan dari ciri-ciri ikan segar dan ikan yang mulai membusuk.

Tabel 2.Ciri-ciri Ikan Segar dan Ikan Yang Mulai Membusuk

No

Ikan Segar

Ikan Mulai Membusuk

1.

Kulit

·   Warna kulit terang dan jernih

·   Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut.

·   Warna-warna khusus yang masih ada terlihat jelas.

·       Kulit berwarna suram, pucat, dan berlendir banyak.

·       Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu.

·       Kulit mudah sobek dan warna-warna khusus sudah hilang.

2.

Sisik

·   Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas.

·       Sisik mudah terlepas dari tubuh.

3.

Mata

·   Mata tampak terang, jernih, menonjol, dan cembung

·       Tampak suram, tenggelam, dan berkerut.

4.

Insang

·   Insang berwarna merah sampai warna merah tua, terang, dan lamella insang terpisah.

·   Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan.

·       Insang berwarna cokelat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan.

·       Lendir insang keruh dan berbau aam, menusuk hidung.

5.

Daging

·   Daging kenyal, menandakan rigormortis masih berlangsung.

·   Daging dan bagian tubuh lain berbau segar.

·   Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan.

·   Daging melekat pada tulang.

·   Daging perut utuh dan kenyal.

·   Warna daging putih atau disesuaikan dengan warna daging ikan yang tampak cerah.

·       Daging lunak, menandakan rigormortis telah selesai.

·       Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk.

·       Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan.

·       Daging mudah lepas dari tulang.

·       Daging lembek dan isi perut sering keluar.

·       Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama di sekitar tulang punggung.

6.

Kondisi di Dalam Air

·   Ikan segar akan tenggelam.

·       Ikan yang sudah membususk akan mengapung di permukaan air.

Pasca Ikan ditangkap, dan apabila tidak di tangani dengan baik dan benar seperti menggunakan sarana dan prasarana yang tidak saniter, tidak segera menurunkan suhu ikan, penyimpanan ikan yang tidak sesuai, maka ikan akan mengalami penurunan mutu yang akhirnya menjadi  busuk.

  1. Proses Kemunduran Mutu Hasil Perikanan

Kemunduran mutu dan kualitas (kesegaran) ikan  disebabkan oleh tiga jenis aktivitas, yaitu reaksiautolisis dan  aktivitas mikroorganisme. Berdasarkan penyebab penurunan mutu kesegaran  ikan  tersebut,   tahapan   penurunan  mutu   kesegaran   ikan digolongkan menjadi  3 tahapan, yaitu prerigor, rigormortis, dan postrigor, dapat di lihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Diagram ProsesKemunduran Mutu Ikan Segar

Didalam  jaringan tubuh ikan yang masih hidup sudah terdapat enzim. Enzim  menguraikan  protein,  lemak  dan  karbohidrat   menjadi  energi.Penurunan  kesegaran ikan setelah ikan mati yang disebabkan oleh reaksi enzimatis berlangsung pada tahap pre-rigor  dan rigormortis. Perubahan awal yang terjadi ketika ikan mati , maka peredaran darah berhenti sehingga pasokan oksigen untuk kegiatan metabolisme  berhenti menyebabkan aktivitas penurunan mutu ikan di dalam  otot ikan berlangsung dalam  kondisi anaerobik. Pada saat tersebut  ikan berada pada tahap pre-rigor, yang hilang  bersamaan dengan matinya ikan adalah sistem kendali. Akibatnya, proses enzimatis berjalan tanpa kendali  yang mengakibatkan perubahan biokimia yang luar biasa.

Salah satu tanda tersebut adalah ikan mulai melepaskan lendir  yang cair, bening atau transparan yang menyelimuti seluruh tubuh ikan  dan prosesini disebut hiperemia yang berlangsung 2−4  jam. Makin lama pelepasan lendir makin banyak dan lendir ini  menjadi media ideal bagi pertumbuhan bakteri pembusuk dan untuk penetrasike dalam tubuh ikan.

Beberapa saat kemudian tubuh ikan menjadi kaku (rigor mortis) akibat berbagai reaksi biokimia. Biasanya proses ini berlangsung sekitar 5jam. Selama berada dalam tahap rigormortis  ini,ikan masih dalam keadaan sangat segar. Ini berarti bahwa  apabila rigormartis dapat dipertahankan lebih lama makaproses pembusukan dapat ditekan.

Ketika ikan mati, senyawa organik didalam otot terdekomposisi oleh enzim yang masih aktif didalam  jaringan. Pada tahap awal senyawa yang terhidrolisa  paling cepat adalah karbohidrat dalam  daging, yaitu dalam bentuk glikogen dihidrolisa menjadi asam  laktat yang akumulasinya didalam  otot menyebabkan penurunan Ph dan besarnya penurunan pH tergantung pada otot. Ketika ikan masih hidup  terdapat pasokan O2, dan karbohidrat tersebut dibakar menghasilkan  karbondioksida dan air. Oleh karena ikan mati dalam keadaan meronta-ronta, sebagian  glikogen berkurang sehingga akumulasi asam laktat dalam  otot tidak banyak. Ikan hidup mempunyai nilai pH daging sekitar 7,0 dan setelah  mati turun menjadi pH 5,8 hingga 6,2. Pada gilirannya, kejadian ini  mestimulasi enzim-enzim yang menghidrolisa fosfat organik. Fosfat yang  pertama kali terurai adalahfosfat kreatin dengan membentuk kreatin dan asam  fosfat, yang kemudian diikuti oleh terurainya adenosin trifosfat (ATP) membentuk  adenosin difosfat (ADP) dan asam fosfat.

Penguraian  ATP tersebut menghasilkan energi yang besardi dalam jaringan otot sehingga mengakibatkan  berkontraksinya otot (aktin dan miosin) dan akhirnya otot menjadi kaku dan tidak dapat kembali kesifat semula. Pada tahap ini ikan memasuki tahap kekejangan  (rigormortis).

Dengan  turunnya  pH,  enzim-enzim   dalam   jaringan  otot  yang aktivitasnya  berlangsung pada pH rendah menjadi aktif. Katepsin, yaitu enzim proteolitik yang berfungsi menguraikan protein menjadi senyawa  sederhana, merombak struktur jaringan protein otot menjadi lebih longgar  sehingga rentan terhadap serangan bakteri. Demikian pula enzim lain yang ada dalam organ tubuh ikan, misalnya dalam perut, melakukan aktivitas yang sama. Hal ini mengakibatkan daging ikan menjadi  agak lunak. Fase perombakan jaringan oleh enzim  dalam tubuh ikan ini disebut dengan autolisis. Ikan dalam  fase auotolisis ini sering masih dianggap cukup segar dan layak dimakan. Meskipun demikian, fase ini merupakan  fasetransisi antara segar dan busuk. Sehingga Dalam penanganan hasil tangkapan/panen, hal yang harus dilakukan adalah memperpanjang waktu pre-rigor dan rigor mortis yang merupakan faktor sangat penting dalam kaitannya untuk mempertahankan kesegaran ikan. Ikan yang berada dalam kondisi pre-rigor dan rigormortis sangat disukai tidak  hanya dapat dimakan dalam keadaan mentah, tetapi juga sangat baik digunakanuntuk bahan baku pengolahan produk perikanan dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Mikroorganisme yang berperan penting dalam proses penurunan kesegaran ikan adalah bakteri, dimana sumber bakteri pada ikan terdapat di permukaan kulit, insang dan isi  perut. Setelah ikan mati, bakteri yang terkonsentrasi pada ketiga tempat tersebut secara perlahan-lahan  berpenetrasi dan bergerak aktif menyebar ke seluruh jaringan  dan organ ikan sehingga terjadinya perkembang biakan bakteri pada seluruh tubuh ikan. Dekomposisi berjalan intensif, khususnya setelah ikan melewati  faserigormortis, pada saat jaringan otot longgar dan jarak antar serat diisi oleh cairan.

Dekomposisi proteinoleh  bakteri merubahnya menjadi asam-asam amino. Pada tahap selanjutnya asam-asam amino mengalami  deaminasi dan dekarboksilasi yang membentuk senyawa-senyawa lebih sederhana oleh enzim-enzim  spesifik dari mikroba.Produk hasil dekomposisi yang paling sering digunakan untuk menduga tingkat kesegaran ikan adalah amonia dan monoamin yang paling  sederhana  (metilamin, dimetilamin,  trimetilamin) yang lebih dikenal sebagai basa-basa menguap; senyawa sulfor menguap H2S dan merkaptan  berupa metil merkaptan dan etilmerkaptan; dan senyawa- senyawa siklis (alkohol,amin).  Akumulasi  basa-basa  menguap,  senyawa- senyawa sulfur, alkohol aromatik menguap (fenol, kresol), dan senyawa- senyawa    heterosiklik   (indol   dan   skatol)   bertanggung   jawab   terhadap timbulnya bau yang tidak dikehendaki pada ikan. Disamping itu, monoamin siklik (histamin dan fenilatilamin), diamin (putrscin dan kadaverin), basa oksiamonium  (neurin) dan fenol, kresol, indol dan skatol adalah senyawa- senyawa beracun yang dapat menyebabkan keracunan  makanan. Sehingga usaha terbaik dalam mempertahankan kesegaran atau mempertahankan mutu ikan terhadap pembusukan adalah sebagai berikut :

  • Mengurangi Jumlah Bakteri Pembusuk dan Enzim

Sumber bakteri pada ikan terdapat pada bagian kulit, insang, dan isi perut.Sedangkan enzim berada pada daging ikan dan sebagian besar pada perutnya. Sehingga setelah ikan di tangkap/panen apabila tidak langsung di jual (dipasarkan) atau disimpan dalam jangka waktu yang panjang, maka sesegera mungkin dilakukan penyiangan pada bagian insang dan isi perut kemudian dilakukan pencucian dengan bersih, diikuti dengan pembuangan lendir pada bagian tubuh ikan, maka sebagian besar bakteri dan enzim pembusuk telah berkurang.

  • Menghambat atau Membunuh Aktifitas Bakteri dan Enzim

Mikroorganime pembusuk seperti bakteri dapat di hambat atau di bunuh aktivitasnya dengan berbagai cara, diantaranya adalah penggunaan suhu rendah, penggunaan suhu tinggi,  penurunan kadar air, penggunaan zat-zat antiseptik, dan penyinaran atau irradiasi. Pada penanganan ikan hasil budidaya perlakuan yang sering digunakan adalah dengan cara penggunaan suhu rendah yaitu pendinginan dan pembekuan.

Untuk dapat hidup dengan baik, bakteri memerlukan suhu tertentu, tergantung pada jenisnya.Ada tiga jenis bakteri berdasarkan ketahananya terhadap suhu seperti pada tabel 3 di bawaah ini.

Tabel 3. Kisaran Suhu Bagi Kehidupan Bakteri

Jenis Bakteri

Suhu Minimum

Suhu Optimum

Suhu Maksimum

Thermophylic

25 – 45 OC

50 – 55 OC

60 – 80 OC

Mesophylic

5 – 25 OC

25 – 37 OC

43 OC

Psychrophlic

0OC

14 – 20 OC

30 OC

Dari Tabel 3 di atas dapat dikatakan bahwa kebanyakan bakteri akan mati atau sekurang-kurangnya dapat terhambat aktifitasnya bila suhu ikan diturunkan sampai di bawah 0OC.

  • Pencegahan kontaminasi dan penyebab kerusakan lain yang datang dari luar

Pencegahan kontaminasi silang selama penangkapan/pemanenan ikan di tambak, kolam, dan lain sebagainya harus benar-benar di perhatikan dan di jalankan. Dengan melakukan pencegahan kontaminasi, mutu dan kualitas ikan hasil tangkapan/panenakan terjaga. Kontaminasi tidak akan terjadi selama penanganan ikan saat penangkapan/pemanenan menggunakan air yang bersih, sarana prasarana yang di gunakan bersih, tempat penyimpanan sementara hasil panen tidak kotor, dan orang yang melakukan kegiatan tersebut dalam kondisi bersih. Penyebab kerusakan lain yang datang dari luar seperti kerusakan ikan secara fisik akibat dari kecerobohan dalam penanganan seperti luka pada bagian tubuh ikan, pecah perut, dan lain sebagainya.

Untuk mendapatkanhasil   yang  maksimum  dalam  mutu  dan kualitas (kesegaran) ikanhasilbudidaya,sebaiknyaharus memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu :

  • Kondisibiologisikandanalat panen/penangkap ikan yang cocok.
  • Sarana prasarana yang digunakan harus dalam kondisibersi
  • Lakukan sortasi (penggolongan/pemisahan)hasilpanen/tangkapan ikan berdasarkanukuran dan kesegarannya.
  • Perlindungandanpendinginanhasil panen/tangkapan ikan saat proses pemanenan.
  • Menghilangkan atau menghambatsumberpembusukanpadaikan.
  • Wadahi dandinginkanikansesegeramungkin.
  • Pemeliharaansuhu sekitar0°Cpadaseluruhmata rantai.
  • Menerapkanprinsipkebersihandankesehatan(sanitasidan hygiene) padaseluruhmatarantai penanganan.
  1. Penilaian Mutu Hasil Perikanan

Hasil perikanan dalam kegiatan budidaya ikan erat kaitannya dengan hasil panen di tambak, kolam, dan lain sebagainya.Untuk itu salah satu penilaian mutu dalam hal ini kesegaran ikan hasil panen yang dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan teliti, serta sebagai pendeteksian awal dalam menilai mutu (kesegaran) ikan untuk mengetahui penyimpangan dan perubahannya yaitu pengujian organoleptik atau sensori. Dimana pengujian ini merupakan cara pengujian menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu hasil perikanan. Penilaian menggunakan alat indra ini meliputi spesifikasi mutu kenampakan, bau, rasa, dan konsistensi/tekstur serta beberapa faktor lain yang diperlukan untuk menilai mutu hasil perikanan.

Pengujian oraganoleptik adalah suatu pengujian menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu hasil perikanan dengan bantuan score sheet (lembar penilaian). Sehingga hal utama yang harus di perhatikan dalam uji organoleptik ini yaitu indra manusia dalam hal ini panelis (orang yang melakukan pengujian) dan score sheet (lembar penilaian). Selain itu hal yang harus di perhatikan juga adalah penyajian sampel (contoh yang mau di uji), dan kondisi ruang pengujian.

Panelis yaitu orang yang bertugas menilai spesifikasi mutu produk secara subjektif. Dimana ada dua macam panelis, yaitu panelis standar dan panelis non standar.Panelis standar yaitu Orang yang mempunyai kemampuan dan kepekaan tinggi terhadap spesifikasi mutu produk serta mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara menilai organoleptik dan lulus dalam seleksi pembentukan panelis standar dan dalam pelaksanaan pengujian organoleptik jumlah minimal dalam satu kali pengujian minimal 6 orang.Sedangkan panelis non standar yaitu Orang yang belum terlatih dalam melakukan penilaian dan pengujian organoleptik dan dalam pelaksanaan pengujian organoleptikjumlah minimal dalam satu kali pengujian minimal 30 orang.

  1. Score sheet (lembar penilaian)

Score sheet(lembar penilaian) yaitu alat bantu untuk membimbing panelis dalam menilai mutu suatu produk melalui spesifikasi yang menguraikan tingkatan mutu berdasarkan nilai. Di mana dalam suatu score sheet hanya memuat informasi, intruksi, dan responsi.

Informasi memuat nama produk, nama panelis, tanggal atau jam pengujian, intruksi merupakan petunjuk pengisisan score sheet dengan tanda-tanda serta intruksi pengisian kolom kode contoh, dan responsi merupakan hasil pilihan panelis terhadap spesifikasi dari setiap atribut mutu produk serta tanggapan panelis pada lembaran deksripsi. Berikut merupakan salah satu contoh score sheet yaitu lembar penilaian organoleptik ikan segar :

Nama Panelis :…………………………………….

Tanggal :………………………….

  • Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan pengujian.
  • Beri tanda Ö pada nilai yang dipilih sesuai kode contoh yang diuji.

Speifikasi

Nilai

Kode Contoh

1

2

3

4

5

A.  Kenampakan

1.   Mata

•       Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih

9

•       Cerah, bola mata rata, kornea jernih

8

•       Agak cerah, bola mata rata, pupil agak keabu-abuan, kornea agak keruh

7

•       Bola mata agak cekung, pupil berubah keabu-abuan, kornea agak keruh

6

•       Bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan, kornea agak keruh

5

•       Bola mata cekung, pupil mulai berubah menjadi putih susu, kornea keruh

3

•       Bola mata sangat cekung, kornea agak kuning

1

2.   Insang

•       Warna merah cemerlang, tanpa lendir

9

•       Warna kurang merah cemerlang, tanpa lendir

8

•       Warna merah agak kusam, tanpa lendir

7

•       Merah agak kusam, sedikit lendir

6

•       Mulai ada perubahan warna, merah kecoklatan, sedikit lendir

5

•       Warna merah coklat, lendir tebal

3

•       Warna merah coklat ada sedikit putih, lendir tebal

1

3.   Lendir Permukaan Badan

•       Lapisan lendir jernih, transparan, mengkilat cerah

9

•       Lapisan lendir jernih, transparan, cerah, belum ada perubahan warna

8

•       Lapisan lendir mulai agak keruh, warna agak putih, kurang transparan

7

•       Lapisan lendir mulai keruh, warna putih agak kusam, kurang transparan

6

•       Lendir tebal menggumpal,mulai berubah warna putih, keruh

5

•       Lendir tebal menggumpal, berwarna putih kuning

3

4.   Daging (warna dan kenampakan)

•       Sayatan daging sangat cemerlang, speifik jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut daging utuh

9

•       Sayatan daging cemerlang, spesifik jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut utuh

8

•       Sayatan daging sedikit kurang cemerlang, spesifikai jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, didnding perut utuh

7

•       Sayatan daging mulai pudar, banyak pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut agak lunak

5

•       Sayatan daging kusam, warna merah jelas sekali sepanjang tulang belakan, dinding perut lunak

3

•       Sayatan daging kusam sekali, warana merah jelas sekali sepanjang tulang belakang, dinding perut sangat lunak

1

5.   Bau

•       Bau sangat segar, speifikasi jenis

9

•       Segar, spesifikasi jenis

8

•       Netral

7

•       Bau amoniak mulai tercium, sedikit bau asam

5

•       Bau amoniak kuat, ada bau H2S, bau asam jelas dan bususk

3

•       Bau busuk jelas

1

6.   Tekstur

•       Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang

9

•       Agak padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang

8

•       Agak padat, agak elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang

7

•       Agak lunak , kurang elastis bila ditekan dengan jari, agak mudah menyobek daging dari tulang belakang

5

•       Lunak, bekas jari terlihat bila ditekan, mudah menyobek daging dari tulang belakang

3

•       Sangat lunak, bekas jari tidak hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang

1

                 
  1. Penyajian Sampel (contoh yang diuji)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyajian contoh adalah sebagai berikut :

  • Penyajian contoh mewakili produk yang akan diuji baik bentuk maupun ukuran. Jumlah minimal contoh cair 16 ml dan padatan 28 gram.
  • Pelelehan terhadap produk beku dilakukan dengan menghindarkan kontak langsung dengan air, (membungkus produk dalam produk).
  • Produk olahan yang perlu dimasak dapat dilakukan dengan cara perebusan, penggorengan, pengukusan, dan pemanggangan. Pengukusan dilakukan pada suhu 100oC dengan membungkus produk dalam alumunium foil. Penggorengan dilakukan pada suhu 140oC dengan menggoreng produk dalam minyak goreng non curah.
  • Penyajian contoh dalam wadah yang sama baik ukuran, bentuk, maupun bahan.
  • Pengujian contoh yang diuji pada suhu tertentu disiapkan sedemikian rupa sehingga suhu produk yanng diinginkan tidak berubah pada saat pengujian berlangsung.
  • Pengkodean terhadap contoh yang disajikan menggunakan angka untuk menghilangkan dugaan oleh panelis terhadap mutu produk yang akan diuji. Angka yang digunakan terdiri dari lima digit dan diambil secara acak.
  • Waktu pengujian untuk uji organoleptik adalah saat panelis tidak dalam kondisi lapar atau kenyang, yaitu kira-kira 09’00 - 11’00 dan jam 14’00 – 16’00 atau sesuai dengan kebiasaan waktu setempat.

Dalam pengujian organoleptik hal yang harus diperhatikan juga adalah kondisi ruang pengujian.  Dimana ada beberapa kondisi yang harus ada di suatu ruang pengujian organoleptik, yaitu :

  • Laboratorium pengujian organoleptik terletak dilokasi yang tenang dan bebas dari pencemaran yang dapat mengganggu panelis.
  • Laboratorium pengujian organoleptik terbagi atas dua bagian yaitu; ruang pengujian yang terdiri dari bilik pencicip dan ruang dapur yang mempunyai saluran pembuangan yang memenuhi syarat sanitasi dan hygiene.
  • Bilik pencicip dibuat bersekat-sekat untuk mencegah hubungan antara panelis baik secara langsung maupun tidak langsung. Dimana ukurannya; P 60-80 cm, L 45-55 cm, T + 75 cm. Dengan tinggi meja dari lantai + 75 cm. (dengan loket bilik di bagian depan 30 cm x 40 cm).
  • Meja pengujian terbuat dari bahan yang keras, tahan panas dan permukaanya mudah dibersihkan. Kursi yang bisa diatur tingginya dan dapat diputar agar panelis bisa rilek.
  • Dinding dan lantai berwarna netral, tidak berbau, tidak memantulkan cahaya dan mudah dibersihkan.
  • Ruangan pengujian dilengkapi dengan alat pengatur suhu ruangan (AC), alat pengukur suhu dan kelembaban. Suhu ruangan 20 – 25oC dan kelembaban 40% - 60%.
  • Penerangan harus menyebar rata kesegala arah dengan intensitas cahaya 70 – 80 footcandles (fc) serta tidak mempengaruhi kenampakan produk yang diuji.

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (score sheet) ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan maencari hasil rta-rata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.Untuk menghitung interval nilai mutu rata-rata dari setiap panelis digunakan rumus yang dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

P(X – (1,96s/√n) ≤ μ(X + (1,96.s/√n)) = 95%

Gambar 1. Rumus uji organoleptik

Dimana :

n

= Banyaknya panelis

S2

= Keragaman nilai mutu

1,96

= Koefisien standar deviasi pada taraf 95%

x

= Nilai mutu rata-rata

xi

= Nilai mutu dari panelis ke i = 1,2,3...n

s

= Simpangan baku nilai mutu

Pada Tabel 4 merupakan data hasil pengujian organoleptik pada udang segar, dari data yang di hasilkan hitung berapa nilai organoleptik udang segar yang di uji :

Tabel 4. Hasil Pengujian Udang Segar

No

Panelis

Kenampakan

Bau

Tekstur

Rata-rata

1

Andri jaya

8

7

8

7.7

2

Angelina

8

7

7

7.3

3

Dirga F

8

7

7

7.3

4

Hamzah

8

8

7

7.7

5

Nurfadila

9

7

7

7.7

6

Tomy R

8

7

8

7.7

45.4

                        45.4

x        =          = 7.57

                6

   (7.7 – 7.57)2 + (7.3 – 7.57)2 + ………… + (7.7 – 7.57)2

S2      =         

                                                       6

           0.2134

          =                      = 0.0356

                  6

s        = Ö0.0356      = 0.19

Sehingga untuk nilai organoleptik udang segar dapat dicari dengan menggunakan rumus :  P(X – (1,96s/√n) ≤ μ ≤ (X + (1,96.s/√n)) = 95%

P(7.57-(1.96.0.19/2.45)) ≤ μ ≤ (7.57 + (1.96.0.19/2.45))

P(7.57 – 0.152) ≤ μ ≤(7.57 + 0.152)

P(7.42 ≤ μ ≤ 7.72)

Interval nilai organoleptik udang segar adalah 7.42 – 7.72 dan untuk penulisan nilai akhir organoleptik udang segar diambil nilai terkecil adalah 7.42 dan dibulatkan menjadi 7.0.


Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA