Alasan orang mengkonsumsi narkoba dan mengapa sulit menghentikannya

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pikirannya tak karuan. Tubuhnya pun tak karuan. Kedua matanya berkaca-kaca, bukan karena menangis, melainkan dia kerap menguap, sehingga menimbulkan hal itu. Flu-nya pun tidak berhenti – meler terus-menerus. Tangan dan sekujur tubuh berkeringat. Kepalanya seperti ingin pecah, seperti ada batu-batu besar yang menimpuknya. Organ pencernaannya tidak beres, berkali-kali mencret. Tidak ada selera makan - mau makan pun susah – makanan yang masuk selalu saja dimuntahkannya. Badan rasanya remuk semua dan tulang-tulang bagaikan tercecer satu per satu. Tubuhnya lemas, tak berdaya. Minum pun, hanya menghasikan dirinya kerap ke kamar mandi. Dan wajahnya pucat, hampir seperti hantu.

Semua yang dirasakan dari tubuhnya membuat dia resah. Dia pun dengan cepat melesat berpikir, bahwa semuanya yang dirasakannya itu harus segera dipulihkan. Dia tidak bisa menunggu lama. Dia harus bertindak cepat, sebelum tubuhnya meleleh dan orang-orang di sekitarnya mencurigainya. Tapi tunggu dulu, bagaimana cara mengembalikan tubuhnya menjadi normal? Dia harus mendapatkan zat itu apa pun caranya, meski tak punya uang sepeser pun. Dia melirik situasi dan kondisi rumah, kantor, jalanan, dan mall. Tunggu, ada Ibu di rumah. Ya, dia bisa meminta uang kepada Ibu. Dia pun segera menemui Ibunya. Dan rumah pun kosong. Ibu tidak ada. Tapi ada 3 tabung gas di dapur. Ada 2 laptop di atas meja. Yang lebih membuatnya segar kembali ialah ada uang tercecer $ 100 US. Uang dolar. Harapan terakhir yang paling mudah – hanya menukar ke money changer – tidak perlu ke toko pegadaian – pastinya tak membutuhkan waktu lama sampai menghubungi sang bandar dan ‘barang’ berada di tangan.

Peristiwa di atas bukanlah kali pertama dialami oleh Andre (bukan nama asli). Juga bukan kali pertama dialami oleh Andi, Jaka, Ucok, Steve, Mira, Indah, dan nama-nama korban penyalahgunaan narkoba lainnya. Bahkan di Antara mereka, ada yang sudah berhenti 1 tahun dan ada yang 10 tahun. Namun, ada juga yang berhenti hanya 4 hari saja.

Mengapa hal ini bisa terjadi dengan mereka? Apakah begitu sulit untuk berhenti dari pemakaian narkoba? Apakah korban napza tidak bisa pulih? Apakah mereka akan mengalami sugesti atau keinginan untuk memakai narkoba setiap saat atau seumur hidup? Jika iya, apa yang bisa mencegah mereka agar tidak mengunakan narkoba kembali?

Problema yang dihadapi oleh pemakai narkoba memang sulit diatasi. Sulit, tapi bisa dilakukan. Dan para pengguna narkoba ini perlu bantuan tidak hanya dari diri sendiri, melainkan juga dari pihak luar. Pihak luar meliputi, keluarga, lingkungan sekitar, Panti Rehabilitas, Psikiater, lingkungan baru yang telah bersih dari narkoba (juga teman-teman) – dukungan sebaya dan faktor pendukung lainnya.

Sedikit diuraikan secara ilmiah, mengapa zat narkoba itu bisa membuat mereka mempunyai keinginan untuk kembali memakai narkoba.

Neuro Science, disebut Dopamine. Adalah berfungsi sebagai neurotransmitter - bahan kimia yang dilepaskan oleh sel-sel saraf untuk mengirimkan sinyal ke sel saraf lainnya . Otak mencakup beberapa sistem dopamin yang berbeda , salah satunya memainkan peran utama dalam perilaku hadiah (reward) – termotivasi/terpacu . Setiap jenis hadiah yang telah dipelajari meningkatkan tingkat Dopamin di otak , dan berbagai obat-obatan adiktif , termasuk stimulan seperti kokain , amfetamin , dan methamphetamine, bertindak dengan memperkuat efek Dopamin . Sistem Dopamin otak lainnya  terlibat dalam kontrol motor dan mengendalikan pelepasan beberapa hormon penting .

Seiringnya berjalan waktu, pikiran mereka telah terotomatis melakukan tindakan tersebut tanpa kesadaran mereka dan menjadi suatu kebiasaan. Jelas sekali, secara psikologi, manusia yang mengalami hal ini memiliki kesulitan mengendalikan perilakunya dan kemunculan faktor-faktor pendukung mampu membuat manusia semakin termotivasi atau gigih melakukannya.

Di dalam otak manusia terdapat memori, sebuah proses mental yang memungkinkan manusia untuk memperoleh, menyimpan, dan mengeluarkan informasi. Di dalam memori pemakai narkoba telah melekat betapa nikmatnya rasa zat tersebut. Hal inilah sumber pendukung para pengguna narkoba sulit berhenti.

Biasanya, para pengguna narkoba yang sedang berada dalam pemulihan (berhenti memakai narkoba) rentan terhadap faktor lingkungan, keluarga, pekerjaan, kesehatan dan psikologi. Banyak pemakai narkoba di masa pemulihannya masih belum bisa mengatasi “gangguan” terhadap faktor lingkungan. Misalnya, mereka belum kuat untuk bertemu teman-temannya para pemakai narkoba yang masih aktif. Disarankan bagi pecandu narkoba untuk menghindari bertemu kawan-kawannya dan lingkungan atau daerah atau wilayah yang bisa menguatkan sugesti – bisa mengingatkan kembali ke masa mereka menggunakan zat tersebut. Ini merupakan salah satu faktor tercepat yang bisa membuat mereka dalam pemulihan untuk kembali jatuh atau kembali menggunakan.

Banyak dari mereka di masa pemulihan masih belum bisa diterima oleh keluarganya. Keluarga mereka masih belum memberikan kepercayaan (Trust) kepada mereka. Sebetulnya hal ini merupakan hal wajar. Keluarga masih takut apabila pecandu mengunakan narkoba lagi dan bisa memunculkan hal kriminal di dalam keluarga sendiri maupun di luar keluarga. Contohnya, mencuri uang, barang-barang berharga, meminjam uang, mengadaikan barang, dan hal lainnya.

Di dalam pekarjaan pun, mereka kerap mendapatkan tekanan tugas-tugas pekerjaan yang bisa menimbulkan stress, kelelahan, dan kebosanan. Masalah di kantor atau pekerjaan, kelelahan, dan rutinitas bisa membuat mereka menyingkir – mencari lingkungan lama dan melakukan kebiasaan lama sebagai sela untuk melepaskan semua hal itu. Sering terdengar maksud dari mereka itu hanya untuk senang-senang; untuk sekali-kali saja; untuk menghilangkan penat. Namun, sekali memakai narkoba kembali, maka mereka akan menggunakannya lagi. Rutinitas lama mereka dapat kembali merusak otak, pikiran dan perilaku para pemakai narkoba di masa pemulihan ini.

Banyak dari mereka pun mengalami krisis kepercayaan diri, karena ketika menggunakan narkoba, kepercayaan diri mereka meningkat, bahkan tidak peduli terhadap sekitarnya, kecuali di saat mereka berada di lingkungan bukan pemakai narkoba atau masa putus zat. Selain kepercayaan diri, mereka juga kerap mengalami anger, emosi tinggi, sensitif, sedih, self pity, belum menerima kenyataan, masalah relationship, bosan akan hidup yang “datar”, tidak sabar, takut melakukan tindakan yang salah atau bisa jadi menganggap semua orang salah, tidak baik, hanyalah dirinya yang benar, kesepian, dan masih banyak lagi.

Faktor kesehatan bisa turut andil “menganggu” masa pemulihan mereka. Jika mereka ingat hal yang lalu terkait kesehatannya saat sakit dan sembuh kembali setelah menggunakan narkoba, mereka akan mencari zat itu lagi. Apalagi bagi pecandu yang tidak bisa menahan sakit, pikiran mereka langsung hendak memakai narkoba saja. Misalkan saja, seorang pecandu yang dalam masa pemulihannya, tidak tahan terhadap debu, udara dingin, bau, karena sebetulnya dia mengidap Alergi. Dia tidak tahan bersin dan mengeluarkan ingus terus-menerus. Hal kecil seperti ini sangat bisa memicu dirinya untuk kembali menggunakan. Namun, hal ini tergantung dari pribadi dan pengetahuannya tentang mengatasi terjadinya relapse (kembali memakai lebih dari sekali).

Faktor cuaca saja bisa membuat sugesti bagi mereka. Contohnya, ketika hujan, menurut mereka memakai narkoba saat hujan, merupakan kenikmatan tersendiri. Ini yang dikatakan suatu memori yang masih menempel di otak mereka.

Contoh-contoh di atas, mungkin bagi masyarakat merupakan suatu masalah kecil. Ada juga yang menganggap hal semua itu adalah hal yang sering terjadi terhadap manusia normal dan merupakan hal wajar. Tetapi, hal sekecil apa pun bisa memicu para pemakai narkoba untuk mengkonsumsi zat itu lagi di masa pemulihannya. Lalu, apa yang harus dilakukan mereka agar terhindar dari masa suramnya kembali?

Rehabilitas merupakan tempat yang memberikan ilmu dan pengetahuan mengenai perubahan pikiran dan perilaku. Di sini, mereka juga diberikan bagaimana cara mengatasi sugesti (keinginan) agar terhindar dari pemakaian narkoba kembali. Selama 6 bulan- 3 bulan rawat inap – 3 bulan rawat jalan – waktu yang standar, para pemakain narkoba itu dibekali berbagai ilmu dan pengetahuan adiksi sekaligus kepribadian dan motivasi. Bahkan, tempat rehabilitas juga memfasilitasi bakat, minat, dan pekerjaan bagi para pemakai narkoba. Sehingga, saat di luar nanti, mereka bisa mandiri dan memiliki kesibukan yang dapat menghindari pola lama (memakai narkoba).  Program rehabilitasi di Indonesia rata-rata menyembuhkan pecandu dengan menyesuaikan kebutuhan mereka masing-masing.

Jadi, masih bingungkah Anda membantu para pengguna  agar lepas dari jeratan narkoba? Anda bisa mengajak mereka untuk direhabilitasi dan sementara itu Anda akan lebih baik, jika  mempelajari, “Apa itu Adiksi (kecanduan)?”  Terus terang, ilmu  pengetahuan adiksi ini bagi saya adalah pengetahuan yang sangat luas dan semua orang bisa mempelajarinya sekaligus memahami isi kepala, perasaan, dan pikiran setiap individu para pengguna narkoba. Dan tentu membantu mereka dengan mampu membaca serta mengingatkan hal-hal yang bisa memicu penyalahgunaan narkoba itu kembali.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA