Apa yang dimaksud dengan rohingya

Siapa sebenarnya Etnis Rohingya Itu?

Muslim Rohingya sejak lama dipandang sebagai minoritas yang paling tertindas di dunia. Sekalipun mereka punya sejarah lama di Myanmar, etnis Rohingya yang umumnya Muslim tidak pernah diakui secara resmi oleh pemerintah, yang menganggap mereka sebagai imigran gelap dari negara tetangga Bangladesh. Mereka juga mengalami diskriminasi ekstrim dalam kehidupan bermasyarakat maupun pemerintahan di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha.

Seberapa banyak jumlah Rohingya?

Lebih dari satu juta warga Rohingya diperkirakan menetap di Myanmar – persentase yang relatif kecil di negara yang penduduk keseluruhannya berjumlah 53 juta orang; tetapi, setiap hari populasi Rohingya semakin kecil, karena mereka terus berbondong-bondong menyelamatkan diri dari kekerasan dan penindasan di negara-bagian Rakhine, Myanmar Barat. Menurut angka PBB, sekitar 370,000 orang Rohingya telah masuk ke Bangladesh sejak akhir bulan lalu, ketika kekerasan terbaru berkobar.

Sudah berapa lamakah etnis Rohingya hidup di Myanmar?

Banyak warga etnis Rohinya dapat menunjukkan bukti bahwa keluarga mereka sudah beberapa generasi menetap di Myanmar, tetapi pemerintah tidak mencantumkan Rohingya sebagai salah satu dari 135 etnis yang resmi diakuinya. Sebaliknya, pemerintah Myanmar menyebut Rohingya sebagai “Bengali” dan tidak hentinya-hentinya mengumandangkan persepsi yang tidak akurat bahwa semua Rohingya masuk ke Myanmar secara gelap dari Bangladesh. Oleh karena itu mereka secara teknis merupakan salah satu salah satu kelompok terbesar di dunia yang tidak punya kewarganegaraan.

Apakah ada lagi hak lainnya yang tidak dinikmati oleh Rohingya?

Etnis Rohingya tidak berhak mendapat kewarganegaraan berdasarkan Undang-undang Kewarganegaraan Myanmar tahun 1982. Sebagai akibatnya, hak-hak mereka untuk pendidikan, bekerja, berkunjung ke tempat-tempat lain, menikah, menjalankan agama mereka, dan akses ke layanan kesehatanpun sangat terbatas, menurut Amnesti Internasional. Banyak di antara mereka menetap di gubuk-gubuk kumuh mirip “kamp konsentrasi.” Baru-baru ini, PBB menggambarkan keadaan itu sebagai “genosida.”

Apa penyebab kerusuhan terbaru itu?

Kekerasan berkobar tanggal 25 Agustus 2017, ketika sekelompok militan Rohingya, bersenjatakan bom rakitan, pisau dan pentungan, menyerang puluhan pos polisi dan sebuah asrama tentara dalam apa yang mereka sebut sebagai langkah untuk melindungi etnis minoritas mereka dari penindasan. Lasykar Penyelamatan Rohingya Arakan (ARSA) yang dibentuk tahun lalu oleh Rohingya di pengasingan, menyatakan bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 12 personil keamanan itu.

Bagaimana pemerintah Myanmar menanggapi serangan tersebut?

Militer Myanmar melancarkan serangan balasan yang mencakup tembakan mortir, pembakaran dan pembunuhan semena-mena yang mengakibatkan setidaknya 400 orang tewas. Meski pihak militer membantah mereka menarget warga sipil, tapi pejabat tertinggi PBB untuk hak asasi manusia mengatakan operasi militer itu “jelas tidak sebanding.” Seorang pejabat pemerintah mengatakan 176 desa Rohingya kini menjadi kosong setelah penduduknya lari menyelamatkan diri dari kekerasan itu.

Seberapa sering terjadi kerusuhan?

Meskipun Rohingya menghadapi diskriminasi dari pihak pemerintah maupun dari masyarakat selama puluhan tahun, kekerasan telah semakin memburuk dalam beberapa tahun ini. Pasca salah satu kerusuhan besar tahun 2012, ketegangan antara penganut agama Buddha dan Muslim berkurang. Ketegangan kadang-kala meluap, dan bersamaan dengan peningkatan dalam perasaan nasionalistik Buddha garis keras, telah mengakibatkan beberapa gelombang serangan anti-Muslim.

Bagaimana dunia menanggapi krisis tersebut?

Pemerintahan negara-negara barat, dan juga di negara-negara yang mayoritas Muslim, telah meningkatkan tekanan pada pemerintahan Myanmar supaya menghentikan pertumpahan darah itu dan memberi hak-hak setara bagi Rohingya. Mereka khususnya mengritik pemimpin de fakto Myanmar, Aung San Suu Kyi, yang mengatakan masalah internasional atas Rohingya dibesar-dibesarkan. Beberapa negara tetangga Myanmar, termasuk India dan Tiongkok, mendukung kampanye militer itu, dengan mengatakan Myanmar berhak sepenuhnya untuk mengamankan “stabilitas” wilayahnya. [is]

Etnis Rohingya bagai berada di ujung tanduk. Bangladesh yang selama ini menampung pengungsi mengatakan sudah tidak sanggup lagi, sedangkan Pemerintah Myanmar layaknya buaya buas yang siap menerkam etnis Rohingya yang akan kembali pulang ke Arakan. Telah banyak jiwa yang terenggut, tubuh yang terluka dan rumah yang terbakar. Akankah kita hanya diam menyaksikan? Mari, pahami dan ulurkan tangan kita bagi etnis Rohingya yang menderita.

Pengungsi Rohingnya membawa anak balitanya menyeberangi perbatasan Bangladesh (Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters)

Jakarta - Puluhan tahun sudah penduduk muslim Rohingya hidup terlunta-lunta dalam bayang-bayang ketakutan. Mereka tinggal di wilayah Arakan, bagian dari Rakhine- di Myanmar Barat yang berbatasan langsung dengan Bangladesh. Rohingya berasal dari kata Rohai atau Roshangee yang berarti penduduk muslim Rohang atau Roshang, sebutan untuk daerah tersebut sebelum dinamai Arakan. Sejak 1942 mereka mengalami upaya pengusiran dari wilayah Arakan. Saat itu terjadi pembantaian muslim Rohingya oleh pasukan pro Inggris. Sedikitnya 100 ribu muslim Rohingya tewas dan ribuan desa hancur dalam tragedi tersebut. Sejak itu muslim Rohingya hidup dalam ketakutan.

Pengungsi Rohingya (Foto: Reuters)

Komunitas muslim mendiami wilayah Arakan (kini Rakhine) pada abad XIV. Tepatnya di Kerajaan Mrauk U yang dipimpin oleh raja Buddhis bernama Narameikhla atau Min Saw Mun. Sebelumnya, selama 24 tahun, Narameikhla diasingkan di kesultanan Bengal. Atas bantuan Sultan Bengal yang bernama Nasirudin, dia mendapatkan takhta di Arakan. Kesultanan Bengal adalah sebuah kerajaan Islam pada abad pertengahan yang didirikan di Bengal pada 1342. Daerah kekuasaan kesultanan ini mencakup wilayah negara Bangladesh saat ini, India bagian Timur, dan bagian Barat Myanmar. Setelah mendapat takhta di Arakan, Narameikhla mengucapkan Syahadat dan ganti nama jadi Suleiman Shah. Dia kemudian membawa orang-orang Bengali untuk membantu administrasi pemerintahannya. Lalu terbentuklah komunitas Muslim pertama di Arakan kala itu. Pada 1420, Arakan memproklamirkan diri sebagai kerajaan Islam merdeka di bawah Raja Suleiman Shah. Kekuasaan Arakan yang Islam itu bertahan hingga 350 tahun. Pada 1784, Arakan kembali dikuasai oleh Raja Myanmar. Tahun 1824, Arakan menjadi koloni Inggris. Sejak itulah populasi Islam di kawasan Arakan perlahan-lahan berkurang. Orang Rohingya bukan satu-satunya kelompok etnis yang beragama muslim di Myanmar. Mereka ada yang keturunan Arab, Moor, Pathans, Moghuls, Bengali dan Indo-Mongoloid. Situasi buruk umat Islam Rohingya terjadi saat Perang Dunia Kedua saat Myanmar (Birma) dijajah Inggris. Selama pemerintahan Inggris dari 1824 -1942 Arakan diizinkan memiliki tingkat otonomi daerah sendiri. Ketika itu Arakan relatif aman dan hanya ada beberapa insiden pemberontakan yang tercatat. Pada 1942, pasukan Jepang menyerang Birma dan Inggris mundur sehingga menyebabkan kekosongan besar dalam kekuasaan dan stabilitas. Saat itulah terjadi kekerasan komunal antara Muslim Rakhine dan Rohingya. Terjadi pembantaian berikutnya dari kedua belah pihak sehingga memaksa Muslim Rohingya migrasi besar ke Bengal. Setelah Burma merdeka pada Januari 1948, ketegangan antara pemerintah dengan Muslim Rohingya berlanjut dengan gerakan politik dan bersenjata. Sekitar 13.000 orang Rohingya mencari perlindungan di kamp pengungsian India dan Pakistan. Hal inilah yang menyebabkan mereka ditolak hak warga negaranya untuk kembali ke Birma dan terjadilah penolakan terhadap Muslim Rohingya. Sejak periode itulah Muslim Rohingya menyandang status manusia tanpa negara. Sejak Birma merdeka pada 1948, Muslim Rohingya dikucilkan dalam hal pembangunan bangsa. Pada 1962 Jenderal Ne Win mensistematiskan penindasan terhadap Rohingya dengan membubarkan organisasi politik dan sosial mereka. Pasukan pemerintah Birma mengusir ribuan Muslim Rohingya secara brutal disertai pembakaran pemukiman, pembunuhan dan pemerkosaan. Warga Muslim Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh untuk mendapatkan perlindungan. Hingga 1978 tercatat lebih dari 200 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke negara itu. Upaya pengusiran Muslim Rohingya dari wilayah Arakan terus dilakukan pemerinah Birma yang kini menjadi Myanmar. Ribuan Muslim Rohingya berusaha mengungsi ke sejumlah negara. Naas tak semua negara mau menerima mereka. Bangladesh, negara tetanga terdekat juga menolak memberikan suaka kepada Muslim Rohingya. Data Human Right Watch menyebut antara 2012 hingga 2014 ada 300 ribu warga Muslim Rohingya terusir dari Myanmar. Tahun 2012, muncul gerakan Rohingya Elimination Group yang didalangi oleh kelompok ekstremis 969. Tak kurang dari 200 jiwa dan 140.000 warga Rohingya lainnya dipaksa tinggal di kamp-kamp konsentrasi yang tidak manusiawi.Selama Agustus kemarin kekerasan kembali dialami Muslim Rohingya. Tak kurang sekitar 18 ribu etnis yang tidak diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar mengungsi ke Bangladesh. Pemerintah Myanmar berdalih melakukan operasi militer setelah terjadi serangan kelompok pemberontak ARSA (Tentara Pembebasan Arakan Rohingya) pada Kamis pekan lalu ke pos-pos tentara di Rakhine. (erd/jat)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA