Apa fungsi angklung pakai atau hias

Orang banyak mencari di Google search mengenai kata kunci Angklung dan banyak sekali website atau blog yang mengunggah artikel dengan judul angklung. Apakah anda tahu bahwa alat musik yang diberi nama Angklung ini adalah alat musik multitonal (bernada ganda) artinya ketika dibunyikan terdengar dua sampai 3 suara dalam satu nada yang bunyinya berbarengan. Nadanya tetap satu, bukan seperti akor dalam musik. Angklung yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, cara memainkan angklung adalah dengan menggetarkan untuk menghasilkan bunyi. 


Perubahan Fungsi Angklung
Angklung dulu dipakai sebagai tanda waktu sembahyang oleh agama Hindu. Dengan berjalannya waktu angklung justru dipakai sebagai alat musik untuk membangkitkan pasukan saat perang Bubat.

Masyarakat sunda dulu dalam mengolah pertanian selalu ada ritual kecil tolak balak. Artinya adalah memohon sang pencipta untuk menjauhkan diri dari segala mara bahaya yang akan merugikan manusia. Dalam ritual ini ternyata masyarakat sunda menggunakan Angklung sebagai alat atau media untuk ritual ini. Harapan mereka adalah agar tidak ada hama dalam musim padi atau musim tanam. dan akhirnya mendapat hasil panen yang melimpah ruah.

Cara Membuat Angklung
Sebelumnya sediakan bambu, sebab bambu adalah bahan baku dari Angklung. Dipilih berdasarkan usia yaitu minimal 4 tahun dan tidak lebih dari 6 tahun dan dipotong pada musim kemarau dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore hari. Setelah memotong dasar dari pohon bambu, dengan ukuran kurang lebih 2-3 jengkal dari permukaan tanah, bambu harus disimpan selama sekitar 1 minggu, sehingga bambu benar-benar tidak berisi air. Sebab kalau lembab bambu tersebut, maka suara angklung tidak bisa nyaring.


Tunggu selama satu minggu kemudian setelah seminggu, bambu harus dipisahkan dari cabang-cabangnya, kemudian dipotong menjadi berbagai ukuran tertentu. Hal ini dilakukan agar nantinya memudahkan untuk proses pengasapan, perendaman atau penambahan cairan kimia.

Kemudian, bambu harus disimpan selama sekitar satu tahun untuk mencegah dari gangguan hama. Beberapa prosedur yang dilakukan adalah dengan cara merendam bambu di genangan lumpur, kolam atau sungai, (jawa;Peceren) juga bisa dengan cara diasapi di perapian (diunun), dan prosedur modern: dengan menggunakan formula cairan kimia tertentu dengan cara dioles atau direndam.



Angklung terdiri dari 3 bagian:


Tabung Suara 

Bagian terpenting dari suatu Angklung adalah tabung suara yang menghasilkan intonasi. Proses setem untuk dapat menghasilkan intonasi. Tidak mudah memang, namun jika kita memiliki Keyboard akan lebih mudah menentukan nadanya.

Kerangka


Kerangka tabung untuk tempat berdirinya tabung angklung. Kerangka ini harus standar untuk kapasitas jumlah tabung angklung nya. Jika butuh pemasangan dua tabung angklung, maka kerangka disesuaikan dengan besarnya tabung angklung

Dasar


Berfungsi sebagai kerangka tabung suara.


Proses Penyeteman
Pembentukan tabung suara 

Ini adalah proses membentuk bambu menjadi sebilah tabung suara.

Proses Penyeteman


Ini adalah proses meniup bagian bawah tabung angklung dan menyamakan suaranya ke alat tuner atau bisa menyamakannya dengan nada-nada yang ada di keyboard. Hal ini dilakukan agar menghasilkan suara angklung dengan nada standar Internasional.

Proses utama dari penyeteman


Ini adalah proses penyeteman suara dengan meninggikan dan menurunkan nada dengan membunyikan nadanya. Dan ini juga merupakan proses meninggikan nada dengan memotong bagian atasnya sedikit, dan menurunkan nada dengan menyerut kedua sisi bilah tabung dengan pisau.





Tahap Akhir
Setelah masing-masing tabung suara memiliki nada, tabung harus diletakkan ke dalam rangka dan diikat dengan tali rotan.

Pemeliharaan


Menala / Men-stem Angklung




Apabila suara Angklung menjadi lebih tinggi, hendaknya daun Angklung (sisi A) diraut dengan pisau raut sedikit demi sedikit hingga mencapai suara yang dikehendaki.



Apabila suara Angklung menjadi lebih rendah, hendaknya ujung Angklung (sisi B) dipotong sedikit demi sedikit sehingga suaranya menjadi normal kembali.


Penyimpanan dan Pemeliharaan Angklung

Untuk dimaklumi bahwa Angklung terbuat dari bahan bambu, konstruksi atau kekuatannya tidak seperti bahan logam, sehingga perlu pemeliharaan dan penyimpanan yang baik. Angklung yang baik terbuat dari bahan bambu yang telah melewati proses quality control yang baik. Lama penyimpanan bambu sebelum diproses menjadi Angklung sedikitnya harus berumur satu tahun. Proses pengeringan bambu ini berfungsi agar Angklung yang dibuat menghasilkan suaranya tepat/nyaring dan tidak mudah terkena hama rayap. Usia Angklung apabila perawatannya baik dapat mencapai 10 tahun.

Berikut adalah langkah- langkah yang dapat dilakukan untuk memelihara instrumen Angklung:

  • Begitu Angklung tiba di tempat yang baru, segeralah buka dan gantungkan pada tiang standard yang telah disediakan. Penyimpanan dalam kardus/tempat tertutup lebih dari 7 hari dapat mengakibatkan perubahan suara dan penjamuran pada bambu.
  • Penyimpanan Angklung sebaiknya dengan cara digantung, tidak ditumpuk.
  • Penyimpanan Angklung haruslah di tempat kering dan tidak lembab dengan temperatur berkisar 25 – 33 C.
  • Jangan simpan Angklung di tempat terbuka yang mendapatkan sinar matahari/hujan secara langsung.
  • Untuk memelihara Angklung dari penjamuran dan rayap, gunakan obat anti rayap dan jamur produksi SAU secara teratur 2 minggu sekali dengan proses penyemprotan.
  • Untuk menjaga kualitas suara lakukanlah penalaan/re-tuning Angklung secara berkala.
  • Bagi Angklung yang disimpan di daerah panas dengan suhu temperatur >30 C terkadang menyebabkan sedikit retak pada pangkal tabung. Hal ini tidak mengganggu suara, dan penanganannya cukup diberikan lem kayu. (sumber: angklung ujo)  

Page 2

albantani 21:18:00

Alat Musik Tradisional Angklung - Jawa barat memiliki seni pertunjukan cukup banyak yang tumbuh dan berkembang tersebar di berbagai pelosok. Jenis-jenis pertunjukan tersebut meliputu seni karawitan, seni tari, dan seni drama. Tidak sedikit seni pertunjukan daerah tersebut yang berkembang pesat seiring dengan perkembangan masyarakat penduduknya sehingga dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dan berbagai bangsa di Dunia. Salah  satu seni pertunjukan tanah priangan yang sudah terkenal adalah pertujukan Angklung.

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Sebagaimana dikemukakan oleh Atik Soepandi, angklung adalah waditrayang terbuat dari bambu dengan tabung suara sebagai resonator. Kita patut berbangka karena Angklung sudah terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

Tidak mudah untuk mementukan sejak kapan seni pertunjukan angklung ada di daerah jawa barat, dari mana asalnya, dan siapa penciptanya, karena belum ada data yang akurat tentang hal ini. Namun jika dilihat dari sejarah perkembangan seni pertunjukan daerah Jawa Barat, ada kecendrungan angklung yang berkembang dewasa ini berasal dari Jawa barat, hasil dari kreativitas seniman daerah Jawa Barat di masa lampau.

Angklung merupakan salah satu jenis seni pertunjukan yang telah lama hidup di daerah Jawa Barat. Selama keberadaannya, angklung telah mengalami berbagai perkembangan, bai hubungan dengan musikalitas, fungsi, teknis pertunjukan maupun daerah penyebarannya. Perkembangan musikalitas artinya perubahan nilai-nilai musik karena adanya penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat pemakaiannya. Perkambangan fungsi maksudnya perubahan-perubahan yang ada hubungannya dengan penggunaan angklung di masyarakat. Sebagai contoh dapat kita lihat pada awal  pertumbuhannya, aangklung hanya dipertunjukan sebagai sarana upacara penghormatan terhadap Dewi Sri, tetapi pada perkembangan selanjutnya juga sebagi seni tontonan atau hiburan. Yang dimaksud dengan perkembangan daerah adalah perluasan daerah penyebarannya, sekarang ini angklung tidak hanya dapat dijumpai di Jawa Barat saja, tapi di mana saja sudah ada bahkan sampai ke luar negri.

Perkembangan angkung yang tampak menonjol berawal dari adanya upaya Daeng Sutigna membuat angklung diatonis sekitar tahun 1938, beliaua dalah seorang guru di daerah Kuningan dan Cirebon. Beliau beranggapan bahwa angklung yang awalnya hanya dipakai untuk kegiatan pramuka dan kesenian lainnya dapat dipergunakan untuk menyajikan lagu-lagu diatonis yang cenderung banyak digemari oleh kalangan masa itu. Anggapan tersebut menjadi kenyataan, tahun 1946 Daeng Sutifna berhasil mempertunjukan hasil karyanya melalui pertunjukan  di Lingkar Jati, Kuningan.

Selama berkiprah di bidang Angklung, Daeng Sutigna mempunyai enam orang murid yaitu : Sanui, Hidayat Winitasasmita, Opan Sopandi Agam Ngadimin, Yahya Erawan, Dan Ujo Ngalagena. Orang-orang tersebut penerus setelah Daeng Sutigna yang melestarikan kebudayaan seni Angklung sampai sekarang ini. Bahkan Ujo Ngalagena spada tahun 1958 mendirikan Saung Angklung di daerah Padasuka Bandung. Meski pada awalnya Saung Angklung hanya sekedar tempat pembuatan angklung, namun setelah dikembangkan lagi Saung Angklung menjadi objek wisata budaya. Sekarang Saung Angklung semakin berkembang, tempat tersebut menjadi sebuah tempat pertunjukan-pertunjukan angklung dan tempat dimana jika kalian ingin belajar memainkan angklung sehingga  banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.


Dengan berkembang penyebarannya angklung pun sekarang banyak jenis-jenisnya, sesuai dengan tempat penyebarannya, sebagai contoh adalah Angklung Kanekes dari aduy , anglung reyog dari Ponorogo, angklung banyuwangi, angklung bali dan masih banyak lagi jenis lainnya. Persamaan jenis angklung tersebut dari bahan bakunya yaitu bambu, yang membedakannya adalah nada yang menjadi kekhasan daerah berasal masing-masing. Namun diluar itu semua kita patut bangga karena Angklung adalah Alat Musiktradisional milik indonesia yang sudah diakui oleh dunia.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA