Apa yg anda ketahui tentang penyakit pada tanaman

Perbesar

Tanaman Tembakau (Sumber: Pixabay)

Setelah membahas tentang macam macam hama, selanjutnya kamu bisa melanjutkan ke penyakit tanaman dalam pembahasan hama dan penyakit tanaman ini.

Penyakit pada tumbuhan umumnya disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri dan jamur. Tumbuhan yang terserang penyakit akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan terkadang terdapat pula yang mengalami pertumbuhan tidak normal.

Akan tetapi, penyakit yang menyerang tumbuhan tidak hanya diserang oleh mikroorganisme saja, melainkan juga dikarenakan kekurangan unsur hara atau unsur tanah lainnya. Jadi terdapat banyak faktor yang menyebabkan penyakit tanaman.

Berikut beberapa penyakit tanaman yang sering ditemui:

Penyakit Tungro

Salah satu hama dan penyakit tanaman yang paling sering terjadi, terutama pada tanaman padi adalah penyakt tungro. Penyakit ini menyebabkan produksi padi nasional kehilangan hasil yang cukup tinggi.

Penyakit Tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu, Rice Tungro Bacilliform Virus dan Rice Tungro Spherical Virus. Kedua jenis virus ini bisa menginfeksi tanaman secara bersamaan karena tidak memiliki kekerabatan serologi. Virus tungro juga bisa ditularkan oleh wereng.

Kamu bisa melihat tanaman yang terkena penyakit tungro dengan melihat beberapa gejala seperti muncul seminggu sesudah inokulasi, adanya diskolorasi berwarna kuning, dan adanya klorisi pada daun. Bila kamu menemukan hal-hal tersebut pada padi, maka akan mempengaruhi hasil panen.

Penyakit Mosaik

Penyakit mosaik merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Tobacco Mosaic Virus atau sering disingkat sebagai TMV. Adapun gejala tanaman yang terserang penyakit ini adalah pada daunnya terdapat bercak hijau muda atau kuning yang tersebar, apabila semainya terinfeksi maka tidak lama kemudian semai tersebut akan mati, ukuran buahnya menjadi kecil, pada batangnya terdapat garis hitam yang menandakan bahwa terdapat jaringan yang mati.

Selain kedua penyakit tersebut, ada beberapa penyakit tanaman yang juga cukup sering ditemui, yaitu Penyakit Embun Tepung, Penyakit Layu Cabai, Penyakit Hawar Daun Kentang, Penyakit Daun Berlubang, Penyakit Semai Roboh, Penyakit VSD (Vascular Streak Diaback) hingga Penyakit Bubuk Coklat.

Last modified: Wednesday, 1 July 2020, 11:58 PM

Page 2

e-Modul UNTAD

  • You are currently using guest access (Log in)

BAB I

PENDAHULUAN

Tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup lainnya, terutama manusia dan hewan. Apabila tumbuhan mengalami gangguan sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan yang menyebabkan kerusakan atau kematian, maka semua bentuk kehidupan di dunia akan terganggu. Organisme pengganggu tanaman terdiri dari  hama, mikroorganisme patogenik, dan gulma.

Pengganggu tanaman tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada setiap tahapan pertumbuhan tanaman. Upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman telah dikembangkan melalui perbaikan teknik bercocok tanam, penggunaan tanaman tahan, penggunaan agens biokontrol seperti antagonis, parasitoid dan predator, maupun secara kimiawi dengan penggunaan pestisida.

Sejak mengenal cara bercocok tanam, manusia telah menyadari bahwa tanamannya sering mengalami gangguan alami yang bersifat menghambat, merusak, menghancurkan, atau menyebabkan kegagalan panen. Bahkan di beberapa tempat, seseorang mungkin sama sekali tidak dapat melakukan budi daya tanaman tertentu karena adanya gangguan yang bersifat sangat ekstrim.

Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai sistem organ pada tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dalam skala besar pada tanaman budidaya dapat mengganggu persediaan bahan pangan bagi manusia.

Hama dan penyakit  merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor pengendalian ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbukan kerugian besar.

 PHT merupakan paduan beberapa cara pengendalian diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat ditetapkan.

 Hama dan penyakit utama pada lahan sawah irigasi berturut –turut yaitu tikus, wereng coklat, penggerek batang, tungro, Hawar Daun Bakteri (HDB), dan keong mas.

Masalah kerusakan tanaman akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) telah menjadi perhatian manusia sejak awal kegiatan budidaya tanaman. Kegiatan budidaya tanaman, atau disebut juga sistem produksi pertanian, meliputi kegiatan-kegiatan: penyiapan dan pengolahan lahan, pemilihan bibit atau benih, penanaman, perawatan tanaman, pengelolaan air, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan, dan pengelolaan hasil panen. Pengendalian OPT merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. Oleh karena itu upaya manusia untuk mengendalikan OPT merupakan salah satu bagian terpenting dalam kegiatan budidaya tanaman.

Penyakit tanaman dapat menimbulkan kerugian secara langsung karena penyakit tanaman mengurangi kuantitas dan kualitas hasil, serta meningkatkan biaya produksi. Kerugian tersebut selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya serangkaian kerugian tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat. Biaya produksi yang tinggi menyebabkan para konsumen terpaksa membayar harga yang lebih tinggi.Gangguan yang ditimbulkan oleh masing-masing OPT dapat terjadi sejak benih mulai ditanam sampai dengan masa panen hingga penyimpanan hasil di dalam tempat penyimpanan atau gudang.

BAB II

PENGERTIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

2.I PENGERTIAN HAMA

Hama dan penyakit, keduanya merupakan penyebab terjadinyakerusakan. Tetapi bila dilihat dari penyebab dan hasil kerjanya,makaantara hama dan penyakit memiliki perbedaan.Hama adalah perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagiantanaman lainya sehingga tanaman sehingga tanaman tidak dapattumbuh dengan sempurna atau mati.

Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis.

 Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006).

Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut:

  1. Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
  2. Umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan
  3. sebagainya).
  4. Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga
  5. tanaman menjadi mati atau tanaman tetap hidup tetapi tidak
  6. banyak memberikan hasil
  7. Serangan hama biasanya lebih mudah di atasi karena hamanya
  8. tampak oleh mata atau dapat dilihat secara langsung.

Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya adalah hewan. Secara garis besar, hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

  1. Kelompok hewan menyusui (mamalia), seperti tikus.
  2. Kelompok serangga (insekta) seperti belalang.
  3. Kelompok burung (aves), seperti burung pipit.

Tabel I. Jenis-jenis hewan yang tergolong Hama

No

Jenis Hewan

Tanaman yang Diserang

1

Tupai (Callosciurus natatus)

Buah kelapa

2

Burung gereja(Passermontanus,Oates

Padi dan biji rumput-rumputan

Lainya

3

Codot(Cynopterus spinx,Vahl)

Buah dan sari bunga

4

Kumbang cula(Xylotrupes Gideon,L)

Tanaman palawija(mengisap

Cairan

5

Kumbang kelapa(Oryctesrhinoceros,L);ulat artona

Pucuk batang kelapa atau

daun muda

6

Lalat buah

Buah-buahan

7

Penggerek batang jagung(Pyraustanubilalis,Huber)

Batang dan biji jagung

8

Ulat penggerek beras(Cicrococis

punctiferalis,Guen)

Biji padi/beras

9

Ulat daun pisang(Erionota thyrax,L)

Daun pisang

10

Wereng cokelat(Nephotettrix viscens)

Tanaman padi

11

Tikus

Batang dan daun muda

tanaman padi

12

Belalang

Tanaman jagung

                           

Gambar I. Hewan-hewan yang berpotensi sebagai Hama

Menurut Borror dunia binatang di golongkan menjadi 14 filum, diantara filum tersebut yang berperan sebagai hama adalah filum Nemathelminthes, mollusca, Arthropoda dan Chordata. Ketiga filum pertama dikelompokan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata dikelompokan ke dalam kelompok Vertebrata (Nurdiansyah, 2011).

2.2 PENGERTIAN PENYAKIT

Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak munculnya dunia tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Gejala bercak daun ditemukan pada fosil daun yang berasal dari zaman purba. Orang Yunani dan Yahudi (500 – 280 SM) meyakini bahwa penyakit tanaman merupakan hukuman atas dosa yang dilakukannya. Pada saat itu, penyakit tumbuhan juga sudah dihubungkan dengan cuaca atau iklim yang buruk.

Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanamansehingga tanaman tidak bereproduksi atau mati secara perlahan-lahan.Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan atau gangguan pada organ-organ tanaman.

Masalah penyakit tumbuhan selalu bermunculan setiap saat. Selain penyakit-penyakit yang sudah sering menimbulkan masalah setiap musim tanam, sering dijumpai penyakit-penyakit yang belum dikenal sebelumnya. Sering timbul pertanyaan mengapa sekarang terdapat lebih banyak penyakit tumbuhan daripada waktu yang silam.

Tanaman yang sakit menyebabkan pertumbuhan danperkembangannya tidak normal. Penyakit tanamandisebabkan oleh mikroorganisme misalnya jamur, virus, dan bakteri. Selain itu penyakit tanaman dapat disebabkan karena kekurangan salah satu atau beberapa jenis unsur hara.

Ciri-ciri penyakit antara lain sebagai berikut :

  • Penyebab penyakit sukar dilihat oleh mata telanjang.
  • Penyebab penyakit antara lain mikroorganisme (virus, bakteri, jamur
  • atau cendawan) dan kekurangan zat tertentu dalam tanah.
  • Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman
  • mati secara perlahan-lahan.

Beberapa kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit baru adalah:

  • Penyebaran yang lebih meluas dari suatu penyakit (lama).

Semakin maju dan luasnya aktivitas perdagangan dan pengangkutan bahan-bahan tanaman memungkinkan pemasukan penyakit dari daerah lain melalui bahan-bahan tanaman tersebut. Jika suatu tanaman memasuki suatu daerah baru, cepat atau lambat penyakit-penyakitnya akan berkembang juga. Pada awal tahun 1950 di Indonesia berkembang penyakit baru pada daun teh yaitu cacar daun teh (Exobasidium vexans). Penyakit tersebut telah dikenal lama di perkebunan teh di Srilanka dan India Selatan, yang kemungkinan sumber infeksinya berasal dari daerah Assam di India Timur Laut.

  • Penggunaan varietas tanaman yang baru.

Perbaikan varietas tanaman seringkali diupayakan untuk mendapatkan jenis tanaman yang memberikan hasil yang tinggi, baik kuantitas maupun kualitas. Dalam hal ini seringkali sifat-sifat lainnya dikesampingkan, termasuk sifat ketahanan terhadap hama dan penyakit. Bertambahnya tanaman yang rentan di dalam suatu populasi tanaman akan menyebabkan bertambah besarnya kerugian karena penyakit tertentu. Selain itu memungkinkan munculnya jenis penyakit baru yang disebabkan oleh munculnya strain (ras) baru dari suatu patogen.

  • Perubahan cara bercocok tanam.

Intensifikasi pertanian merupakan upaya untuk mencukupi kebutuhan makanan penduduk. Penanaman secara intensif mencakup antara lain penanaman satu jenis tanaman pada hamparan yang luas (monokultur), pengairan dan pemupukan yang lebih tinggi, jarak tanam yang lebih rapat, dan sering digunakan jenis tanaman dengan daya hasil tinggi meskipun rentan terhadap hama dan penyakit. Tindakan tersebut sangat mempengaruhi kemampuan penyakit untuk berkembang. Intensifikasi perkebunan karet di Brasil menimbulkan munculnya penyakit hawar daun Amerika Selatan (South American leaf blight/SALB) yang disebabkan oleh Microcyclus ulei. Penyakit tersebut tidak pernah menimbulkan masalah ketika tanaman karet masih berada di habitat asalnya, yaitu hutan-hutan di Amazon.

Tanda-tanda tanaman yang terkena penyakit adalah sebagaiberikut :

  • Layu, tanaman yang layu karena sakit berbeda dengan yang kekurangan air. Kamu dapat mengujinya dengan menyiram tanaman dengan air. Jika tanaman tetap layu setelah disiram air, kemungkinan ada bagian akar dan jaringan dalam batang yang rusak oleh bakteri atau virus.
  • Rontok, bila kerontokan terjadi pada daun, ranting, buah, dan bunga secara bersamaan dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut menderita sakit. Penyebabnya dapat karena parasit, nonparasit, atau serangan hama.
  • Perubahan warna, misalnya daun menjadi berwarna kuning, redup, atau hijau pucat dalam jumlah banyak mengindikasikan bahwa tanaman itu sakit. Tetapi perubahan warna pada daun juga dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil atau karena kekurangan cahaya matahari.
  • Daun berlubang, biasanya diawali oleh bercak berbentuk lingkaran, kemudian kering dan terbentuk lubang.
  • Kerdil, terjadi pada daun, buah, atau bagian lainnya.
  • Daun mengeriting
  • Busuk pada batang, daun, atau buah Semai roboh

Agen penyebab penyakit tanaman dapat berupa agen biotik dan agenabiotik. Agen Biotik (biologi)tersebut adalah organism pathogen,terutama dari golongan bakteri, jamur, virus,benalu,dan cacingnematode. Organisme patogen menimbulkan penyakit dengan carasebagai berikut:

  • Menyerap zat makanan atau isi sel secara terus-menerus sehinggatumbuhan inang menjadi lemah.contohnya adalah bakteri, benalu,nematoda, dan virus.
  • Membunuh sel atau merusak aktifitas metabolism sel inang dengancara mengeluarkan zat,seperti enzim atau racun (toksin) ke dalamsel inang.contohnya adalah jamur penyebab layu daun padakentang (Phythophthora infestant) dan jamur penyebab gosongpada biji jagung (Ustilago maydis)
  • Menganggu transportasi zat makanan,mineral,dan air padapembuluh angkut inangnya. Contohnya adalah jamur penyebab layudaun pada tomat (Fusariom axysporum)
  • Menghalangi proses fotosintesis.

Agen abiotik terdiri atas berbagai faktor, diantaranya:

  • Suhu yang ekstrim,seperti sangat panas atau sangat dingin,
  • Kekurangan air atau kelebihan air,
  • Kekurangan atau kelebihan cahaya,
  • Kekurangan oksigen,
  • Polusi udara,
  • Kekurangan zat hara,
  • Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa, dan
  • Keracunan obat-obat kimia, seperti insektisida, fungisida,nematisida, molusisida.

2.3 JENIS-JENIS PENYAKIT TUMBUHAN

2.3.1 Jamur

           Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.

           Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.

Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula-mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.

     

Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur :

  • Penyakit Antraknosa, yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici.
  • Penyakit garis kuning pada daun, yang disebabkan oleh cendawan yang bernama Fusarium oxysporum.
  • Penyakit Batang Dry Basal Rot, yang disebabkan oleh cendawan Ceratocyctis paradoxa
  • Penyakit busuk tandan (bunch rot), yang disebabkan oleh cendawan Marasmius palmivorus sharples.

2.3.2 Bakteri

             Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama-kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.

     

Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri :

  • Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), yang disebabken oleh bakteri Candidatus Liberibacter asiaticus.
  • Penyakit hawar daun tanaman padi, yang disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae.
  • Penyakit Nematoda, yang disebabkan oleh bakteri Nematoda rhadinaphelenchus cocophilus.

2.3.3. Virus

           Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan.

Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus :

  • Virus TMV (Tobacco Mozaik Virus) penyebab mozaik pada daun
    tembakau menimbulkan bercak-bercak putih, menyerang permukaan atas daun tembakau.
  • Virus Tungro menyebabkan penyakit kerdil pada padi. Penularan virus ini dengan perantara wereng coklat dan wereng hijau.

2.3.4 Alga (Ganggang)

           Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan.

     

Contoh penyakit yang disebabkan oleh Alga (Ganggang):

  • Penyakit Karat Merah, yang disebabkan oleh ganggang Cephaleuros heningsii, Schm.

BAB III

PENGERTIAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Pada tanaman perkebunan sering dijumpai berbagai jenis serangga. Tidak semua jenis serangga tersebut berstatus hama. Beberapa jenis di antaranya justru merupakan serangga berguna, misalnya penyerbuk dan musuh alami (parasitoid dan predator).

Hama dan penyakit  merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor pengendalian ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak menimbukan kerugian besar.

PHT merupakan paduan beberapa cara pengendalian diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat ditetapkan.Di antara serangga-serangga hama, ada yang dikelompokkan sebagai hama utama karena memiliki potensi biotik (daya reproduksi, daya makan atau daya rusak, dan daya adaptasi) yang tinggi.

Hama tersebut selalu mengakibatkan kehilangan hasil panen yang relatif tinggi sepanjang tahun, bahkan sering dilaporkan mengalami eksplosi, apabila kondisi lingkungan mendukung. Untuk mengendalikannya, petani pada umumnya menggunakan pestisida (kimiawi) yang diaplikasikan secara terjadual dengan frekuensi tinggi, tanpa memperhatikan keadaan populasi di lapang.

Penggunaan insektisida menjadi berlebihan sehingga seringkali tidak mengenai sasaran, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap pendapatan petani, maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama. Cara tersebut dilakukan karena belum tersedia cara pengendalian lain yang efektif dan tidak berdampak negatif di tingkat petani.

3.I PRINSIP PENERAPAN PHT

Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis.

Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.

Pengendalian Hama Terpadu dalam bidang pertanian dapat menjaga keragaman  organisme pengganggu tanaman tanpa memusnahkan organisme pengganggu tanaman semuanya.Pengendalian hama terpadu berbeda dengan pengendalian hama secara konvensional yang saat ini masih banyak dipraktekkan. Dalam PHT, tujuan utama bukanlah pemusnahan, pembasmian atau pemberantasan hama. Melainkan berupa pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah aras yang tidak mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Strategi PHT bukanlah eradikasi, melainkan pembatasan (containment).

Program PHT mengakui bahwa ada suatu jenjang toleransi manusia terhadap populasi hama, atau terhadap kerusakan yang disebabkan oleh hama. Dalam keadaan tertentu, adanya invidu serangga atau binatang kemungkinan berguna bagi manusia. Pandangan yang menyatakan bahwa setiap individu yang ada di lapangan  harus diberantas,  tidak sesuai dengan prinsip PHT. Pengendalian hama dengan PHT disebut pengendalian secara multilateral, yaitu menggunakan semua metode atau teknik pengendalian yang dikenal.

PHT tidak bergantung pada satu cara pengendalian tertentu, seperti memfokuskan penggunaan pestisida saja, atau penanaman varietas tahan hama saja. Melainkan semua teknik pengendalian sedapat mungkin dikombinasikan secara terpadu, dalam suatu sistem kesatuan pengelolaan. Disamping sifat dasar yang telah dikemukakan, PHT harus dapat dipertanggungjawabkan secara ekologi. Dan penerapannya tidak  menimbulkan kerusakan lingkungan yang merugikan bagi mahluk berguna, hewan, dan manusia, baik sekarang  maupun pada masa yang akan datang.

Ada 4 (empat) prinsip penerapan PHT, yaitu :

  • Budidaya tanaman sehat
  • Pelestarian dan pendayagunaan musuh alami
  • Pengamatan mingguan secara teratur
  • Petani berkemampuan melaksanakan dan ahli PHT.

Petani sebagai ahli PHTmerupakan tujuan penerapan agar petani memiliki kemampuan dan kemauan untuk menetapkan tindakan pengendalian sesuai prinsip PHT dan berdasarkan hasil pengamatan. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani adalah latihan dan pemberdayaan petani.(PHT) menggabungkan berbagai macam pengendalian hama, untuk:

  • Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama.
  • Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi.
  • Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan

yang sudah terjadi.

Setiap bagian dalam lingkungan berkaitan erat dengan setiap bagian lainnya, termasuk manusia. Apa yang terjadi pada satu bagian dari sistem atau lingkungan akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya dari sistem atau lingkungan tersebut. Ini adalah filosofi yang penting dalam PHT dan masa depan yang berkelanjutan. Jadi, untuk berhasilnya PHT kita haruslah memahami bagaimana setiap bagian dalam sistem bekerja dan bagaimana mereka saling bekerjasama. (Misalnya, tanah, serangga, tanaman dan pepohonan, burung, binatang, air, manusia, teknologi).Sistem PHT akan membantu untuk:

  • Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena lahan akan merawat dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya local.
  • Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan.
  • Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan.
  • Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim.
  • Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya.
    Pengendalian Hama Terpadu dapat diterapkan di kebun rumah skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan pertanian skala besar seperti padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk keseluruhan sistem.

Untuk menjadi sehat dan kuat, tanaman membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh,yang meliputi:

  • Tanah yang subur
  • Air yang cukup.
  • Sinar matahari yang cukup.

Jenis tanaman yang satu dengan yang lainnya membutuhkan kondisi yang berbeda-beda. Beberapa jenis tanaman menyukai tanah yang sangat kering, beberapa menyukai tanah yang lembab, beberapa menyukai tempat yang teduh, beberapa menyukai sinar matahari yang berlebihan dan lain-lain. Ada berbagai macam musim mikro dalam setiap lahan, jika tanaman cocok dengan kondisi yang dibutuhkan, mereka akan tumbuh dengan baik dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit.

  • METODE PENGENDALIAN OPT

Artinya pengendalian hama dan penyakit menggunakan alat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

  • Handpicking : mencari hama, ditangkap kemudian dibunuh.
  • Menangkap dengan perangkap / alat pengumpul atau alat

pengisap

  • Menghalangi dengan tirai.
  • Menghancurkan dengan alat, misalnya alat pemukul untuk

membunuh tikus.

Cara Kulturteknis Yaitu pengendalian hama dan penyakit dengan cara teknik budidaya tanaman. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :

  • Teknik bercocok tanam.
    • Pengolahan tanah.
    • Penutup mulsa / jerami.
    • Jarak tanam.
    • Tanaman perangkap.
  • Pengaturan pola tanam.
  • Pergiliran tanaman.
  • Tanam serempak atau panen serempak.
  • Sanitasi lingkungan.
  • Penggunaan varietas tahan.

Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan musuh alami dari hama tersebut. Musuh alami yang di gunakan dapat berupa : Predator, parasit larva, parasit telur.

Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan bahan kimia (Pestisida) baik pestisida organik maupun pestisida anorganik (buatan).

Yang dimaksud karantina tumbuhan ialah suatu tindakan yang sah yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha mencegah pemasukan dan penyebaran hama/penyakit dari luar maupun dalam negeri.

Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik.

Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.

Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi.

Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti.

Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.

a.Predator (pemangsa).

Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya.

Aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman.

Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satu-satunya alat yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan.

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.

b.Parasitoid

Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.

Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya.

Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.

  1. Patogen (mikroorganisme penyebab penyakit)

Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang. Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.

BAB IV

 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI

Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT) didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus (berkelanjutan) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Kegiatan pengendalian diprioritaskan awal tanam (pengendalian dini) untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat pada stadia generatif padi. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama (berkelompok) dan terkoordinasi secara luas (hamparan).

  1. Langkah – langkah pengendalian:
  • Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)
  • Periode bera/pengolahan tanah. Dilakukan gropyokan massal atau berburu tikus oleh semua anggota kelompok tani. Kegiatan tersebut  dapat berupa pembongkaran sarang tikus pada habitat utama seperti tanggul irigasi, jalan, rel kerata api, lahan kosong dan lainnya. Apabila populasi tikus sangat tinggi dapat digunakan rodentisida, baik jenis akut atau antikoagulan sesuai anjuran.
  • Periode persemaian. Pada daerah endemik tikus, persemaian padi agar dilindungi pagar pelastik dan dipasang dua bubu perangkap untuk persemaian berukuran  10 m x 10 m. Pada musim kemarau disarankan dipasang bubu perangkap (Trap Barrier System = TBS) ukuran 15 m x 15 m untuk setiap 15 ha ditetapkan di dekat habitat utama tikus dan dilakukan pengambilan tangkapan tikus setiap hari sampai panen.
  • Periode padi  vegetatif. Sanitasi gulma pada habitat tikus, baik yang ada di hamparan sawah maupun di sekitar sawah agar tidak digunakan sebagai sarang tikus. Dilakukan pengendalian secara mekanis, rodentisida bila populasi masih tinggi, pasang (Linier  Trap Barrier System = LTBS) di dekat habitat utama dan dipindahkan setiap 5 hari, serta lakukan fumigasi sarang tikus.
  • Periode padi generatif.  Lakukan fumigasi asap belerang pada setiap sarang aktif tikus, sanitasi gulma pada habitat utama dan pasang LTBS  di dekat habitat utama secara periodik.
  • WERENG  COKLAT
  • Gunakan varietas tahan wereng coklat berdasarkan biotipe di wilayah sebagai acuan lihat di deskripsi varietas.
  • Gunakan berbagai cara pengendalian mulai dari penyiapan lahan, tanam teratur (jajar legowo), pengairan  intermitten, takaran pupuk sesuai BWD. Monitor pertanaman paling lambat 2 minggu sekali, untuk mengetahui tingkat predator dan hamanya supaya tetap seimbang.
  • Bila perkembangan hama wereng terus meningkat  (hubungan musuh alami dan hama tidak seimbang):

Bila populasi hama di bawah ambang ekonomi gunakan insektisida botani atau jamur ento-mopatogenik (Metarhizium annisopliae atau Beauveria bassiana). Bila populasi hama di atas ambang ekonomi gunakan insektisida kimiawi yang direkomendasi.

  • Ada 6 spesies penggerek batang yang menjadi hama padi, 4 diantaranya merupakan spesies yang paling banyak dijumpai dan dominasinya tergantung pada daerah penyebarannya.
  • Hama ini harus diamati intensif sejak persemaian sampai dengan panen. Kalau populasi tinggi dapat diberantas dengan insektisida butiran (karbofuron, fipronil) dan insektisida cairan (dimehipo, bensultap, amitraz dan fipronil).
  • Insektisida butiran diaplikasi bila genangan air dangkal dan insektisida cair disaat genangan air tinggi. Insektisida cair diaplikasikan pada fase generatif apabila populasi tangkapan ngengat 100 ekor/minggu pada perangkap feromon, atau 300 ekor/minggu pada perangkap lampu.
  • Penangkapan ngengat jantan dengan memasang perangkap feromon 9-16 perangkap setiap hektar  atau mengamati spesies dominan.
  • Saat panen, tunggul jerami dipotong rendah supaya hidup larvanya terganggu.

Pengendalian yang paling utama ialah mencegah introduksi keong mas pada areal baru. Apabila keong masuk ke dalam areal sawah baru, akan berkembang cepat terutama pada lahan yang selalu tergenang dan akan  sukar dikendalikan. Pengendalian keong mas, sebaiknya dilakukan dengan berbagai cara pengendalian secara terpadu (PHT) dan berkesinambungan. Walaupun tanaman sudah besar (lebih dari 30 hari), pengendalian harus tetap dilaksanakan. Hal tersebut untuk mencegah serangan pertanaman musim berikutnya dan juga di lahan sawah sekitarnya.

  • Usahakan tanam serentak minimal 20 ha
  • Gunakan varietas tahan virus  tungro atau tahan serangga penular wereng  hijau
  • Buat persemaian setelah lahan dibersihkan. Buang tanaman padi yang terinfeksi agar tidak menjadi  sumber virus.
  • Tanam Jajar Legowo
  • Kendalikan serangga wereng hijau penular virus dengan insektisida kimiawi yang direkomendasikan bila saat tanaman umur kurang dari sebulan setelah tanam ditemukan 1 tanaman terserang dari 1.000 rumpun tanaman.
  • Sawah jangan dikeringkan.
  • PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB)
  • Gunakan pupuk  N  tidak berlebih tetapi sesuai kebutuhan tanaman
  • Gunakan varietas tahan
  • Lakukan rotasi tanam. 

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA