Tawuran remaja dan seks bebas merupakan contoh gejala sosial karena

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan Remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang. Fenomena kenakalan

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lain sebagainya. Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan termasuk pelanggaran hukum. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang terhadap norma antara lain seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan lain sebagainya. Hubungan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja

Menurut penelitian yang dilakukan Balitbang Departemen Sosial (2002), Hamzah (2002, Prahesti (2002), mengindikasikan bahwa kematangan emosi pada remaja yang masih labil merupakan salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Tidak matangnya emosi seseorang ditandai dengan meledaknya emosi di hadapan orang lain, tidak dapat melihat situasi dengan kritis, dan memiliki reaksi emosi yang tidak stabil. Sebaliknya matangnya emosi seseorang ditandai dengan tidak meledaknya emosi di hadapan orang lain, dapat penilaian situasi kritis dan memiliki reaksi emosi stabil dan kepercayaan diri seperti percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki konsep diri yang positif dan berani mengungkapkan pendapat.

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan dalam pemenuhan tugas perkembangan. Beberapa remaja gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang sudah dimiliki remaja lain seusianya selama masa perkembangan. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan menjadikan remaja sadar dan peka terhadap norma, sehingga remaja mampu menahan dorongan pemuasan dalam diri agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Sebaliknya, kegagalan dalam tugas perkembangan ini, akan menyebabkan individu remaja menjadi kurang peka terhadap norma dan aturan yang berlaku. Ini menyebabkan individu remaja menjadi rentan berperilaku melanggar aturan bahkan melakukan tindakan kriminal.

Di Indonesia salah satu bentuk kenakalan remaja yang marak dijumpai, terutama di kota-kota besar adalah tawuran pelajar. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terjadinya tren peningkatan angka kasus tawuran di kalangan pelajar sepanjang tahun 2018.

  • Kenakalan biasa, seperti berkelahi, keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
  • Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM, mengambil barang orang tua atau orang lain tanpa ijin.
  • Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan obat terlarang, seks bebas, pencurian.

Kenakalan remaja juga dibagi menjadi tiga yaitu:

  • Kenakalan, kejahatan yang dilakukan anak dibawah umur yang menyebabkan anak tersebut harus berhadapan dengan hukum dan ditangani dengan sistem peradilan anak.
  • Perilaku kriminal, kejahatan yang ditangani oleh peradilan pidana.
  • Pelanggaran status, pelanggaran yang termasuk pelanggaran ringan. Contoh: bolos sekolah.

Ada beberapa jenis kenakalan yang muncul pada remaja. Salah satunya adalah kenakalan berulang, yang mana dimulai dengan menyinggung atau menunjukkan perilaku anti sosial/agresif pada masa remaja (atau bahkan sejak kanak-kanak) dan berlanjut hingga dewasa.

Kenakalan remaja itu terjadi karena beberapa faktor, bisa disebabkan dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

Faktor internal

  • Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
  • Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya..

Faktor eksternal

  • Keluarga dan Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
  • Teman sebaya yang kurang baik.
  • Remaja
  • Pantologi Sosial

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kenakalan_remaja&oldid=21674046"

Apa itu Dekadensi Moral?

Dekadensi berasal dari kata dekaden yang berarti keadaan merosost atau mundur suatu moral atau akhlak. Dengan kata lain, dekadensi moral merupakan bentuk-bentuk perubahan sosial atau suatu kondisi moral yang jatuh, jauh dari ciri-ciri kelompok sosial, kondisi merosot, kemunduran yang sementara ataupun kemrosostan yang berlangsung terus menerus baik itu sengaja atau tidak disengaja dimana kemunduran ini sulit untuk dikembalikan atau diarahkan seperti keadaan sebelumnya.

Dekadensi Moral Saat Ini

Fenomena dekadensi moral saat ini sangat menarik untuk diteliti. Dewasa ini berbagai macam kemajuan teknologi sangat berkembang pesat. Budaya dari luar yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi penduduk Indonesia masuk tanpa disaring. Sehingga hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi moral dan perilaku masyarakat umumnya dan remaja pada khususnya. Pengaruh dekadensi moral ini tak jarang selalu mengarah ke hal-hal yang tidak baik. Setiap harinya mereka selalu terkontaminasi oleh berbagai tayangan kurang mendidik di televisi ataupun media internet. Pengawasan dan bimbingan yang luput dari orang tua saat mereka asyik mengakses informasi di televisi dan internet harusnya menjadi sebuah perhatian. Bahkan yang lebih parah lagi, terkadang bahkan sering remaja sekarang tidak mengetahui budaya daerah mereka sendiri. Justru mereka lebih hafal dan tertarik terhadap budaya luar seperti budaya korea aau k-pop yang populer di telinga mereka. Hal-hal kecil semacam ini harusnya menjadi perhartian penting Pemerintah sebab masalah ini jauh dari bentuk hubungan sosial yang baik tetapi dapat membuat remaja kehilangan rasa nasionalisme terhadap bangsanya sendiri. Dekadensi moral seperti ini biasanya dimulai dari hal kecil misalnya mengikuti gaya berpakaian, cara berbicara bahkan tradisi yang jelas-jelas tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Selain contoh yang sudah dijelaskan, berikut adalah beberapa contoh dekadensi moral yang terjadi di masyarakat :

Derasnya arus globalisasi jaman sekarang begitu membawa dampak yang sangat signifikan, baik itu dampak positif maupun negatif. Akan baik akibatnya jika dampak tersebut adalah dampak positif sebab hal ini tak akan merusak datau menyebabkan dekadensi moral remaja. Namun bagaimana bila dampak yang dibawa adalah bentuk negatif? Hal inilah yang menjadi bahan perhatian karena menyebabkan terjadinya dekadensi moral remaja saat ini. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dari hari ke hari menjadi wadah empuk bagi remaja dalam mengakses berbagai hal yang bersifat bebas. Suatu informasi tabu, hanya untuk pribadi dan terbatas pada kelompok tertentu, kini malah mudah untuk diakses dan menjadi ajang konsumsi publik. Seperti contohnya, maraknya situs-situs pornografi yang mudah dikases oleh pelancong internet. Di satu sisi penggunaan internet memang membawa dampak baik bagi remaja sebab remaja juga dapat menggali berbagai ilmu pengetahuan dan informasi bermanfaat.

Namun, di sisi lain internet juga dapat memberikan sisi negatifnya yakni dengan menyediakan situs-situs yang tidak layak dan tidak patut untuk ditonton seseorang di usia remaja. Dekadensi moral akibat penggunaan internet adalah seks bebas yang terjadi di kalangan remaja saat ini. data yang dikutip dari berbagai sumber terutama dari Komisi Perlindungan Anak mengungkapkan bahwa sebagain besar remaja SMP sudah tidak perawan dan pernah melakukan aborsi. Fenomena seks bebas ini ternyata telah menyebar di seluruh kota dan desa kaya dan miskin, melakukan hubungan seks dengan menggunakan alat kontrasepsi di rumahnya sendiri. Kejadian ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya salah menginterpretasikan makna cinta dan hubungan dengan lawan jenis, minimnya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap pergaulan anaknya, tayangan televisi yang tidak mendidik serta mudahnya anak untuk mengakses konten video porno di internet. Selain seks bebas, pelegalan tempat hiburan malam di kota-kota besar juga menjadi ajang penjerumusan dekadensi moral remaja yang harus kita hadapi remaja di jaman ini.

  1. Pencabulan dan Pemerkosaan

Selain seks bebas, dekadensi moral seperti perncabulan dan pemerkosaan saat ini juga sering terjadi. Berbagai sumber mengutip bahwa banyak sekali anak-anak remaja yang menjadi korban pencabulan atau pemerkosaan dan ironinya pelaku pemerkosaan kebanyakan adalah orang yang dikenal seperti sauadara dekat bahkan anggota keluarga sendiri seperti teman, orang tua tiri, majikan atau guru. Modus terjadinya jenis dekadensi moral ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor pemaksaan, video porno, perkenalan, hubungan pacaran dan bujuk rayu. Ditambahkan lagi kasus pemerkosaan dan pencabulan ini terjadi di daerah yang justru mempunyai prestasi pertumbuhan ekonomi yang bagus dan relatif tinggi daripada daerah lain.

Peningkatan kasus dekadensi moral seperti pencabulan atau pemerkosaan ini harusnya menjadi perhatian yang serius bagi Pemerintah, lembaga hukum dan seluruh elemnm masyarakat. Pencegahan kejadian tersebut haruslah digalakkan sejak dini mulai dari meningkatkan kesadaran diri sendiri serta pengawasan dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor penyebabnya juga dapat disebabkan oleh keadaan ekonomi. Kemiskinan yang dialami dapat meningkatkan stress seseorang sehingga bentuk pelampiasannya sering tidak wajar. Selain itu kurangnya pengawasan dari Pemerintah dan efek yang diberikan kepada pelaku relatif ringan membuat kasus pelecehan dan pemerkosaan ini meningkat setiap harinya.

Kasus korupsi termasuk kejahatan yang luar biasa sebab dari hari ke hari kasus ini bukan malah berkurang namun semakin merajalela. Para kepala daerah yang harusnya dapat mempertanggung jawabkan amanah yang diberikan malah berusaha menyelewengkannya. Mereka yang harusnya memperjuangkan hak rakyat malah sibuk memperkaya diri sendiri. Tranparency Internatioan (TI) bahkan merilis dari 177 negara di tahun 2013 saja, Indonesia menduduki peringkat 64 sebagai negara terkorup di dunian dengan skor 32. Sedangakn Singapura berada di posisi 173 dengan skor 86 dan Malaysia berada di posisi 125 dengan skor 50.

Negara paling beersih dari korupsi ditempati oleh Denmark, Selandia Baru, Finlandia dan Swedia, sedankan negara paling terkorup adalah Afganistan, Somalia, Korea Utara dan Sudan. Melihat kenyataan ini secara otomatis menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara yang masih harus berjuang melawan perilaku korupsi. Sudah dapat dipastikan negara akan kesulitan untuk maju apabila pejabatnya masih sering melakukan korupsi. Pejabat hanya diam duduk manis, sambil mencari dan menyusun rencana untuk menggelembungkan dana, merebut kursi kejayaan lalu sibuk melakukan pembelaan saat kejahatan sudah tekuak dan posisi sedang diambang kehancuran. Oleh karena itu, dengan penanaman mental yang baik sebelum duduk menjadi seorang pejabat dan penanaman budaya non korupsi sejak usia dini harusnya dapat digalakkan sebagai langkah awal mencegah korupsi.

Tawuran juga peristiwa dekadensi moral yang terjadi di jaman sekarang. Kegiatan ini sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya dimana hal yang melatarbelakangi kejadian tersebut adalah perkara-perkara kecil. Perkara yang melibatkan kontak fisik tersebut biasanya hanya disebabkan oleh kesalahapahamn seperti tidak mau memberi rokok atau ketersinggungan hal yang belum tentu benar. Perkara remeh inilah yang menjadi faktor penyulut api tawuran di antara para pelajar. Masalah kecil yang harusnya bukan menjadi masalah berubah menjadi masalah yang sangat besar. Dengan memenangi sebuah tawuran, mereka menganggap itu sebagai sebuah keberhasilan serta pembuktian eksistensi diri. Padahal bukan, bukan itu dampak yang mereka dapat. Ketika tawuran , mereka tidak lagi menggunakan akal sehat bahkan mereka menganggap hanya tawuran yang menjadi solusi pemecahan masalah yang mereka hadapi pada saat itu. Mereka tidak lagi memperdulikan akibat dari perilaku tawuran baik itu bagi diri mereka sendiri, keluarga, sekolah bahkan keadaan sosial mereka nantinya.

Betapa ngerinya melihat fakta remaja sekarang bahwa dari dua juta pengguna aktif narkoba dan miras, 90 persen diantaranya adalah para remaja. Selain korupsi, miras dan narkoba di kalangan remaja juga menjadi salah satu kejahatan yang luar biasa. Peredaran miras dan narkoba dari hari ke hari semakin tidak terbendungkan lagi. Peredaran dan penyebaran ini selalu mengalami peningkatan yang tajam. Indonesia benar-benar sedang menghadapi masalah yang sangat serius. Bagaimana akan maju negara kita apabila para generasi mudanya disuguhi dengan barang-barang yang dapat menyebabkan dekadensi moral seperti ini? Bisa, namun sulit untuk mencapainya. Remaja yang sudah mengalami kecanduan miras dan narkoba ini akan lebih sering murun.

Mereka juga akan tampak lebih emosi dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh zat adiktif yang terdapat pada miras dan narkoba. Selain itu para remaja yang kecanduan miras dan narkoba juga akan melakukan berbagai cara agar pasokan miras dan narkoba dapat selalu mereka dapatkan. Segala usaha akan dilakukan seseorang untuk memperoleh barang tersebut, walapun harus melalui banyak cara-cara yang tidak benar seperti melakukan pencurian dan pencopetan. Sudah jelas bukan selain merugikan diri sendiri, dekadensi moral akibat miras dan narkoba juga mempengaruhi keadaan sosial masyarakat sekitar. Perilaku tersebut membuat masyarakat menjadi sering lebih waspada.

Demikian contoh dekadensi moral yang terjadi sekarang ini. Kita dapat meminimalisir atau paling tidak mencegah dekadensi moral ini dengan memperkuat kekeluargaan, menggalakkan karakter building, memilih dan memilah proses interaksi sosial yang baik, peran pranata keluarga yang tepat  serta budaya yang masuk serta menanamkan ajaran moral dan islami yang kokoh diantara para remaja. Semoga kita dapat menambah wawasan pengetahuan kita khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan sosial dan bermanfaat di kehidupan selanjutnya.