Sebutkan pertempuran yang dilakukan indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia!

Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia yang Paling Dikenang. Foto: Wikipedia

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah akhir dari perjuangan bangsa ini melawan penjajah. Meski telah menggaungkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, banyak ujian yang harus dilalui negara ini.

Sebab, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya saat keadaan vacuum of power atau kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyerah kepada sekutu. Padahal pasukan sekutu akan mengambil alih wilayah bekas jajahan Jepang, termasuk Indonesia.

Inilah alasan mengapa kondisi keamanan dan pertahanan Indonesia belum benar-benar stabil di masa-masa awal seteleh kemerdekaan. Berbagai pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan pun meletus di berbagai daerah. Dari beberapa perang yang terjadi, berikut 3 pertempuran kemerdekaan yang paling dikenang dalam sejarah.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Foto: Istimewa

Pertempuran Surabaya merupakan konflik pertama yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tentara sekutu yang tergabung dalam Allied Forces Netherland East Indies (NICA) datang ke Surabaya pada 25 Oktober 1945 di bawah pimpinan jenderal asal Inggris, A.W.S. Mallaby.

Para prajurit ini membebaskan tawanan sekutu yang ditahan di Indonesia, menduduki tempat-tempat vital seperti Pangkalan Udara Tanjung Perak dan Gedung Internatio, serta menyebarkan pamflet yang berisi imbauan agar masyarakat menyerahkan senjata.

Ini tentu membuat arek-arek Surabaya marah. Sebagai masyarakat yang merdeka, mereka enggan menyerahkan senjata. Pidato Bung Tomo yang berapi-api untuk mengajak masyarakat Surabaya memperhankan kedaulatan digaungkan di radio.

Para pemuda Surabaya pun makin bersemangat mengusir pasukan sekutu. Mereka pun melawan dan menimbulkan pertempuran bersenjata yang akhirnya menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.

Kematian Mallaby membuat pihak sekutu murka. Mereka memperingatkan mayarakat Surabaya agar menyerah paling lambat 10 November 1945 jika tidak ingin dihancurkan. Hal ini tidak digubris.

Puncaknya, pada hari itu, pasukan sekutu melakukan penyerangan di Kota Surabaya. Kurang lebih 20.000 pejuang Surabaya gugur, sementara 1.500 tentara sekutu kehilangan nyawa. Untuk mengenang semangat juang para pemuda Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan, 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Panglima Besar Sudirman. Foto: tniad.mil.id

Pertempuran Ambarawa di Jawa Tengah melibatkan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Indonesia dengan pasukan Inggris. Pertempuran ini berlangsung sekitar tiga minggu, dimulai 20 November 1945 hingga Desember 1945.

Pasukan Inggris mendarat di Jawa Tengah untuk menyelamatkan para tawanan dan interniran yang ditahan pasukan Jepang. Timbul perselisihan karena sikap orang Belanda yang diperbantukan dalam menangani para tawanan tersebut.

Pasukan sekutu dan TKR pun bentrok. Pejuang Indonesia memblokade sejumlah jalan dan menembaki pasukan Inggris, yang membalas dengan senapan mesin dan mortir. Panglima Besar Sudirman langsung mengambil komando pasukan pertempuran Ambarawa.

Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Pasukan sekutu sangat serius menghadapi pasukan Republik. Mereka mendatangkan beberapa pesawat terbang pemburu dan kapal penjelajah Inggris HMS Sussex, juga ikut menembakkan meriam artilerinya ke pegunungan Ungaran. Betapa seriusnya perang Ambarawa, hingga 75 orang bekas tawanan perang pun harus ikut bertempur melawan TKR.

Namun, memasuki pertengahan Desember, posisi pasukan Inggris semakin terjepit dalam pertempuran. Selain itu, mereka juga harus melindungi para tawanan yang telah dibebaskan. Pasukan Inggris pun memutuskan mundur dari Ambarawa.

I Gusti Ngurah Rai. Foto: Wikipedia

Salah satu pertempuran mempertahankan kemerdekaan yang paling dikenang adalah perang Puputan Margarana di Bali pada 20 November 1946. Pertempuran ini dipimpin oleh Kolonel I Gusti Ngurah Rai.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Ngurah Rai menerima tugas membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di daerahnya untuk menghadang agresi Belanda yang ingin kembali menguasai Bali. Ia pun membentuk pasukan bernama Ciung Wanara.

Pada perjanjian Linggarjati 10 November 1946, Belanda hanya mengakui Sumatera, Jawa, dan Madura sebagai wilayah Indonesia. Sedangkan Belanda ingin menjadikan Bali dalam wilayah Negara Indonesia Timur (NIT). Ngurah Rai pun dibujuk pasukan Belanda untuk bergabung. Namun, kecintaannya kepada Indonesia membuatnya enggan.

Ngurah Rai malah memerintahkan pasukan Ciung Wanara untuk merampas persenjataan polisi NICA yang menduduki Kota Tabanan. Sikap Ngurah Rai membuat Belanda geram dan ingin membalas dendam.

Saat pasukan Ciung Wanara beserta sang pemimpin, Ngurah Rai, sedang melakukan long march ke Gunung Agung, mereka diserang oleh Belanda. Dalam kondisi terdesak, Ngurah Rai mengeluarkan perintah Puputan atau pertempuran habis-habisan. Dalam pandangan pejuang Bali, lebih baik berjuang sebagai ksatria daripada jatuh ke tangan musuh.

Sengitnya perlawanan membuat militer Belanda mengerahkan pesawat tempur dari Makassar. Pasukan Ciung Wanara pun dijatuhi bom dan rentetan tembakan. Namun, Pasukan Ngurah Rai tidak mundur. Ia pun gugur bersama 95 orang pasukannya. Sedangkan sekitar 400 orang dari pihak Belanda tewas. Pertempuran tersebut kemudian dikenal sebagai Puputan Margarana.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA