Undagi pengarung merupakan seseorang yang ahli dalam membuat

Ilustrasi Masa Perundagian. Foto:YouTube/Histrocrat (Picture Credit:Andy Gammon)

Masa perundagian merupakan salah satu pembabakan kehidupan manusia pra-aksara berdasarkan teknologi yang digunakan. Zaman ini menandai makin berkembangnya kemampuan manusia dalam menciptakan suatu kebudayaan.

Istilah perundagian berasal dari Bahasa Bali, yakni ‘undagi’ yang artinya seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai keterampilan tertentu. Masa perundagian digunakan untuk menyebut zaman logam.

Pasalnya, saat itu telah ada undagi atau orang-orang terampil yang sudah mengenal teknik melebur logam dan mencetaknya menjadi alat yang diinginkan. Untuk mengetahui masa perundagian selengkapnya, simak penjabaran di bawah ini.

Ciri-ciri Masa Perundagian

Para ahli meyakini bahwa era Perundagian dimulai kurang lebih 10.000 tahun lalu. Berikut ciri-ciri masa Perundagian:

  • Berkemampuan dalam membentuk suatu kelompok kerja dalam bidang pertukangan.

  • Berkemampuan dalam membuat berbagai perkakas dari logam untuk alat-alat upacara, senjata, dan berbagai peralatan lainnya.

  • Telah mahir dalam teknik bersawah yang baik.

  • Kemakmuran pada waktu itu salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknik pertanian, khususnya alat-alat besi seperti cangkul.

  • Membuat dan menggunakan perhiasan dari emas.

  • Memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Mengutip buku Sejarah Indonesia SMA: Rekam Jejak Peradaban Indonesia, masa Perudagian di Indonesia dibagi menjadi dua, yakni zaman perunggu dan zaman besi. Berikut ini adalah penjelasannya:

Ilusrasi zaman perunggu. Foto: ancient-origins.net

Zaman perunggu disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin China. Pada masa ini manusia sudah dapat mencampur tembaga dengan timah sehingga menghasilkan logam yang lebih keras. Peninggalan zaman perunggu yang telah ditemukan antara lain:

  • Kapak Corong (Disebut juga kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, dan Papua.

  • Nekara perunggu (Moko), sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, dan Leti.

  • Bejana perunggu, ditemukan di Madura dan Sumatera.

  • Arca perunggu, ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat).

Ini menandai periode yang lebih maju. Manusia sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan.

Teknik peleburan besi lebih sulit dari peleburan tembaga atau perunggu. Sebab, melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.

Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:

  • Mata kapak bertungkai kayu

Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Hasil kebudayaan yang banyak ditemukan adalah alat-alat dari perunggu, sehingga zaman logam juga disebut sebagai zaman perunggu.

Manusia pra-aksara mengolah logam dengan cara yang sederhana. Meski demikian inilah yang menjadi titik awal perkembangan teknologi manusia.

Ada dua teknik yang digunakan untuk mengolah logam, yakni teknik Bivalve dan teknik A Cire Perdue. Berikut ini adalah penjelasannya:

Bivalve adalah teknik cetak dengan memakai cetakan yang terbuat dari batu. Teknik ini menggunakan dua cetakan yang dirapatkan, dengan lubang di atasnya.

Lubang tersebut digunakan untuk memasukkan cairan logam panas yang nantinya akan dicetak dalam bentuk tertentu. Cetakannya dapat digunakan berulang kali.

A Cire Perdue adalah teknik cetak dengan menggunakan cetakan lilin yang dibungkus dengan tanah liat. Lilin yang sudah dilapisi tanah liat tersebut dibakar hingga lilin meleleh.

Ketika lilin sudah mencair, lilin akan dikeluarkan dari lubang tanah liat. Ruang yang sebelumnya terisi oleh lilin akan diisi dengan perunggu cair.