Teori tentang terjadinya Bumi yang terkenal dengan hipotesis Planetesimal dikemukakan oleh

Ilustrasi Sistem Tata Surya. Foto: iStock

Terdapat beberapa hipotesis yang menjelaskan proses terjadinya bumi dan tata surya. Hipotesis tersebut dikemukakan oleh banyak ilmuwan yang berusaha menyampaikan pendapat tentang proses terjadinya bumi dan tata surya.

Berikut ini beberapa hipotesis yang mencoba mengungkap awal mula terbentuknya bumi dan tata surya.

Ilustrasi Bumi dan Tata Surya. Foto: iStock

Dikutip dari Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009 Geografi oleh Rogers Pakpahan dkk., hipotesis yang sampai kini masih diterima tentang proses terjadinya planet Bumi dan sistem tata surya adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis Kabut Kant-Laplace

Hipotesis kabut (nebula) dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Pierre de Laplace (1796). Hipotesis ini mengemukakan bahwa di jagat raya telah terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula).

Adanya gaya tarik-menarik antargas membentuk kumpulan kabut yang sangat besar ini berputar semakin cepat.

Dalam proses perputaran yang kencang, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Fragmen yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.

2. Hipotesis Planetesimal

Hipotesis ini dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton, yang mengungkapkan bahwa pada mulanya telah terdapat "matahari asal".

Pada suatu ketika, matahari asal didekati oleh sebuah bintang besar, yang menyebabkan terjadinya penarikan pada bagian matahari.

Oleh tenaga penarikan pada matahari asal tadi, maka terjadilah ledakan-ledakan yang hebat.

Gas yang meledak keluar dari atmosfer matahari, kemudian mengembun dan membeku sebagai benda-benda yang padat, yang disebut Planetesimal.

Benda padat yang disebut Planetesimal ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi planet-planet yang salah satunya adalah Bumi.

3. Hipotesis Pasang Surut Gas

Hipotesis ini dikemukakan oleh James Jeans dan Jeffreys, yang menyebutkan bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek.

Gaya tarik antara bintang besar dengan matahari menyebabkan terbentuknya semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari.

Hal ini mirip dengan terjadinya pasang surut air laut di Bumi yang disebabkan oleh gaya tarik Bumi dan bulan.

Gunung-gunung yang terbentuk mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk lidah. Dalam lida yang panas terjadi perapatan gas, membentuk kolom-kolom, yang akhirnya pecah menjadi benda-benda tersendiri membentuk planet.

Ilustrasi Galaksi dalam Tata Surya. Foto: iStock

Hipotesis ini dikemukakan oleh astronom Belanda bersama Gerard P. Kulper pada tahun 1950.

Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari gumpalan awan gas atau bola kabut besar yang membentuk cakram raksasa.

Gumpalan-gumpalan itu kemudian membeku menjadi bahan planet dan satelitnya.

5. Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis ini dikemukakan oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Menurutnya, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar.

Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Bintang yang tidak meledak adalah matahari, sedangkan pecahan bintang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

tirto.id - Terdapat banyak teori tentang proses pembentukan bumi. Proses pembentukan bumi menurut teori Big Bang adalah bagian dari pembentukan alam semesta karena terjadi ledakan dahsyat. Selain Big Bang, masih terdapat teori-teori lainnya, yaitu Planetesimal, Pasang Surut, Awan Debu hingga Nebula.

Bumi sebagai tempat hidup manusia berada di tata surya yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan delapan planet, meteorid, komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari.

Adapun delapan delapan planet tersebut ialah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Semula Pluto juga dikategorikan sebagai planet yang mengelilingi matahari kita. Namun, Pluto tidak lagi dikategorikan sebagai planet sejak 2006

Dalam studi Geografi, bumi dideskripsikan sebagai salah satu dari banyaknya planet yang ada dalam tata surya, tepatnya berada di Galaksi Bima Sakti.

Lokasi tata surya kita berada di tepi galaksi Bima Sakti dengan usia diperkirakan sudah mencapai 4,6 miliar tahun. Adapun Bima Sakti yang memiliki miliaran bintang serupa matahari, hanya salah satu dari sejumlah galaksi yang sudah dikenali, selain Magelan, Andromeda dan lainnya.

Dalam Modul 3 Geografi: Planet Bumi Sebagai Ruang Kehidupan (2017:1-2), Ema Wahyuni dan kawan-kawan menerangkan, bumi menyerupai bola besar yang hampir dua pertiganya terdiri dari air dan sisanya daratan.

Komposisi keduanya memungkinkan kehidupan bisa berlangsung di bumi. Selain itu, ada juga unsur seperti atmosfer bumi, jarak tepat dengan matahari, dan berbagai sumber daya yang menambah kemungkinan makhluk bisa bertahan hidup.

Menurut Kustopo dalam buku Modul 3 Geografi: Bumi Tempat Kita Hidup (2018:4), pembentukan bumi ternyata tidak terlepas dari proses munculnya tata surya atau jagat raya. Dengan kata lain, bumi tidak bisa dilepas dari susunan tata surya beserta aspek-aspek di sekitarnya, seperti planet lain, galaksi lain, dan matahari.

Baca juga: NASA Umumkan Ada Asteroid yang Dekati Bumi Selain 2019 OU1

Teori-teori Proses Pembentukan Bumi

Beberapa ahli menjabarkan tentang proses pembentukan bumi pertama kali dengan pendapat atau teorinya masing-masing. Lantas, apa saja teori tersebut dan pengertiannya?

1. Teori Big Bang (Ledakan Besar)

Pada 1956, Fred Hoyle menerangkan bahwa seluruh benda yang kini ada di tata surya terbentuk dari peristiwa tabrakan dua bintang kembar yang akhirnya meledak. Teori ini juga sering disebut “teori bintang kembar".

Ledakan tersebut menyebabkan seluruh unsur bintang pecah menjadi debu-debu angkasa. Satu unsur terkuat saat itu adalah matahari dengan gaya gravitasinya. Debu yang berserakan mulai bersatu menjadi planet dan asteroid. Salah satu planet yang terbentuk adalah bumi.

2. Teori Planetisimal

Pendapat ini dikemukakan oleh Forest Ray Moulton dan Thomas Crowder Chamberlin. Mereka menyatakan tata surya ada karena benda padat berukuran kecil (planetisial) yang secara konsisten mengelilingi inti bersuhu tinggu.

Planet kecil tersebut akhirnya ada yang menyatu dan menjadi planet-planet yang ukurannya lebih besar, salah satunya bumi. Sedangkan, inti dengan suhu tinggi tadi menjadi matahari.

3. Teori Pasang Surut

Hipotesa ini diungkapkan dua orang astronom, yakni James Hoowod dan Harold Jeffreys. Matahari disebutkan sebagai satu-satunya unsur yang ada dalam tata surya. Seluruh planet yang kini ada, salah satunya bumi, tercipta karena adanya serpihan matahari yang lepas.

Gravitasi bintang lain dan matahari (juga bintang) saling tarik menarik hingga menghempaskan serpihan. Bentuk awalnya menyerupai susunan cerutu panjang yang secara konsisten mengelilingi matahari hingga akhirnya mendingin dan menjadi planet.

4. Teori Awan Debu

Alam semesta dahulu terdiri dari kumpulan awan besar yang unsurnya terbentuk dari debu dan gas. Carl Friedrich von Weizsacker dan Gerard Peter Kuiper sebagai pelopor teori ini mengungkapkan, ada ketidakteraturan gaya tarik menarik di awan tersebut.

Gaya tersebut lama-kelamaan kosisten bergerak cepat dan teratur hingga membentuk matahari sebagai inti piringan. Di bagian luar inti, terdapat beberapa planet yang juga terbentuk dari proses pergerakan awan besar.

5. Teori Nebula

Filsuf Jerman, Imanuel Kant, mengungkapkan proses pembentukan tata surya diawali dari nebula (gas bersuhu tinggi dan berputar secara lambat). Pergerakan tersebut menyebabkan munculnya inti energy yang disebut sebagai inti massa di tempat berbeda.

Inti paling besar terdapat di tengah tata surya menjadi matahari dan inti-inti kecil di sekitarnya mulai membentuk jadi planet. Bumi adalah salah satu yang tercipta dari inti kecil tersebut dengan komposisi sesuai. Sedangkan, matahari bersuhu paling tinggi dibanding inti lainnya.

6. Teori Kondensasi

Teori ini dikemukakan astronom Belanda, G.P Kuiper pada tahun 1950. Teori ini menyampaikan bahwa tata surya terbentuk karena adanya bola kabut raksasa yang berputar hingga menjadi cakram raksasa.

Baca juga: Perbedaan Benda Langit: dari Asteroid, Meteorit, Hingga Komet

Baca juga artikel terkait TATA SURYA atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/dip)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates