Suku osing adalah suku asli yang mendiami daerah

Suku Osing atau dikenal juga sebagai Laros (akronim: Lare Osing) atau Wong Osing merupakan suku bangsa asli yang mendiami Banyuwangi di Jawa Timur, wilayah paling timur Pulau Jawa. Suku Osing adalah sub-kultur dari Suku Jawa dengan bahasa, budaya, dan adat kebiasaan yang jauh berbeda. Terdapat dua unsur yang menjadi dasar pembentuk Suku Osing, yaitu Jawa dan Bali.

Membahas tentang Suku Osing tak bisa lepas dari Kerajaan Blambangan, leluhurnya. Setelah Majaphit runtuh oleh Kesultanan Demak, Kerajaan Blambangan menjadi kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa yang juga berperan sebagai penyangga antara Kesultanan Islam yang muncul pada abad ke-16 M dan wilayah-wilayah di Pulau Bali yang beragama Hindu.

Kerajaan Blambangan adalah tempat bergantung orang-orang Bali untuk meningkatkan perekonomian setelah terpuruk akibat perang. Kerajaan Blambangan juga menjadi alasan kenapa Kesultanan Mataram Islam tak bisa menyebarkan agama Islam dan pengaruhnya ke Pulau Bali di timur. Posisi Kerajaan Blambangan yang berada di tengah-tengah membuatnya sangat rentan terhadap pengaruh luar.

Blambangan menjadi negara bawahan dari raja-raja Buleleng. Setelah Kerajaan Buleleng kalah oleh Kerajaan Mengwi, Kerajaan Blambangan pun berpindah di bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi. Saat kedaulatan negara Blambangan berada di bawah Kerajaan Mengwi, momen penting dalam sejarah budaya Blambangan terjadi. Melalui perkawinan kedua kerajaan, lahirlah Suku Osing yang berasal dari peranakan Jawa-Bali.

Kerajaan Mengwi mempengaruhi Kerajaan Blambangan dengan cara persekutuan perkawinan. Gusti Agong yang ketika itu menjadi raja Mengwi menwarkan putri Bali kepada Danureja, Pangeran Blambangan sebagai selir. Dan di saat yang sama, Gusti Agong menikahi putri Danureja, Mas Ayu Ratu. Persekutuan serupa juga dilakukan oleh bangsawan Blambangan dan secara bertahap oleh orang-orang biasa.

Setelah beberapa dekade berlalu, perkawinan campuran tersebut jelas telah menandai demografi dan budaya Blambangan. Orang peranakan antara Kerajaan Blambangan dan Kerajaan Mengwi kemudian dikenal sebagai Suku Osing. Ketika Kerajaan Blambangan runtuh, budayanya telah berubah. Suku Osing telah menjadi kehadiran permanen di masyarakat Blambangan, dan mereka terus berada di wilayah Banyuwangi hingga kini.

Suku Osing berbicara bahasanya sendiri, bahasa Osing yang berasal dari pengaruh bahasa Bali dan turunan langsung bahasa Jawa Kuno. Sekilas budaya dan adat kebiasaan Suku Osing hampir mirip dengan Suku Jawa dan Suku Bali, namun sebenarnya jelas berbeda. Suku Osing adalah sub-kultur dari Suku Jawa yang hidup menetap di desa-desa pertanian dengan tanah subur di bagian tengah dan timur Banyuwangi.

Ciri-ciri masyarakat Suku Osing yang dapat dilihat adalah menggunakan bahasa Osing dalam kesehariannya. Memiliki danyang desa dan mengakui kepercayaan leluhur. Cenderung homogen, melakukan perkawinan dengan orang yang satu suku. Sebagian besar beragama Islam, namun beberapa masih menganut Hindu bahkan kepercayaan lain seperti Saptadharma.

bali banyuwangi jawa timur suku bali suku jawa suku osing wisata indonesia

SHARE :

SuaraJatim.id - Jawa Timur ( Jatim ) memiliki beragam suku, yuk kita kenal satu per satu suku yang ada di provinsi ujung timur Pulau Jawa ini. Jatim memiliki provinsi terluas dibandingkan 6 provinsi lainnya dengan keberadaan jumlah penduduk terbanyak yakni 40.665.696 di Indonesia sesudah Jawa Barat.

Memiliki luas wilayah 47.803,49 km², wilayah Jawa Timur sendiri meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean, dan Pulau kecil lainnya. Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa, selain itu ada Suku Madura, Suku Bawean, Suku Osing. Berikut Suku yang mendiami wilayah Jawa Timur :

1. Suku Jawa

Suku Jawa menyebutnya ‘Wong Jowo ‘, tentu saja suku Jawa merupakan suku terbesar yang ada di Provinsi Jawa Timur. Bahkan mereke tersebar dibeberapa daerah lainnya melalui program yang disediakan oleh Pemerintah. Mayoritas orang Jawa adalah Islam, dengan beberapa minoritas Kristen, Kejawen, Hindu, Budha dan Konghuchu.

Baca Juga: Hina SBY hingga AHY, Seorang ASN di Jawa Timur Dipolisikan

Anak suku Jawa [Foto: Phinemo.com]

Tidak diragukan lagi Suku Jawa sangat menjunjung tinggi kehormatan, keseimbangan dan keharmonisan. Terlihat dalam keseharian mereka yang berperilaku sopan nan sederhana, sebagai contoh : Wong Jowo dikenal sebagai pribadi dengan tutur kata yang halus.

Ada kata-kata yang kerap dilontarkan oleh orang tua kepada orang lebih muda yang tidak punya sopan santun, tingkah laku kurang baik yaitu ‘Wong Jowo Ora Jawani’. Terdapat pementasan yang terkenal yakni pementasan wayang. Selain itu seni batik dan keris juga merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa.

2. Suku Madura

Sedangkan Suku Madura mendiami Pulau Madura dan daerah ‘Tapal Kuda’. Hampir semua orang Madura merupakan penganut agama Islam. Bahasa yang mereka pakai adalah Bahasa Madura dengan dialek Kangean, Sumenep, Pemekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Bahasa Madura juga mengenal tingkatan bahasa yaitu, bahasa kasar, menengah dan halus.

Suku Madura di Jawa Timur [Foto: Adatindonesia.org]

Masyarakat Madura dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tali kekerabatan, dan salah satu simbol yang mendukung tentang tali kekerabatan ini, dapat dilihat dari denah sebuah rumah yang masih bersifat tradisional atau rumah - rumah adat yang terdapat di Madura. Salah satu permainan khas Madura yang tak asing didengar yaitu Karapan Sapi.

Baca Juga: Terjerembab Jadi PSK, Janda Ini Sudah Layani 14 Pria di Madura

Selain itu terdapat warna - warna khas batik tulis di daerah ini menggunakan warna-warna yang tajam dan kontras yang disesuaikan dengan karakter masyarakat Madura. Salah satu warna yang menjadi ciri khas adalah warna merah, tradisi membatik di Madura yang terkenal adalah Batik Genthongan. Disebut Genthongan karena proses pewarnaannya direndam terlebih dahulu kedalam wadah atau gentong besar.

SuaraJatim.id - Jawa Timur ( Jatim ) memiliki beragam suku, yuk kita kenal satu per satu suku yang ada di provinsi ujung timur Pulau Jawa ini. Jatim memiliki provinsi terluas dibandingkan 6 provinsi lainnya dengan keberadaan jumlah penduduk terbanyak yakni 40.665.696 di Indonesia sesudah Jawa Barat.

Memiliki luas wilayah 47.803,49 km², wilayah Jawa Timur sendiri meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean, dan Pulau kecil lainnya. Mayoritas penduduk Jawa Timur adalah Suku Jawa, selain itu ada Suku Madura, Suku Bawean, Suku Osing. Berikut Suku yang mendiami wilayah Jawa Timur :

1. Suku Jawa

Suku Jawa menyebutnya ‘Wong Jowo ‘, tentu saja suku Jawa merupakan suku terbesar yang ada di Provinsi Jawa Timur. Bahkan mereke tersebar dibeberapa daerah lainnya melalui program yang disediakan oleh Pemerintah. Mayoritas orang Jawa adalah Islam, dengan beberapa minoritas Kristen, Kejawen, Hindu, Budha dan Konghuchu.

Baca Juga: Hina SBY hingga AHY, Seorang ASN di Jawa Timur Dipolisikan

Anak suku Jawa [Foto: Phinemo.com]

Tidak diragukan lagi Suku Jawa sangat menjunjung tinggi kehormatan, keseimbangan dan keharmonisan. Terlihat dalam keseharian mereka yang berperilaku sopan nan sederhana, sebagai contoh : Wong Jowo dikenal sebagai pribadi dengan tutur kata yang halus.

Ada kata-kata yang kerap dilontarkan oleh orang tua kepada orang lebih muda yang tidak punya sopan santun, tingkah laku kurang baik yaitu ‘Wong Jowo Ora Jawani’. Terdapat pementasan yang terkenal yakni pementasan wayang. Selain itu seni batik dan keris juga merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa.

2. Suku Madura

Sedangkan Suku Madura mendiami Pulau Madura dan daerah ‘Tapal Kuda’. Hampir semua orang Madura merupakan penganut agama Islam. Bahasa yang mereka pakai adalah Bahasa Madura dengan dialek Kangean, Sumenep, Pemekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso dan Situbondo. Bahasa Madura juga mengenal tingkatan bahasa yaitu, bahasa kasar, menengah dan halus.

Suku Madura di Jawa Timur [Foto: Adatindonesia.org]

Masyarakat Madura dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tali kekerabatan, dan salah satu simbol yang mendukung tentang tali kekerabatan ini, dapat dilihat dari denah sebuah rumah yang masih bersifat tradisional atau rumah - rumah adat yang terdapat di Madura. Salah satu permainan khas Madura yang tak asing didengar yaitu Karapan Sapi.

Baca Juga: Terjerembab Jadi PSK, Janda Ini Sudah Layani 14 Pria di Madura

Selain itu terdapat warna - warna khas batik tulis di daerah ini menggunakan warna-warna yang tajam dan kontras yang disesuaikan dengan karakter masyarakat Madura. Salah satu warna yang menjadi ciri khas adalah warna merah, tradisi membatik di Madura yang terkenal adalah Batik Genthongan. Disebut Genthongan karena proses pewarnaannya direndam terlebih dahulu kedalam wadah atau gentong besar.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA