Untuk menggambar bentuk pola lantai, yang pertama harus diketahui adalah

Perbesar

Para penari lokal menampilkan tarian tradisional Tibet dalam upacara pembukaan Pertunjukan Tari Guozhuang Luqu di Luqu, Prefektur Otonom Etnis Tibet Gannan, Provinsi Gansu, China, 12 Agustus 2020. Lebih dari 3.000 penari ikut serta dalam pertunjukan tersebut. (Xinhua/Geng Xinning)

Unsur dalam seni tari yang pertama adalah raga atau disebut wiraga. Unsur yang pertama ini memiliki artian, bahwa penari wajib menampilkan gerakan badan pada posisi duduk maupun berdiri. Wiraga di ambil dari Bahasa Jawa yang artinya adalah raga, dan dikenal sebagai gerakan tari.

Pada saat menari, para penari harus menonjolkan seluruh gerakan tubuh yang ritmis, dinamis dan estetis. Seni tari memiliki gerak murni yang tariannya tidak memiliki maksud tertentu. Dan memiliki gerak maknawi yang gerakannya memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Setiap gerakan yang dibawakan penari, memiliki makna tertentu dan bisa ditebak oleh penonton atau penikmat tari. Contohnya pada saat penari memutar pergelangan tangan, artinya penari tersebut menunjukkan keluwesan. Sedangkan gerakan berdecak pinggang yang dilakukan penari lelaki, memiliki arti wibawa atau kekuasaan.

Wirama

Seni tari juga memiliki unsur irama, yang artinya setiap gerakan tari harus bersifat ritmis sesuai dengan alunan musik yang mengiringinya. Irama atau musik yang digunakan dalam seni tari, biasanya berasal dari rekaman lagu atau langsung dari instrumen musik yang dibawakan oleh pemusik.

Namun di dalam beberapa tarian, gerakan tari bisa dilakukan dengan mengikuti irama dari tepukan tangan, hentakan kaki, hitungan maupun nyanyian yang dibawakan penari.

Musik atau irama yang ada dalam unsur seni tari, bisa membuat suasana menjadi lebih hidup, harmonis dan sesuai dengan makna tarian tersebut.

Wirasa

Unsur seni tari yang selanjutnya adalah wirasa atau rasa, yang memiliki arti bahwa tarian tersebut bisa menyampaikan sebuah pesan perasaan, dari setiap gerakan yang dibawakan oleh penari. Pesan perasaan ini akan tersampaikan dari ekspresi yang dibawakan oleh penari.

Bagi seorang penari, penjiwaan dan ekspresi wajah saat menari sangatlah penting. Jika seorang penari mendapatkan karakter sebagai perempuan, maka ia harus menari dengan gerakan lemah gemulai, dan mimik wajah yang ramah.

Unsur wirasa ini juga harus menyatu dengan irama yang dibawakan pada saat menari. Contohnya pada saat iramanya sedih, penari juga harus memasang wajah yang sedih, agar pesan dari tarian tersebut tersampaikan pada penikmat seni tari.

Kapanlagi.com - Indonesia mempunyai ragam kesenian yang tetap terjaga, salah satunya seni tari. Bahkan bisa dibilang seni tari tak pernah sepi peminat. Dari generasi ke generasi, penari-penari baru bermunculan membuat seni tari tetap lestari. Dalam mempelajari seni tari ada banyak hal yang harus diperhatikan, misalnya macam-macam pola lantai.

Pola lantai menjadi hal yang penting dalam pertunjukan tari, khususnya tarian tradisional yang dilakukan secara berkelompok. Pola lantai akan membuat para penari terlihat kompak, teratur, dan lebih leluasa dalam melakukan gerakan. Dengan macam-macam pola lantai, penari juga akan terhindar dari risiko saling senggol bahkan bertabrakan.

Pola lantai menjadi acuan gerakan penari saat berpindah. Setiap jenis tarian bisa mempunyai pola lantai yang berbeda-beda. Untuk kalian yang berminat belajar dan mengalami tari tradisional, wajib mengetahui macam-macam pola lantai. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa macam pola lantai, serta hal-hal lain dalam seni tari yang penting untuk diketahui.

Dalam tari tradisional berkelompok terdapat beberapa jenis pola lantai yang digunakan. Salah satu dari macam-macam pola lantai berwujud horizontal. Sesuai dengan namanya, pola lantai ini mengharuskan para penari berjajar secara horizontal dari kiri ke kanan. Pola lantai semacam ini, sering kali dikaitkan dengan filosofi bahwa manusia saling mempunyai ikatan, antara satu sama lain.

Ada cukup banyak tarian tradisional berkelompok khas Indonesia yang menerapkan pola lantai horizontal, misalnya tari saman dari Aceh atau tari Indang dari Sumatera Barat.

Pola lantai yang kedua yaitu pola lantai vertikal. Berkebalikan dengan pola lantai horizontal, pola lantai ini mengharuskan para penari berbaris lurus dari depan ke belakang (bukan menyamping dari kiri ke kanan). Pola lantai vertikal biasa digunakan pada jenis tarian klasik. Pola lantai ini disebut-sebut melambangkan ikatan yang mendalam antara manusia dengan Tuhan sang Pencipta.

Beberapa tarian tradisional berkelompok yang menerapkan pola lantai vertikal antara lain tari Serimpi dari Jawa Tengah, tari Yospan dari Papua, tari Pasambahan dari Sumatera Barat dan tari Baris Cengkedan dari Bali.

Selain horizontal dan vertikal, macam-macam pola lantai yang lain adalah pola lantai diagonal. Pola lantai ini dilakukan dengan membuat barisan berbentuk diagonal atau dari sudut kanan ke kiri atau sebaliknya. Pola lantai diagonal bisa memberikan kesan indah sekaligus kuat pada tarian yang dipentaskan.

Ada beberapa jenis tarian tradisional berkelompok yang menerapkan pola lantai jenis ini. Sebagai contohnya, tari Sekapur Sirih dari Jambi, tari Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan, dan tari Pendet dari Bali.

Pola lantai yang keempat sekaligus yang terakhir adalah pola melengkung. Pola lantai melengkung bisa dilakukan dalam beberapa bentuk, misalnya garis lingkaran, angka delapan, huruf U, atau bahkan bentuk lengkungan serupa ular. Pola lantai melengkung bisa menumbuhkan kesan indah pada tarian.

Ada cukup banyak tarian tradisional yang menerapkan pola lantai melengkung. Beberapa contohnya antara lain tari Ma'badong Toraja dari Sulawesi Utara, tari Piring dari Sumatera Barat dan tari Randai dari Sumatera Barat.

Di samping macam-macam pola lantai, ada berbagai hal lain yang juga harus diketahui dan dikuasai penari. Namun, yang paling penting dan utama penari tarian tradisional harus memahami betul unsur-unsur dalam seni tari. Unsur-unsur tari tidak kalah penting dibandingkan macam-macam pola lantai. Adapun unsur-unsur seni tari, antara lain sebagai berikut.

1. Wiraga
Salah satu unsur paling utama dalam tari adalah wiraga. Wiraga berasal dari bahasa Jawa 'raga' yang berarti tubuh. Unsur ini merupakan simbol dari seni tari yang diwujudkan melalui gerakan tubuh. Hal ini sesuai dengan seni tari yang notabene merupakan seni yang menampilkan gerakan indah.

2. Wirama
Unsur tari yang kedua disebut wirama. Unsur tari ini tidak kalah penting dengan yang pertama. Wirama berkaitan dengan irama dalam pertunjukan tari. Sebab sebagai mana yang kita tahu, agar menghasilkan gerakan yang harmonis dan indah, tarian harus dilakukan sesuai dengan irama tertentu. Untuk menentukan irama, biasanya tari diiringi dengan instrumen musik.

3. Wirasa
Unsur tari yang ketiga yaitu wirasa. Unsur tari wirasa berkaitan dengan seni tari yang mengandung pesan atau makna mendalam. Pasalnya, sama seperti seni lainnya, seni tari juga bisa menjadi media berekspresi dan menyampaikan pesan. Selain lewat gerakan, bentuk ekspresi pada tari juga sering ditampilkan melalui ekspresi wajah tertentu, tergantung pada tema dan pesan yang akan disampaikan.

Itulah di antaranya ulasan mengenai macam-macam pola lantai dalam tari berikut tiga unsur utamanya. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan.

Jakarta -

Pola lantai adalah garis atau arah langkah yang dilalui oleh para penari pada saat melakukan gerak tari. Selain itu, pola lantai juga bisa merupakan garis yang dibuat oleh formasi penari kelompok atau gambaran posisi penari dalam area pementasan.

Nah detikers, kalian pasti pernah menonton sebuah pertunjukan tari baik secara langsung maupun tidak? coba perhatikan bagaimana para penari melangkahkan kakinya, pasti langkah tersebut akan membentuk suatu pola-pola di lantai.

Pada beberapa tarian yang dilakukan perseorangan, berpasangan, maupun berkelompok, biasanya para penari membentuk posisi atau formasi tertentu. Bentuk posisi dan formasi tertentu pada tari itulah yang disebut dengan pola lantai.

Maria Dharmaningsih dalam Modul Seni Budaya Seni Tari, menuliskan bahwa jenis-jenis pola lantai dalam gerak tari terbagi menjadi dua, yaitu pola garis lurus dan garis lengkung.

Pola lantai garis lurus sering kita temui dalam pertunjukan tari tradisi di Indonesia. Pola garis lurus terdiri atas pola lantai horizontal (mendatar), vertikal (tegak), dan diagonal (menyudut).

Dari bentuk pola garis lurus dapat dikembangkan berbagai pola lantai, di antaranya horizontal, diagonal, garis lurus ke depan, zig-zag, segitiga, segi empat, dan segi lima.

Pola lantai garis lurus memberikan kesan sederhana tapi kuat. Garis-garis mendatar akan memberikan kesan istirahat. Sedangkan garis yang tegak lurus dapat memberikan kesan keseimbangan dan ketenangan. Garis-garis lurus juga dimaknai sebagai sikap jujur.

Pola lantai garis lurus secara horizontal adalah pola yang menunjukkan hubungan antarmanusia. Contoh tarian tradisional yang menggunakan pola lantai garis lurus horizontal adalah tari Gantar dari Kalimantan Timur, dan tari Ratoh Jaroe dari Aceh.

Pola garis lurus ini dalam bentuk vertikal menyimbolkan hubungan dengan Sang pencipta. Contoh tarian tradisional yang menggunakan pola lantai garis lurus vertikal adalah tari Srimpi Pandelori dari Yogyakarta, dan tari Baris Cengkedan dari Bali.

Pengembangan pola lantai garis lurus dapat menjadi bentuk pola diagonal huruf V, zig-zag, segi tiga, segi empat, dan segi lima.

Tari Yapong dari Betawi adalah contoh tari pola lantai horizontal zig-zag. Satu penari menghadap ke depan, dua penari hadap kanan, dan dua penari hadap kiri.

Pola lantai garis lengkung memberi kesan lembut dan lemah yang manis. Bentuk pola lantai garis lengkung bisa dikembangkan jadi bentuk lingkaran, setengah lingkaran, angka delapan, lengkung seperti busur yang menghadap ke depan atau belakang, lengkung ular, spiral, dan huruf S.

Contoh tarian tradisional pola garis lengkung diantaranya tari Pendet dan tari Kecak dari Bali.

Pola lantai tari rakyat biasanya menggunakan campuran dari pola lantai garis lurus dan lengkung. Pola lantai garis lurus dan garis lengkung yang terdapat dalam tarian rakyat pada tari tradisional, biasanya berhubungan dengan hal magis atau keagamaan.

Fungsi Pola Lantai

Pola lantai telah menjadi suatu hal penting yang perlu diperhatikan, dalam penampilan seni tari tradisional maupun tarian kreasi baru.

Tidak hanya untuk menempatkan posisi dan formasi penari untuk memper indah tarian, tetapi pola lantai juga memiliki makna tersendiri, sesuai dengan tema dari penampilan tarinya.

Pola lantai memiliki beberapa fungsi, antara lain:

  1. Memperjelas dan menata gerakan-gerakan penari.
  2. Membantu memperkuat dan menonjolkan tokoh penari dalam peranan tertentu.
  3. Menghidupkan karakteristik gerak tari dari keseluruhan pertunjukan/pementasan.
  4. Membentuk suatu komposisi, untuk menyesuaikan dengan bentuk ruang pertunjukan tari, sehingga penyajian tari menjadi lebih indah, menarik dan dinamis.

Bentuk pola lantai karya tari disesuaikan dengan jumlah penari, tempat pertunjukan, dan gerak tari.

1. Kesesuaian Bentuk Pola Lantai dengan Jumlah Penari

Bentuk pola lantai sebaiknya disesuaikan dengan jumlah penarinya. Semakin banyak jumlah penari yang memperagakan karya tari maka semakin banyak pula kemungkinan untuk membentuk berbagai pola lantai.

Pada dasarnya ada dua pola garis dasar pada lantai, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Dari bentuk pola garis lurus dapat dikembangkan berbagai pola lantai, di antaranya horisontal, diagonal, garis lurus ke depan, zig-zag, segitiga, dan segi empat.

Sedangkan dari bentuk pola garis lengkung dapat dikembangkan berbagai pola lantai, di antaranya lingkaran, angka delapan, garis lengkung ke depan, dan garis lengkung ke belakang.

2. Kesesuaian Bentuk Pola Lantai dengan Tempat

Pertunjukan Karya tari diciptakan untuk dipertunjukkan di depan orang lain. Untuk itu diperlukan ruangan atau tempat pertunjukan. Ruangan atau tempat pertunjukan yang digunakan mempengaruhi bentuk pola lantai.

Misalnya tempat pertunjukan berupa panggung berbentuk prosenium. Dengan panggung yang berbentuk prosenium, penonton hanya dapat melihat pertunjukan dari satu arah. Karena itu, pola lantai yang disajikan di panggung prosenium dibentuk sedemikian rupa supaya semua penari dapat terlihat dari arah depan.

Nah, sebaliknya, jika tempat pertunjukannya berupa lapangan. Dengan tempat pertunjukan yang berupa lapangan, penonton dapat melihat pertunjukan dari berbagai arah. Oleh karena itu, pola lantai yang disajikan lebih bebas bentuknya.

3. Kesesuaian Bentuk Pola Lantai dengan Gerak

Gerak tari beragam bentuknya. Setiap karya tari memiliki gerak yang berbeda. Bentuk pola lantai pun bisa berbeda mengikuti ragam gerak tarinya. Gerak melompat berputar tidak sesuai jika dilakukan dengan pola lantai garis lurus.

Begitu juga sebaliknya, gerak mengayunkan tangan tidak sesuai jika dilakukan dengan pola lantai lingkaran.

Simak Video "Menyaksikan Tari Tradisional Thailand Sambil Santap Malam"



(pal/pal)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA