Segala sesuatu yang kita terima dari allah subhanahu wa ta ala disebut

SAAT JIWAMU PERGI, ITULAH YANG DISEBUT DENGAN KEMATIANMU

Oleh : E.A.Wahyudiono

Jika anda pernah mendengarkan lagunya Ahmad Dhani yang berjudul “Separuh Nafas”, digambarkan oleh vokalis Dewa 19 itu sebagai kematian. Itu hanya makna mati dalam semangat akan ketidakberdayaan karena ditinggal pergi oleh orang yang dicintainya.

Jika kita berbicara tentang kematian yang sesungguhnya sebagai manusia, yaitu saat jiwamu pergi meninggalkan jasadmu. Itulah penjelasan saat saya berdiskusi dengan pak Ustadz Fauzan Taulani, M.Pd.I, seorang pengasuh dari Pondok Pesantren Babussalam, Madiun.

Sejatinya, manusia terdiri dari tiga elemen dasar saat diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketiga unsur itu adalah Jasad, Ruh dan Jiwa. Jasad berasal dari unsur saripati tanah. Oleh karena itu, saat kita meninggal, jasad akan kembali ke tanah. Secantik dan setampan apapun tetap kembali ke tanah. Sedangkan ruh, adalah kehidupan nan suci yang dihembuskan oleh Allah SWT saat manusia masih ada di dalam kandungan pada usia 120 hari (empat bulan) kehamilan. Dalam surat Shaad disebutkan, "Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya ruh-Ku."(QS: 38:72) . Nah, untuk Jiwa, banyak definisi yang menjelaskan arti ditinjau dari banyak perspektif ilmu yang salah satunya adalah nyawa, akal pikiran dan inti hati sanubari dan tanggung jawab dari manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, Jiwa adalah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban dari semua perbuatan manusia selama masa hidupnya di dunia ini bila sudah meninggal. Makanya, sering kita dengar, bahwa jiwa selalu disebutkan dalam kalimat berikut ini sebagai misal “ Masing masing jiwa diwajibkan membayar zakat fitrah”, “ Ada berapa jiwa yang tinggal di rumah ini?” atau “ Jiwanya diselamatkan oleh regu penolong yang datang tepat waktu”.

Lantas kemanakah perginya ruh jika kita meninggal? Jawabannya, Ruh pastilah akan kembali kepada Allah SWT karena ruh itu suci dan kembali kepada pencipta kita. Saat ruh dihembuskan ke janin, saat itulah semua sudah ditetapkan dalam Lauh Mahfuzh berarti terpelihara (mahfuzh). Jadi, segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak berubah atau rusak. Di dalamnya ada catatan tentang manusia mulai jodoh, rezeki, hidup dan matinya serta tak seorang pun tahu bahkan golongan setan dan jin sekalipun.

Apakah pernah manusia dicabut jiwanya dan saat ini orang itu masih hidup? Jawabannya adalah ada. Misalnya orang gila yang ada hanya jasad dan ruhnya saja. Orang normal sekalipun, jiwa anda juga dicabut oleh malaikat utusan Allah SWT, namun kita tidak menyadarinya yaitu saat kita sedang tidur. Jiwa kita dicabut dan dikembalikan lagi begitu seterusnya sampai batas waktu yang ditentukan Allah SWT. Nah, saat itulah kita disebut sudah meninggal.

Sebagai analogi, Pak Fauzan memberikan gambaran dengan sebuah gelas plastik yang berisi air mineral di dalamnya serta sedotan plastik. Ketiga benda itu mewakili manusia. Yang pertama, gelas plastik adalah jasad kita yang dikubur dan kembali pada asalnya. Yang kedua adalah air di dalam gelas itu disebut ruh atau kehidupan yang suci, sedangkan pipa sedotannya kemudian ditancapkan ke dalam gelas yang berisi air mineral tersebut. Itulah kita, manusia yang hidup dengan akal pikirannya.

Saat manusia mati, artinya pipa sedotan yang mewakili jiwa itu diambil, tinggallah jasad dan ruh yang dianalogikan pada air tadi. Jika kita tidur, pipa sedotan diambil dan saat dikembalikan lagi artinya kita bangun dari tidur atau hidup lagi. Begitu terus menerus sampai kita mati yang artinya pipa sedotan (jiwa) itu sudah tidak dikembalikan lagi pada gelas dan air tadi.

Oleh karena itu, mumpung masih diberi kesempatan kita memasuki 10 hari ketiga di bulan Ramadan yang berisi keistimewaan bahwa kita semua akan dijauhkan dari api neraka dan adanya malam 1000 bulan ( Lailatul qadar), untuk itu marilah kita bersama-sama untuk meningkatkan ketakwaan dan keikhlasan kita dalam menjalankan ibadah di bulan yang suci ini sebelum jiwa kita lepas dari jasad ini untuk selamanya.

Salam