Tujuan dan dasar pernikahan Kristen adalah

Ilustrasi Prinsip Dasar Pernikahan Kristen Foto: Unsplash

Pernikahan dalam Kristen merupakan sebuah penyatuan rohani oleh Allah. Dalam pernikahan, pasangan suami dan istri harus terus menjalankan hubungan yang benar dengan Tuhan secara rohani atau spiritual.

Menurut Desedentison W. Ngir [2013] dalam buku Bukan Lagi Dua Melainkan Satu: Panduan Konseling Pranikah & Pascanikah, pasangan yang tidak melibatkan Tuhan berarti sudah memutuskan sumber daya terbesar untuk mencapai tujuan pernikahan.

Oleh karena itu, penting bagi pasangan suami istri untuk tetap menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan Yesus Kristus. Selain itu, setiap pasangan juga harus menerapkan prinsip dasar pernikahan Kristen dalam rumah tangganya.

Apa saja prinsip dasar pernikahan Kristen? Simak ulasan berikut untuk mengetahui jawabannya.

Ilustrasi Prinsip Dasar Pernikahan Kristen Foto: Unsplash

Prinsip Dasar Pernikahan Kristen

Mengutip buku Firman Hidup 60 yang ditulis oleh Richard M. Daulay, ada beberapa prinsip dasar pernikahan Kristen, antara lain:

1. Pernikahan Berasal dari Allah

Pada awal mula, Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan. Ini artinya, prakarsa pernikahan pertama-tama datang dari inisiatif Allah. Sebagaimana dikatakan dalam Kejadian 2: 18 yang berbunyi:

TUHAN Allah berfirman: ‘Tidak Baik, Kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’

2. Perkawinan Merupakan Ikatan Baru

Seseorang yang menikah meninggalkan ayah dan ibunya, kemudian bersatu dengan istri atau suaminya. Artinya, seseorang yang sudah menjalin pernikahan berarti sudah lepas dari ikatan lama, yaitu orangtua dan masuk ikatan baru, yakni suami dan istri.

Ilustrasi Prinsip Dasar Pernikahan Kristen Foto: Unsplash

3. Dua Orang Menjadi Satu

Dua orang yang menikah bersatu menjadi satu daging. Ini mengandung makna bahwa tidak ada lagi pemisah di antara suami dan istri.

Mereka sudah satu hati, satu pikiran, satu roh, satu tujuan, satu penderitaan, satu suka, dan satu dalam segalanya. Seperti yang tercatat dalam Alkitab, tepatnya Kejadian 1 ayat 24:

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Hal ini juga disebutkan dalam Matius 19:4-6 yang berbunyi:

Jawab Yesus: ‘Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.’”

4. Tidak Boleh Diceraikan Manusia

Apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Dengan kata lain, mereka yang menceraikan apa yang sudah dipersatukan oleh Allah berarti telah merusak karya Allah. Sebagaimana tercatat dalam Matius 19:6 yang berbunyi:

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.


Yukristen.com - Tujuan pernikahan Kristen. Dalam agama manapun, pernikahan adalah momen yang paling ditunggu. Menikah tentu saja bukan hal yang mudah, perlu pertimbangan serius sebelum benar-benar menjalaninya.

Pernikahan atau perkawinan juga dilakukan bukan tanpa tujuan, melainkan ada banyak hal yang akan didapatkan setelah menikah. Mungkin agak berbeda dengan tujuan pernikahan pada agama lainnya, maka dari itu pada kesempatan ini kami akan membahasnya.

Harapannya, semoga setelah mengetahui tujuan dari pernikahan dalam agama Kristen, kita bisa benar-benar mempersiapkan setiap jengkal hal kecil yang agar pernikahan bisa terlaksana dengan baik, lancar, dan tanpa kendala.

Berikut adalah beberapa kumpulan daftar tujuan, manfaat, dan fungsi pernikahan antara laki-laki dan perempuan dalam agama Kristen Protestan atau Katolik. Simak ulasannya di bawah berikut ini.

Tujuan pernikahan dalam agama Kristen dilihat secara simbolis adalah untuk saling mengikat janji. Janji diikat dalam gereja dan jika disederhanakan maka perjanjian berarti sebuah persetujuan di antara dua individu.

Perjanjian pernikahan yakni mengasihi dan dikasihi. Ada tiga hal penting yang bisa kita pahami dari perjanjian yang telah Allah tetapkan, yaitu perjanjian merupakan tindakan dari Allah dan tidak bersifat kontrak, kedua Allah berkehendak adanya respons dari kita sebagai manusia namun tidak berarti ini bersifat kondisional, ketiga adalah Allah sudah memberikan berkat serta keuntungan kekal lepas dari umat Tuhan sudah melakukan hal tersebut atau belum.

Dengan menikah, maka orang Kristen dipanggil untuk pelayanan khusus, yaitu menyaksikan Kristus lewat bentuk keluarga. Hubungan komunikasi dari suami dan istri akan menjadi wadah anak-anak untuk belajar dan mengenal kasih Tuhan.

Tujuan lain pernikahan adalah menjadi kesaksian, sebuah latihan untuk anak-anak menjadi pasangan suami istri dan orangtua. Dengan pola tersebut akan diteruskan secara turun temurun untuk mendidik anak.

Tanggung jawab dalam urusan pernikahan adalah dalam keperluan jasmani, batin, dan rohani, sehingga bertanggung jawab dalam ketiga aspek ini secara benar dan baik. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, suami istri harus sama-sama berusaha untuk mewujudkan rumah tangga yang bertanggung jawab apapun halangan yang merintangi.

Tujuan pernikahan dalam Kejadian Pasal 2 adalah tidak hanya sekedar mendapatkan keturunan saja, melainkan memiliki tujuan lebih penting, yaitu pertumbuhan. Ketika kedua belah pihak semakin bertumbuh, maka akan didapat kebahagiaan. Masing-masing individu harus dapat mengampuni satu sama lain dan juga mampu beradaptasi sehingga tidak akan memaksanakn atau menuntut pasangan, namun lebih kepada memahami.

Dengan pernikahan, maka manusia bisa mengembangkan pola jiwa dalam memahami kasih Allah yang tanpa syarat. Contohnya, anak-anak dalam keluarga Kristen hanya bisa merasakan kasih dari orangtua ketika mereka bertingkah laku baik dan menyusahkan, maka kasih orangtua akan sekejap hilang dan diganti dengan amarah, hukuman, kebencian, serta penolakan.

Jiwa manusia adalah saling percaya dan di kehidupan sosial serta tanpa jiwa mempercayai ini maka manusia akan sulit dalam pergaulan dan bekerja sama dengan sesama dan manusia yang antisosial akan hidup di dunia mereka sendiri. Pembentukan dan pengembangan jiwa mempercayai ini adalah tujuan pernikahan sehingga setiap individu akan saling belajar untuk percaya dengan pasagnan dan mempraktekkan cinta kasih secara konsisten.

Pernikahan dibentuk oleh Allah dengan tujuan supaya tercipta masyarakat baru kepunyaan Allah dan wadah yang digunakan Allah sebagai sarana membuat sejahtera manusia yang sudah ditebus-Nya adalah dengan melalui keluarga. Allah menghendaki tujuan pernikahan untuk melahirkan keturunan anak-anak tebusan Kristus. Tujuan pernikahan adalah untuk mendidik anak-anak sehingga bisa menjadi anak Tuhan yang tidak hanya patuh pada orangtua, namun juga Bapa.

Pernikahan juga menjadi persahabatan, kesatuan sosial, dan spiritual. Dengan membangun pernikahan yang dilandasi dengan persahabatan, maka akan jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan pernikahan yang dilakukan hanya untuk tujuan seksual semata.

Pernikahan memiliki tujuan untuk selalu tetap menghormati orangtua, namun sebagai suami dan istri maka menjadi hal utama dibandingkan dengan orangtua. Seorang suami atau istri tidak lagi mengharapkan bantuan dan dukungan dari orangtua, melainkan harus dilakukan antara pasangan suami dan istri.

Sebuah perkawinan memiliki tujuan kebersamaan yang meliputi seluruh hidup, suami istri akan berjanji membuat satu kehidupan mereka secara utuh sampai akhir hajat. Kebersamaan ini memiliki arti senasib sepenanggungan yagn tidak hanya seumur hidup sampai mati saja, namun dilakukan secara kualitatif seperti yang sudah diucapkan pada perjanjian perkawinan.

Pernikahan memiliki sifat sakramental dan hanya mengenal paham monogami yang bertitik pada martabat pribadi manusia. Dikisahkan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam yang artinya jika wanita diciptakan sejajar dengan pria dan wanita tercipta sebagai penolong yang sepadan.

Tujuan lain perkawinan adalah untuk mensejahterakan suami, istri, dan anak-anak. Ini mengartikan berupaya apapun yang terbaik untuk pasangan, baik dalam urusan jasmani dan rohani. Pernikahan tidak bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis saja, namun juga kesejahteraan lainnya.

Pernikahan jgua bertujuan untuk siap memiliki keturunan atau anak. Tidak dibenarkan jika dalam pernikahan orang dengan sengaja tidak ingin punya anak. Anak merupakan anugerah dari Tuhan, akan tetapi dikaruniai anak atua tidak bukan menjadi hak suami istri yang dapat dituntut pada Tuhan.

Demikian penjelasan singkat mengenai tujuan pernikahan kristen, tujuan menikah dalam kristen, tujuan pernikahan katolik, tujuan pernikahan secara umum, dasar pernikahan kristen, ayat alkitab tentang pernikahan, jelaskan hakikat pernikahan kristen, sifat pernikahan kristen adalah, tata cara pernikahan kristen.

Show comments

Video yang berhubungan