Apa akibatnya jika waktu luang kita selalu kita gunakan untuk tidur

Lihat Foto

KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Mahasiswa dan pelajar mencoba membuat beragam kreasi aksesori dengan memanfaatkan botol plastik bekas bersama Komunitas Nol Sampah saat ITS Innovation Expo 2010 di Convention Hall Tunjungan Plaza, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/11).

Di tengah kesibukan kuliah, membuat tugas yang berjibun, mengetik makalah, praktikum, dan kerja praktik, pasti mahasiswa masih memiliki waktu luang. Sayangnya, banyak mahasiswa yang tak memanfaatkan waktu luangnya secara produktif.

Banyak cara membuang waktu. Nongkrong tidak jelas, main game, dan ngegosip adalah contoh membuang waktu luang. Namun, semua itu tidak produktif dan waktu terbuang sayang.

Padahal, banyak hal bisa dilakukan mahasiswa untuk memperkuat atau mempersiapkan diri untuk masuk ke pasar kerja atau bahkan dunia wirausaha.

Karena kuliah hanya menjadi kegiatan formal, dan mahasiswa tidak ”memperkaya” diri atau membuka wawasan akan hal lain, maka tak heran jika setelah wisuda mahasiswa semacam itu akan tergagap-gagap saat harus bertarung di pasar kerja, atau tidak menjadi kreatif dengan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri.

Ahmad Said, mahasiswa jurusan Ilmu Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Negeri Yogyakarta, bahkan menghitung berapa jam waktu luang yang dimiliki mahasiswa.

”Jika kuliah hanya berlangsung selama 20-24 jam per pekan, dan bila setiap SKS hanya satu jam, ini berarti mahasiswa memiliki sisa minimal 144 jam per minggunya. Lalu, bagaimana caranya agar waktu tersebut bisa produktif?” kata Ahmad Said.

Menurut Ahmad, mahasiswa memiliki tanggungan menyelesaikan tugas makalah dan laporan praktikum (bagi yang kuliah di jurusan eksakta) di luar jam kuliah. Akan tetapi, ini adalah hal yang lumrah. Anggap saja itu adalah hidangan lezat yang harus dinikmati. Jangan membuat diri terbebani karena akan menimbulkan stres.

Kultur konsumtif

Imam Khanafi, mahasiswa jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus, menyatakan, aktivitas nongkrong dan hura-hura adalah hal yang biasa dilihat di kampus-kampus di Indonesia saat ini. Mahasiswa identik dengan kendaraan mewah dan model-model pakaian disertai teknologi yang canggih, seperti laptop, notebook, dan sebagainya. Tapi tidak dengan buku dan perpustakaan.

Kultur konsumtif juga terlihat di kampus. ”Menikmati pemandangan di kampus seperti memandang pasar saja. Banyak keriuhan di warung depan kampus, warnet tempat main game online, toko pakaian, atau tempat tongkrongan dengan mahasiswa yang memegang laptop. Mereka hanya menjelajah situs-situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya,” papar Imam Khanafi.

Page 2

Mahasiswa sebagai komponen kampus yang utama sekarang mengalami peredupan gairah dalam menempuh studi dan mengonstruksi diri sebagai sosok pemalas. Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah kehilangan ruhnya, terlihat dari penurunan peran mahasiswa sebagai akibat dari kegagalan menerima kewajibannya sebagai agen perubahan sosial.

Mujib Kodar, mahasiswa Fakultas Syariah jurusan Ahwalus Sahsyiah Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, Jawa Timur, menyatakan, mahasiswa akan sangat rugi jika mengabaikan waktu yang luang.

”Waktu bisa membawa seseorang pada kesuksesan, tapi juga dapat menjerumuskan pada kegagalan. Mengingat hal itu saya sebagai mahasiswa selalu berusaha mengoptimalkan waktu yang luang itu menjadi waktu yang produktif. Salah satunya adalah pergi ke perpustakaan karena tempat itulah yang bisa menambah kualitas keilmuan seorang mahasiswa,” papar Mujib Kodar.

Wendy Kirana, mahasiswa program beasiswa unggulan Kemdiknas Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta, melihat, sebenarnya wajar saja jika mahasiswa bermain-main di waktu luang. Masalahnya adalah apabila terlalu banyak bermain tanpa menyesuaikan dengan waktu belajarnya.

Untuk mengatasinya, mahasiswa bisa mengisi waktu luang dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang ada di kampus. Selain dapat mengembangkan bakat dan minat, serta dapat mengenali dan mengeksplorasi diri, dengan mengikuti organisasi ataupun mengikuti kegiatan di kampus, mahasiswa juga menjadi lebih terbiasa memecahkan masalah dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah tergabung dalam organisasi. Bagi mahasiswa yang tidak menyukai tergabung dalam suatu organisasi, bisa juga mengembangkan hobinya disesuaikan dengan bakat dan minat dengan melakukan sesuatu kegiatan yang positif.

Bikin jadwal

Memang tidak mudah mengisi waktu luang secara produktif, apalagi yang bisa mendukung ”perjuangan” di masa depan. Persoalan mengisi waktu luang akan teratasi jika kita membuka pikiran terhadap kemungkinan-kemungkinan baru yang makin memperluas cakrawala berpikir.

Bagaimana mengisi waktu luang secara produktif dan efektif, Ahmad Sulaiman, mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Surabaya, mengusulkan, mahasiswa membuat jadwal kegiatan. Setiap aktivitas sehari-hari perlu disusun secara rapi dan menentukan target yang harus dicapai dan bermanfaat.

”Mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi, kegiatan yang kita lakukan harus terstruktur secara jelas. Selain itu, harus menentukan target yang harus dicapai pada setiap kegiatan yang dilakukan sehingga dapat memacu semangat untuk mencapai target yang telah ditentukan tersebut,” kata Ahmad.

Arief Fuadi Rizki, mahasiswa Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, mengamati mading kampus bisa membawa kita pada kegiatan produktif.

Bukan hal asing jika isinya berupa tawaran beasiswa, freelance ngajar, lomba karya tulis, fotografi, film pendek, berorganisasi, dan lainnya. ”Peluang itu sepertinya lebih bermanfaat dan kita bisa dapat uang tambahan, pengalaman yang baru, keberanian keluar dari zona nyaman, memperbanyak jaringan dan teman. Manfaat penting lain yang didapat, manajerial waktu,” kata Arief.

Bagus Supriadi, mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nurul Jadid-Paiton Probolinggo, menyarankan untuk mengisi waktu luang dengan membaca. Kegiatan ini akan berdampak nyata dalam pemberdayaan potensi mahasiswa. Namun, membaca saja tidak cukup. Pengetahuan yang diperoleh bisa dituangkan dalam tulisan. Membaca dan menulis ibarat mata uang yang tak terpisahkan. Dunia mahasiswa tidak terlepas dari hal tersebut.(ELOK Dyah Messwati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Perbesar

Ilustrasi tidur. Sumber foto: unsplash.com/Zohre Nemati.

Liputan6.com, Jakarta - Kurang tidur itu tidak baik. Kelebihan jam tidur ternyata juga buruk.

Normalnya, manusia dianjurkan untuk tidur selama 7-8 jam. Pada durasi ini, ahli menganggap jika tubuh akan sehat dan bugar dengan jangka waktu tersebut.

Seseorang yang mengalami kekurangan tidur, maka akan sangat mengantuk serta menganggu aktivitas sehari-hari. Bisa jadi, rasa kantuk itu muncul siang hari di kantor sehingga bisa menyebabkan produktivitas kerja terganggu.

Lalu, apa saja hal negatif yang terjadi jika Anda mengalami kelebihan jam tidur? Seperti dikutip dari laman nestmaven.com, Senin (19/8/2019) berikut 5 hal yang terjadi jika Anda kelebihan jam tidur:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Ilustraasi foto Liputan 6

Terlalu banyak tidur memiliki dampak pada tubuh untuk lebih banyak menyimpan lemak, dan kemampuannya untuk menghilangkan lemak tersebut sangatlah kecil.

Sebuah studi menunjukkan betapa kuatnya efek terlalu banyak tidur pada kenaikan berat badan: Selama periode enam tahun, mereka yang tidur 10 jam lebih per malam memiliki peluang 21 persen lebih besar untuk menjadi gemuk daripada mereka yang tidur 7-8 jam.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Ilustrasi stres - sakit kepala - lelah (iStockphoto)

Tidur terlalu banyak dapat memicu sakit kepala dan migrain.

Fenomena ini, yang dikenal sebagai "sakit kepala akhir pekan". Sebab, banyak orang mengalami kelebihan tidur saat akhir pekan tiba.

Diyakini, pola tidur seperti ini disebabkan oleh gangguan pada kadar neurotransmiter utama, seperti serotonin yang meningkat.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Ilustrasi sakit punggung. Sumber foto: unsplash.com/Hanna Postova.

Jika Anda menderita sakit punggung, tidur terlalu lama dapat memperburuk gejala tersebut. Berbaring dalam waktu yang lama -- terutama dalam posisi yang tidak ideal -- menyebabkan kekakuan otot, dan meningkatkan rasa sakit.

Dokter menyarankan agar penderita sakit punggung tetap aktif, dan tidur dapat membatasi waktu yang Anda miliki untuk berolahraga.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Ilustrasi mencegah garis kerutan dan penuaan dini dengan facial exercise

Tidur berlebihan sebenarnya menyebabkan otak Anda menua lebih cepat.

Terutama pada orang dewasa yang sudah berusia lebih tua dan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk tidur telah terbukti menua otak Anda hingga dua tahun.

Hal ini mengakibatkan konsentrasi, memori, dan kemampuan Anda untuk melakukan tugas-tugas dasar sehari-hari menjadi buruk; dan dapat meningkatkan risiko Anda mengalami gangguan degeneratif mental.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

Perbesar

Ilustrasi depresi (iStock)

Sementara gangguan tidur dan Depresi sering berjalan beriringan, tidur berlebihan telah terbukti memiliki dampak negatif pada proses pemulihan.

Secara keseluruhan, orang-orang yang tidur lebih dari 10 jam per malam memiliki skor lebih rendah pada ukuran kesehatan mental dan suasana hati daripada mereka yang tidur dalam jumlah normal.

Membangun pola tidur yang sehat dianjurkan untuk membantu mengurangi gejala depresi.

Lanjutkan Membaca ↓

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA