Apa dasar ragam hias Batik Keraton dibuat

www.andelina.me - senantiasa selalu diberikan kesehatan. Postingan kali ini Ibu Guru akan membahas kesenian, tentang Sejarah Perkembangan Dan Penciptaan Motif Ragam Hias Batik Keraton Surakarta, Kami berkomitmen menghadirkan rangkuman yang mudah dipahami dan bermanfaat untuk pembaca, mari tingkatkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan.

Sejarah Perkembangan Dan Penciptaan Motif Ragam Hias Batik Keraton Surakarta – Pembuatan Batik pada zaman dahulu dilingkungan keraton dan dikerjakan oleh para putri yang berada di lingkungan keraton. Pembuatan batik kala itu dianggap sebagai kegiatan yang penuh dengan nilai kerohanian, pemusatan pikiran, kebersihan jiwa dan kesabaran juga permohonan serta petunjukan dan ridho Tuhan Yang Maha Esa. 

Proses penciptaan ragam hias batik sebagai karya seni budaya dengan nilai keindahan abadi, nilai lambang serta keterkaitan dengan latar belakang penciptaan, penggunaan serta penghargaan. 

Batik Keraton berciri dengan pola tradisional yang tumbuh dan berkembang di lingkungan keraton Jawa. Susunan ragam hias serta warna terkait erat dengan latar belakang kehidupan tertentu mulai dari, adat, kepribadian, pandangan hidup dan matra seni. 

Pembuatan Batik Kraton diciptakan dilingkungan keraton mulai dari penciptaan ragam hias hingga pencelupan akhir dan dibuat hanya untuk para keluarga raja. 

Seiring dengan perkembangan yang meningkat maka pembuatan batik dikerjakan oleh pengrajin batik dari luar keraton selain dengan putra dan putri abdi dalem keraton, sehingga berkembang menjadi industri di luar keraton. 

Keraton Surakarta adalah sebagai pusat kebudayaan Hindu – Jawa yang tercermin pada ciri batik mulai dari motif, aturan serta warna pemakai. Di Keraton Surakarta pemakai batik adalah sebagai penanda status sosial. 

Keunikan pada desain batik solo dihubungkan dengan kultur Hindu dan Jawa, misalnya :

  • – Simbol sawat dari mahkota atau kekuasaan tertinggi
  • – Simbol Meru dari gunung atau bumi
  • – Simbol Naga dari air
  • – Simbol Burung dari angin atau dunia bagian atas dan simbol Lidah Api dari api.

Desain motif tradisional yang dipakai pada acara penting misalnya :

Motif tersebut dipakai pada saat acara lamaran pengantin.

Batik keraton Surakarta berciri warna lembut, paduan warna harmonis yang terbuat dari bahan pewarna sintetis dan non sintetis sebagai pendukung pengembangan batik. 

Batik Terkenal di Istana Keraton Surakarta :

  • Parang Barong
  • Parang Curiga
  • Parang Sarpa
  • Ceplok Burba
  • Ceplok Lung Kestlop
  • Candi Luhur
  • Srikaton
  • Bondhet.

Semoga bermanfaat. 

Terima kasih atas kunjungannya, untuk berdiskusi tentang Sejarah Perkembangan Dan Penciptaan Motif Ragam Hias Batik Keraton Surakarta, silahkan tulis pada kolom komentar atau bisa menghubungi dengan klik menu kontak di blog ini, dan jangan lupa untuk share ke media sosial kalian ya ^-^, Sekian dari kami semoga bermanfaat, salam Pendidikan!

Artikel ini sudah publish dengan link //www.andelina.me/2018/09/sejarah-perkembangan-dan-penciptaan.html.


Disclaimer: Setiap artikel yang berhubungan dengan soal-soal beserta kunci jawabannya, bertujuan untuk membantu siswa belajar dalam persiapan menghadapi UTS/PTS maupun UAS/PAT di sekolah. Tidak ada unsur membocorkan soal yang sifatnya rahasia.

Traktir via QRIS Silahkan yang ingin mentraktir Admin, Dana akan digunakan untuk pengembangan website ini www.andelina.me, Terima kasih.

Batik dengan motif Ceplok, Cendrawasih, Kokrosono, dan Karung Buntal menjadi motif batik yang menjadi simbol kebangkitan industri batik di Yogyakarta pasca-gempa 2006.

Liputan6.com, Jakarta - Selamat Hari Batik Nasional! Memasuki satu dekade pengakuan batik sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO, sejauh apa yang Anda tahu tentang motif-motif batik legendaris?

Dalam buku Cerita Batik karya Iwet Ramadhan, motif pada batik selalu mengandung cerita yang ingin disampaikan sang pembatik. Cerita itu pula yang semestinya diturunkan dari generasi ke generasi agar setiap anak bangsa tetap memiliki karakter di tengah arus globalisasi.

Ada dua etika keutamaan dasar yang terkandung dalam setiap motif batik. Pertama, sepi ing pamrih yang berarti menahan diri dan tidak mementingkan diri sendiri. Kedua, rame ing gawe yang bermakna ketentuan-ketentuan yang berlaku di masyarakat terkait pangkat dan kedudukan dari warga masyarakat sendiri.

Dalam buku tersebut, kurang lebih 3.000 motif batik yang tercipta di negeri ini. Khusus untuk batik keraton atau batik pedalaman, motif yang tercipta menjadi legenda dan kaya cerita. Liputan6.com merangkum arti lima motif dasar pada batik keraton berikut ini.

1. Motif Ceplokan

Motif ceplokan biasanya terdiri dari motif-motif geometris, seperti lingkaran, kotak persegi empat, bujur sangkar, dan bintang. Motif-motif geometris itu terkadang dikombinasikan dengan motif lainnya, seperti bunga dan gerdo atau garuda.

Apabila diibaratkan dengan kehidupan manusia, motif ini merupakan sebuah harapan agar si pemakai dapat menjalani hidup dengan teratur. Motif ceplokan juga merupakan gambaran dari suratan takdir manusia. Keteraturannya menggambarkan bahwa hidup di dunia ini sudah ada aturan dan garisnya.

Pada zaman dahulu, batik motif ceplokan kebanyakan digunakan oleh aparat pemerintahan. Harapannya, mereka yang dipercaya menjalankan tugas akan bekerja dengan benar, jujur, dan mengutamakan rakyatnya.

Banyak sekali variasi motif ceplokan, tetapi salah satu yang paling sering ditemui adalah ceplok kawung. Konon, motif ini termasuk sebagai salah satu motif tertua yang pernah ada. Motif batik tersebut bisa dikatakan sebuah simbol kesempurnaan. Kosong merupakan simbol kenetralan jiwa, pikiran, dan tingkat pengendalian diri tertinggi.

Sebuah batik dibuat oleh seorang penjahit di Solo untuk Jokowi kampanye. Batik dibuat dengan pola Mega Mendung dan beberapa variasi warna.

Batik motif tambal. (dok. Buku Cerita Batik by Iwet Ramadhan/Dinny Mutiah)

Iwet menyebut motif tersebut sebagai motif magis. Kain motif tambal biasa dipakai saat seorang ibu melahirkan bayinya. Ketika proses persalinan selesai, ayah harus mencuci kain batik tersebut sampai bersih dan disimpan kembali dengan baik.

Motif batik tambal itu dipercaya memiliki efek menyembuhkan dan memperbaiki sesuatu yang rusak. Motif batik tersebut juga merupakan penggambaran tanggung jawab dan pengorbanan orangtua.

Dalam budaya Jawa, tanggung jawab orangtua, terutama ayah, baru selesai ketika anaknya menikah. Selama si anak belum menikah, semua tanggung jawab masih berada di pundak kedua orangtua, terutama sang ayah.

Salah satu motif tambal yang populer adalah motif batik tambal sekar jagad. Motif tersebut hanya digunakan oleh orang-orang yang bijaksana lantaran motif tersebut merupakan simbol dari kebijaksanaan.

Batik motif parang. (dok. Buku Cerita Batik by Iwet Ramadhan/Dinny Mutiah)

Kedua motif itu yang paling sering dan paling mudah ditemui. Konon, motif tersebut diciptakan oleh Sultan Agung dari Mataram saat sedang bermeditasi di pantai selatan Jawa. Ia terinspirasi kekuatan ombak yang memecah karang untuk membuat motif parang.

Motif parang adalah motif geometris yang posisinya digambar secara diagonal. Motif ini terdiri dari dua bagian, gareng (lengkungan dan juga mlinjon (bentuk belah ketupat).

Nama Gareng diambil dari tokoh pewayangan yang menjadi simbol kebijaksanaan. Tokoh ini dianggap mampu melihat dunia dari berbagai macam arah dan menyelesaikan masalah tanpa berat sebelah.

Sedangkan, mlinjon adalah simbol dari awal kehidupan. Mlinjon merupakan gambaran dari celah-celah di tebing yang terpapas oleh ombak. Motif parang terbagi tiga berdasarkan ukurannya, yakni parang klethik, parang gendreh, dan parang barong yang biasanya hanya dipakai untuk busana raja.

Dalam motif tersebut terkandung harapan agar manusia bisa seteguh batu karang dan dapat memberikan serta menciptakan sumber kehidupan untuk orang-orang di sekelilingnya. Tapi, maknanya belakangan bergeser menjadi harapan agar orang memiliki jiwa kesatria.

Batik motif lereng. (dok. Buku Cerita Batik by Iwet Ramadhan/Dinny Mutiah)

Sepintas motif lereng tak ubahnya motif parang. Yang membedakan antara parang dan lereng adalah mlinjon. Pada motif lereng, mlinjon tidak ditemukan. Sementara pada motif parang, mlinjon unsur penting yang harus ada.

Lereng adalah gambar dari gelombang yang merupakan simbol dari gelombang dinamika kehidupan. Harapan yang terkandung dalam motif ini adalah si pemakai dapat melewati dinamika kehidupan dengan baik dan tanpa masalah yang berarti.

Salah satu motif lereng yang populer adalah lereng kusumo. Biasanya dipakai oleh anak laki-laki yang masuk masa akil balig. Kain itu diberikan dengan harapan agar si anak mampu dan siap menghadapi kehidupan, berani melangkah, dan sigap dalam menghadapi permasalahannya di kemudian hari.

Presiden Jokowi ketika mengenakan kemeja batik.(Lioutan6.com/Fajar Abrori)

Motif semen banyak disebut sebagai penggambaran yang lebih luas dari gunungan yang terdapat di wayang atau penggambaran dari kehidupan di muka bumi. Motif semen memiliki cerita yang sarat makna dan filosofi, sebuah harapan akan kebaikan yang tidak pernah putus, selalu tumbuh, dan berkembang.

Motif semen memiliki banyak ornamen yang mewakili kehidupan di dunia. Misalnya, ornamen sulur-suluran, dedaunan, dan ceplokan hewan mewakili kehidupan di darat; atau motif naga, ular, ikan, dan katak yang mewakili kehidupan di air; serta motif seperti burung, awan, dan kupu-kupu yang mewakili kehidupan di udara.

Banyak cerita dari motif semen. Salah satunya semen gurdo atau semen garuda yang menyimbolkan kekuasaan. Makna dan harapan yang terkandung di dalamnya adalah sesungguhnya kekuasaan tidaklah berarti apa-apa tanpa adanya dukungan dari rakyat.

Harapannya, setiap pemimpin yang memakai kain batik dengan motif ini selalu ingat bahwa kekuasaan yang dipegangnya sebenarnya merupakan titipan, amanah yang sangat besar.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA