Teknik yang digunakan untuk anyaman Upiya Karanji adalah

1.Tari dibentuk dan diarahkan untuk fungsi penampilan yang khusus adalah... 2.Kegiatan pagelaran mempunyai manfaat sebagai berikut... 3.Jelaskan penge … rtian tata rias dan busana! 4.Sebutkan property yang digunakan dalam pementasan tari! 5.Sebutkan musik pengiring dalam tari! ​

cat air yang bisa digunakan dalam mewarnai gambar terbuat dari​

Stempel adalah alat yang digunakan untuk menghasikan cetakan gambar. Jenis teknik yang digunakaan dalam pembuatan karya gambar yang menggunakan stempe … l adalah... A. Kayu lapis triplekB.kacaC.LogamD.Besi​

Dalam cabang seni rupa,banyak menggunakan beberapa proses.proses mempelajari karya seni rupa menggunakan teknik..... A. Jahit B.Potong C.Sambung D.Cet … ak​

interval yang di gunakan pada tangga nada diantinik adalah.... dan....​

Jelaskan tujuan dan fungsi periklanan (advertising) !

Budaya merupakan suatu cara hidup yang bersumber dari akal budi manusia, dijakikan identitas dan hak milik, serta diwariskan secara turun-temurun dala … m suatu masyarakat. Pernyataan diatas merupakan pengertian dari ?

QUIS.(mapel:sbdp) 1. tangga nada diatonis dibagi menjadi .... kelompok.2. tangga nada diatonis mayor dimulai dari nada ....3. sebutkan karakte … r tangga nada pelog!4. tuliskan lirik lagu "Syukur"!#NO NGASAL#NO BAHASA ALIEN#NO COPAS GOOGLE[tex]selamat \: mengerjakan \: \infty [/tex]​

1. Nada sol (5) terletak pada nada......2. Tangga nada Do = F artinya nada do sama tingginya dengan nada......3. Nada re dari tangga nada Do=F adalaha … nada.....GAMBAR DI ATAS TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN NO 2 DAN 3, HANYA UNTUK NO 1​

Berikan contoh perkembangan anak 15 sampai 20 tahun periode pendidikan watak dan pendidikan agama​

Indonesiabaik.id - Upia Karanji merupakan anyaman yang terbuat dari mintu, yaitu tumbuhan belukar yang tumbuh di pinggiran hutan. Proses pembuatan Upia Karanji dimulai dengan mencari mintu, dimana untuk membuat sebuah Upia Karanji dibutuhkan mintu sebanyak 15 hingga 20 batang dengan panjang berkisar antara satu hingga dua meter. Mintu yang sudah dikumpulkan kemudian dibelah menjadi empat bagian, kemudian dijemur selama enam jam untuk mengeringkan atau menghilangkan kadar air pada batang mintu. Selanjutnya mintu yang telah kering Kiraut dan dianyam menjadi Upia Karanji.

Pada awalnya, penggunaan Upia karanji oleh masyarakat Gorontalo masih sangat terbatas pada masyarakat di pedesaan ataupun pada orang tua saja. Namun sejak keluarnya instruksi Gubernur Gorontalo pada akhir tahun 2017 agar seluruh Aparatur Sipil Negara di Provinsi Gorontalo wajib menggunakan Upia Karanji, penggunaan Upia Karanji semakin populer di masyarakat. Dampaknya pun turut dirasakan oleh para pengrajin Upia Karanji. Jika sebelumnya Upia Karanji jenis kodian atau kasar hanya dihargai Rp25.000,00 perbuah, harganya saat ini melonjak hingga Rp100.000,00 perbuah. Sedangkan untuk jenis Upia Karanji yang berkualitas halus, dari Rp50.000,00 naik menjadi Rp400.000,00 perbuah.

Permintaan Upia Karanji pun semakin meningkat. Jika sebelumnya dalam seminggu seorang perajin hanya membuat satu buah Upia Karanji, karena minimnya permintaan, saat ini seorang perajin bisa membuat empat buah Upia Karanji dalam seminggu. Dalam sebulan seorang perajin Upia Karanji memperoleh pendapatan berkisar antara Rp1.500.000,00 hingga Rp2.000.000,00. Pemasaran Upia Karanji yang hanya dijual di pasar-pasar tradisional, kini telah banyak dijual di toko-toko besar dan pusat-pusat perbelanjaan modern.

Lihat Foto

KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR

Sejumlah pelajar mempelajari proses pembuatan upiah karanji di rumah adat Bantayo Poboide Gorontalo.

GORONTALO, KOMPAS.com - Bagi warga Gorontalo, mengenakan upiah karanji (kopiah keranjang) adalah kebanggaan tersendiri, karena penutup kepala ini telah menjadi identitas kebudayaan mereka.

Upiah karanji saat ini menjadi cendera mata yang paling laris diburu wisatawan. Para pelacong luar daerah ini sering terlihat memborong oleh-oleh ini untuk diberikan kepada keluarga atau koleganya.

“Songkok unik ini tidak panas dikenakan karena banyak lubang pada anyamannya,” kata Sugito, wisatawan yang berbelanja di pusat pertokoan Kota Gorontalo, Rabu (19/12/2018).

Harga songkok ini variatif, mulai dari Rp 100.000 ke atas, bergantung pada kehalusan anyamannya.

Baca juga: Limbah Rumah Makan Mampetkan Drainase Pusat Kota Gorontalo

Wujud upiah karanji ini adalah songkok yang terbuat dari anyaman rumput liar. Warga Gorontalo menyebutnya sebagai mintu.

Tokoh nasional yang selalu mengenakan songkok khas ini adalah Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), mantan Presiden Republik Indonesia. Kemana pun pergi, Kiyai asal Jombang Jawa Timur, ini selalu mengenakan upiah karanji.

“Kami bangga menjadi warga Gorontalo yang memiliki produk upiah karanji,” kata Sartika Nur, warga Batudaa, Kabupaten Gorontalo.

Untuk membuat upiah karanji ini tidak mudah. Rumput mintu yang tumbuh liar harus dicari di hutan, para perajin harus berjalan jauh untuk mendapatkannya.

Namun, ada juga warga desa yang menjual rumput ini dalam ikatan-ikatan kecil yang bisa dipakai membuat 3 upiah karanji.

Mintu menyerupai ilalang, untuk mendapatkan bahan yang siap anyam, rumput ini harus dikeringkan dulu di bawah terik matahari. Setelah itu, bagian kulitnya dikelupas dengan hati-hati.

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 7 are not shown in this preview.

Hadjirah Abdullah, Hasil kerajinan kopiah keranjang wanita ini pernah dipakai Mantan Presiden Aburahman Wahid ataw Gus Dur. Kamis, (16/5.) Foto : Istimewa

BANTHAYO.ID, GORONTALO - Kopiah keranjang adalah anyaman khas Gorontalo atau yang dalam bahasa daerah sering juga disebut sebagai upiah karanji. Salah satu tokoh Indonesia yang setia mengenakan upiah karanji adalah Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur. Gus Dur kerap terlihat mengenakan upiah karanji saat tampil ke publik.

Banthayo.id berkesempatan menyambangi pengrajin upiah karanji, Hadjirah Abdullah (63), atau biasa disapa Ta No’u, di Desa Pulubala, Kecamatan Pulubala, Kabupaten Gorontalo, Kamis (16/5).

Mantan Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid atau Gus Dus saat mengenakan Kopiah Keranjang, hasil tangan pengrajin Gorontalo. (Foto : Istimewa )

Hadjirah merupakan salah satu pengrajin kopiah khas Gorontalo. Pada masa kepemimpinan Soeharto, Hadjirah mendapat penghargaan atas karyanya. Tahun 1996, ia juga sempat mendapat penghargaan dari politikus Surya Paloh. Karenanya, Hadjirah diberi kesempatan membuat kopiah keranjang yang digunakan Gus Dur.

Sampai saat ini Hadjirah Abullah atau Ta No'u masih aktif menjalanai pekerjaanya sebagai pengrajin Kopiah Keranjang. (Foto : Istimewa)

"Sekitar tahun 2000 saya didatangi oleh beberapa utusan dari Istana Negara. Mereka mengatakan Presiden Gus Dur ingin pesan upiah karanji," jelasnya.

Kejadian tersebut tentu saja tak pernah dilupakan Hadjirah. Bahkan selalu terkenang sebagai satu kebanggan dari pengrajin upiah karanji.

Proses Pembuatan Upiah Karanji

Sandiaga Salahudin Uno, pengusaha berdarah Gorontalo kerap mengenakan Kopiah Keranjang. (Foto;Istimewa)

Proses pembuatan untuk menghasilkan satu upiah karanji terbilang sulit. Sehingga diperlukannya waktu yang lama dalam proses menganyam upiah karanji.

Yani Ulapanili (54), warga Desa Batu Layar, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, mengatakan upiah karanji dianyam dari rumput liar. Warga menyebut bahan baku itu sebagai mintu yang liat dan kuat.

"Pembuatan satu kopiah keranjang bisa memakan waktu tiga hari. Sehingga dalam sebulan, pengrajin hanya bisa membuat delapan buah," katanya.

Yani Ulapanili, salah seorang pengrajin Kopiah Keranjang yang ada di Desa Batu Layar, Kecamatan Bongomeme, Kabupaten Gorontalo, (Foto : Burdu/banthayoid)

Proses pembuatan upiah karanji dimulai dengan mencari mintu. Dibutuhkan 15 hingga 20 potongan mintu dengan panjang dua meter untuk pembuatan satu kopiah.

Mintu kemudian dibelah menjadi empat bagian, kemudian dijemur selama enam jam untuk mengeringkan atau menghilangkan kadar air pada batang.

Mintu, tanaman liar yang banyak tumbuh di hutan, menjadi bahan dasar pembuatan Kopiah Keranjang. ( Foto : Burdu/banthayoid)

Selanjutnya mintu yang telah kering diraut dan dianyam menjadi upiah karanji.

"Bentuk kopiah keranjang bervariasi, ada yang berbentuk konvensional ada pula yang berbentuk bulat," tuturnya.

Kopiah Keranjang bertuliskan Provinsi Gorontalo yang siap dipasarkan. (Foto:Burdu/banthayoid)

Tambah Yani, harga kopiah keranjang bervariasi. Mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu, tergantung kualitasnya.

Editor : Febriandy Abidin

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA