Senyawa berikut yang digunakan sebagai bahan kimia dalam pembuatan parasetamol adalah

Prayogi, Syaiful (NIM.42115027) (2019) SINTESIS PARASETAMOL DENGAN CARA ASETILASI p-AMINOFENOL DENGAN ANHIDRIDA ASETAT, ASAM ASETAT DAN CAMPURAN ANHIDRIDA ASETAT DENGAN ASAM ASETAT. Post-Doctoral thesis, Universitas Peradaban.

Abstract

Bahan baku obat di Indonesia hampir 90% masih impor baik dari Cina, India, maupun Eropa, total nilai impor pada tahun 2018 sebesar 5 milyar US$. Salah satu bahan baku obat yang masih impor adalah parasetamol. Solusi atas permasalahan tersebut adalah dengan membuat bahan baku parasetamol. Parasetamol umumnya dibuat dengan cara asetilasi p-aminofenol dengan anhidrida asetat. Urutan reaktivitas senyawa pengasetilasi tersebut adalah asetil klorida > anhidrida asetat > asam asetat. Pemakaian asetil klorida diperkirakan menghasilkan asam klorida yang akan menghidrolisis produk parasetamol yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari asetilasi yang menghasilkan produk optimal pada sintesis parasetamol menggunakan anhidrida asetat, asam asetat dan campurannya. Sintesis dilakukan dengan mereaksikan p-aminofenol dengan senyawa pengasetilasi pada setiap variasi mol tanpa pemanasan kemudian crude hasil sintesis direkristalisasi menggunakan aquades panas. Untuk mengetahui kemurnian senyawa hasil sintesis dilakukan uji KLT dengan eluen aquades:aseton (6:4), penentuan titik lebur dan analisis dengan spektrofotometer IR. Hasil uji KLT sintesis parasetamol dari p-aminofenol dan anhidrida asetat (percobaan I); p-aminofenol dan anhidrida asetat dengan asam asetat (percobaan II) masing-masing menunjukkan nilai Rf 0,88 dan 0,88. Hasil uji titik lebur 169-173 0C (percobaan I) dan 168-170 0C (percobaan II). Hasil spekra IR sintesis percobaan I diperoleh data puncak 3788,19 cm-1 (w,-NH); 3664,75 - 3240,41 cm-1 (s,-OH); 2985,81 cm-1 (w,CH); 1651,07 cm-1 (m,C=O); 1435,04 cm-1 (m,C=C); 802,39 cm-1 (m,=CH bending) dan percobaan III diperoleh data puncak 3788,19 cm-1 (w,-NH); 3664,75 – 3317,56 cm-1 (s,-OH); 2985,81 cm-1 (w,CH); 1658,78 cm-1 (m,C=O); 1494,76cm-1 (m,C=C); 794,67 cm-1 (m,=CH bending) yang identik dengan spektra parasetamol murni. Asetilasi paling optimal dengan rendemen tertinggi sebesar 59,5% diperoleh dari reaksi p-aminofenol dengan anhidrida asetat menggunakan perbandingan mol (1:1"1" ⁄"2" )

Item Type: Additional Information: Uncontrolled Keywords: Subjects: Divisions: Depositing User: Date Deposited: Last Modified: URI:
Thesis (Post-Doctoral)
Pembimbing I : Dr. Pudjono, S.U., Apt. Pembimbing II : Eka Trisnawati, M.Pd.
p-aminofenol, parasetamol, asetilasi, anhidrida asetat, asam asetat
600 Technology dan Ilmu Terapan > 615 Farmakologi dan Terapi Farmakologi > Obat-Obatan, Materi Medika; Kimia Farmasi, Analisis Farmasi, Formula Obat
Fakultas Sains dan Teknologi > Prodi Farmasi (S1)
S.Sos Muhaniz Muhaniz
18 Dec 2019 08:38
18 Dec 2019 08:38
//eprints.peradaban.ac.id/id/eprint/653

Actions (login required)

View Item

Downloads

Downloads per month over past year

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk meredakan sakit kepala dan nyeri ringan, serta demam. Obat digunakan sebagian besar sebagai obat resep untuk analgesik dan flu. Obat memiliki keamanan bagus pada dosis standar, tetapi mudah terjadi overdosis karena obat muncul pada banyak sediaan obat. Hal ini mendorong terjadinya overdosis baik sengaja ataupun tidak sengaja.

Nama sistematis (IUPAC) N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide
N-(4-hydroxyphenyl)acetamide
Data klinis Nama dagang Tylenol, Panadol, lain-lain[1]AHFS/Drugs.com monograph MedlinePlus a681004 Data lisensi US FDA:link Kat. kehamilan A(AU) C(US) Tidak dites namun umumnya aman Status hukum Unscheduled (AU) GSL (UK) OTC (US) Rute By mouth, through the cheek, rectal, intravenous (IV) Data farmakokinetik Bioavailabilitas 63–89%[2]:73 Ikatan protein 10–25%[3]Metabolisme Utama di hati[4]Waktu paruh 1–4 jam[4]Ekskresi Urin (85–90%)[4]Pengenal Nomor CAS 103-90-2 
YKode ATC N02BE01 PubChem CID 1983 Ligan IUPHAR 5239 DrugBank DB00316 ChemSpider 1906 
YUNII 362O9ITL9D 
YKEGG D00217 
YChEBI CHEBI:46195 
YChEMBL CHEMBL112 
YData kimia Rumus C8H9NO2 Massa mol. 151.163 g/mol SMILES eMolecules & PubChem

InChI

  • InChI=1S/C8H9NO2/c1-6(10)9-7-2-4-8(11)5-3-7/h2-5,11H,1H3,(H,9,10) 

    Y
    Key:RZVAJINKPMORJF-UHFFFAOYSA-N 
    Y

Data fisik Kepadatan 1.263 g/cm³ Titik lebur 169 °C (336 °F) [6][7]Titik didih 420 °C (788 °F) Kelarutan dalam air 7.21 g/kg (0 °C)[5]

8.21 g/kg (5 °C)[5]
9.44 g/kg (10 °C)[5]
10.97 g/kg (15 °C)[5]
12.78 g/kg (20 °C)[5]
~14 mg/mL (20 °C)

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Dalam dosis normal, parasetamol tidak mengiritasi permukaan bagian dalam lambung atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada janin.

Kata asetaminofen dan parasetamol berasal dari singkatan nama kimia bahan tersebut:

Versi Amerika N-asetil-para-aminofenol asetominofen Versi Inggris para-asetil-amino-fenol parasetamol

Sebelum penemuan asetaminofen, kulit sinkona digunakan sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat antimalaria, kina.

Karena pohon sinkona semakin berkurang pada 1880-an, sumber alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen antipiretik yang dibuat pada 1880-an; asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol telah disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asam asetat gletser. Biarpun proses ini telah dijumpai pada tahun 1873, parasetamol tidak digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade setelahnya. Pada 1893, parasetamol telah ditemui di dalam air kencing seseorang yang mengambil fenasetin, yang memekat kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa pahit. Pada tahun 1899, parasetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun penemuan ini tidak dipedulikan pada saat itu.

Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik dan Obat-obatan Sedatif telah memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan New York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard Brodie dan Julius Axelrod telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen bukan aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod mengaitkan penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia dan mendapati pengaruh analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit parasetamol aktif. Mereka membela penggunaan parasetamol karena memandang bahan kimia ini tidak menghasilkan racun asetanilida.....

KEMASAN

Paracetamol tablet 500 mg. Paracetamol sirup 125 mg/5 ml. Paracetamol sirup 160 mg/5 ml. Paracetamol sirup 250 mg/5 ml. Paracetamol suppositoria.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI Paracetamol Tablet

Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 1 tablet, 3 – 4 kali sehari. Anak-anak 6 – 12 tahun: ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml

Anak usia 0 – 1 tahun: ½ sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 1 – 2 tahun: 1 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 2 – 6 tahun: 1 – 2 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 6 – 9 tahun: 2 – 3 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 9 – 12 tahun: 3 – 4 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.

Demam

Parasetamol telah disetujui sebagai penurun demam untuk segala usia. WHO hanya merekomendasikan penggunaan parasetamol sebagai penurun panas untuk anak-anak jika suhunya melebihi 38.5 C. Namun efektivitas parasetamol sendiri untuk demam anak masih dipertanyakan, jika dibandingkan dengan efektivitas ibuprofen.

Nyeri

Parasetamol digunakan untuk meredakan nyeri. Obat ini mempunyai aktivitas sebagai analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah. Parasetamol lebih dapat ditoleransi oleh pasien yang mempunyai riwayat gangguan pencernaan, seperti pengeluaran asam lambung berlebih dan pendarahan lambung, dibandingkan dengan aspirin.

Efek Samping

Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung, memengaruhi koagulasi darah, atau memengaruhi fungsi ginjal. Namun, pada dosis besar (lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan bagian atas. Hingga tahun 2010, parasetamol dipercaya aman untuk digunakan selama masa kehamilan.

Kelebihan Dosis

Penggunaan parasetamol di atas rentang dosis terapi dapat menyebabkan gangguan hati. Pengobatan toksisitas parasetamol dapat dilakukan dengan cara pemberian asetilsistein (N-asetil sistein) yang merupakan prekusor glutation, membantu tubuh untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut.

Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX, cyclooxygenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.

  1. ^ "International Listings for Paracetamol". Diakses tanggal 11 January 2016. 
  2. ^ Working Group of the Australian and New Zealand College of Anaesthetists and Faculty of Pain Medicine (2010). Macintyre, PE; Schug, SA; Scott, DA; Visser, EJ; Walker, SM, ed. Acute Pain Management: Scientific Evidence (PDF) (edisi ke-3rd). Melbourne, Australia: National Health and Medical Research Council. ISBN 9780977517459. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-10-21. Diakses tanggal 2016-09-22. 
  3. ^ "Tylenol, Tylenol Infants' Drops (acetaminophen) dosing, indications, interactions, adverse effects, and more". Medscape Reference. WebMD. Diakses tanggal 10 May 2014. 
  4. ^ a b c "Codapane Forte Paracetamol and codeine phosphate PRODUCT INFORMATION" (PDF). TGA eBusiness Services. Alphapharm Pty Limited. 29 April 2013. Diakses tanggal 10 May 2014. 
  5. ^ a b c d e Granberg RA, Rasmuson AC (1999). "Solubility of paracetamol in pure solvents". Journal of Chemical & Engineering Data. 44 (6): 1391–95. doi:10.1021/je990124v. 
  6. ^ Karthikeyan, M.; Glen, R. C.; Bender, A. (2005). "General Melting Point Prediction Based on a Diverse Compound Data Set and Artificial Neural Networks". Journal of Chemical Information and Modeling. 45 (3): 581–590. doi:10.1021/ci0500132. PMID 15921448. 
  7. ^ "melting point data for paracetamol". Lxsrv7.oru.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-30. Diakses tanggal 19 March 2011. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Parasetamol&oldid=18927175"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA