- Peserta diklat dapat menetapkan parameter kecepatan potong (Cutting speed/ Cs) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
- Peserta diklat dapat menggunakan parameter kecepatan potong (Cutting speed/ Cs) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
- Peserta diklat dapat menghitung parameter putaran (Revolotion Permenit/ Rpm) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
- Peserta diklat dapat menggunakan parameter putaran (Revolotion permenit/ Rpm) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, dan tanggung jawab.
- 1 Tujuan Pembelajaran
- 2 Uraian Materi
Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat dapat:
a. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menetapkan parameter kecepatan potong (Cutting speed/ Cs) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
b. Melalui latihan, peserta diklat dapat menggunakan parameter kecepatan potong (Cutting speed/ Cs) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
c. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menghitung parameter putaran (Revolotion Permenit/ Rpm) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
d. Melalui demonstrasi, peserta diklat dapat menggunakan parameter putaran (Revolotion permenit/ Rpm) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, dan tanggung jawab.
e. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menghitung parameter kecepatan pemakanan (feed) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, kerjasama dan tanggung jawab.
f. Melalui demonstrasi, peserta diklat dapat menggunakan parameter kecepatan pemakanan (feed) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, kerjasama, dan tanggung jawab.
g. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menghitung parameter waktu pemesinan pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin dan tanggung jawab.
h. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menggunakan parameter waktu pemesinan pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
Parameter Pemotongan Pada Proses Pengefraisan
Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pengefraisan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari teknologi proses pemotongan/penyayatan pada proses pengfraisan. Parameter pemotongan pada mesin frais meliputi: kecepatan potong (Cutting speed/ Cs), kecepatan putaran mesin (Revolution Permenit/ Rpm), kecepatan pemakanan (Feed/ F) dan waktu proses pemesinannya.
- 1 Uraian Materi
- 1.1 Kecepatan potong (Cutting speed/ Cs)
Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/menit). Pada gerak putar seperti pada mesin frais, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran (n). atau: Cs = π.d.n meter/menit.
Keterangan:
d : diameter alat potong (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14
Yang dimaksud dengan kecepatan potong (Cs) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (meter/menit atau feet/menit). Pada gerak putar seperti pada mesin frais, kecepatan potongnya (Cs) adalah: Keliling lingkaran benda kerja (π.d) dikalikan dengan putaran (n). atau: Cs = π.d.n meter/menit.
Keterangan:
d : diameter alat potong (mm)
n : putaran mesin/benda kerja (putaran/menit - Rpm)
π : nilai konstanta = 3,14
Kecepatan potong untuk berbagai macam bahan teknik yang umum dikerjakan pada proses pemesinan, sudah teliti/diselidiki para ahli dan sudah patenkan pada ditabelkan kecepatan potong. Sehingga dalam penggunaannya tinggal menyesuaikan antara jenis bahan yang akan difrais dan jenis alat potong yang digunakan. Sedangkan untuk bahan-bahan khusus/spesial, tabel kecepatan potongnya dikeluarkan oleh pabrik pembuat bahan tersebut.
Pada tabel kecepatan potong (Cs) juga disertakan jenis bahan alat potongnya. Pada umumnya bahan alat potong dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu HSS (High Speed Steel) dan karbida (carbide). Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa, dengan alat potong yang jenis bahannya dari karbida, kecepatan potongnya lebih cepat jika dibandingkan dengan alat potong yang jenis bahannya dari HSS (Tabel 3.1).
Tabel 3. 1. Kecepatan potong bahan
Yang dimaksud kecepatan putaran mesin frais adalah, kemampuan kecepatan putar mesin frais untuk melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kecepatan potong dan keliling benda kerjanya.
Yang
dimaksud kecepatan
putaran mesin frais adalah, kemampuan kecepatan putar mesin frais untuk
melakukan pemotongan atau penyayatan dalam satuan putaran/menit. Maka dari itu
untuk mencari besarnya putaran mesin sangat dipengaruhi oleh seberapa besar
kecepatan potong dan keliling benda kerjanya. Mengingat nilai kecepatan potong untuk setiap
jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam
proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerjanya. Dengan demikian rumus dasar untuk menghitung
putaran mesin frais adalah:
Karena
satuan kecepatan potong (Cs) dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda
kerja dalam milimeter, maka satuannya harus disamakan terlebih dahulu yaitu
dengan mengalikan nilai kecepatan potongnya dengan angka 1000 mm. Maka rumus
untuk putaran mesin menjadi:
Keterangan:
d : diameter alat potong (mm)
Cs : kecepatan potong (meter/menit)
π : nilai konstanta = 3,14
Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat dapat:
a. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menetapkan parameter kecepatan potong (Cutting speed/ Cs) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
b. Melalui latihan, peserta diklat dapat menggunakan parameter kecepatan potong (Cutting speed/ Cs) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
c. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menghitung parameter putaran (Revolotion Permenit/ Rpm) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
d. Melalui demonstrasi, peserta diklat dapat menggunakan parameter putaran (Revolotion permenit/ Rpm) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, dan tanggung jawab.
e. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menghitung parameter kecepatan pemakanan (feed) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, kerjasama dan tanggung jawab.
f. Melalui demonstrasi, peserta diklat dapat menggunakan parameter kecepatan pemakanan (feed) pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin, kerjasama, dan tanggung jawab.
g. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menghitung parameter waktu pemesinan pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur, disiplin dan tanggung jawab.
h. Melalui diskusi, peserta diklat dapat menggunakan parameter waktu pemesinan pada proses pengefraisan sesuai SOP secara jujur dan tanggung jawab.
Kecepatan pemakanan atau ingsutan pada proses pengefraisan, ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa factor diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin yang akan digunakan. Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pengefraisan lebih cepat), dan pada proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan tujuan mendapatkan kualitas permukaan hasil penyayatan yang lebih baik sehingga hasilnya halus (waktu pengefrisan lebih cepat).
Kecepatan
pemakanan atau ingsutan pada proses pengefraisan, ditentukan dengan mempertimbangkan
beberapa factor diantaranya: kekerasan bahan, kedalaman penyayatan, sudut-sudut
sayat alat potong, bahan alat potong, ketajaman alat potong dan kesiapan mesin
yang akan digunakan. Kesiapan mesin ini dapat diartikan, seberapa besar
kemampuan mesin dalam mendukung tercapainya kecepatan pemakanan yang optimal.
Disamping beberapa pertimbangan tersebut, kecepatan pemakanan pada umumnya
untuk proses pengasaran ditentukan pada kecepatan pemakanan tinggi karena tidak
memerlukan hasil pemukaan yang halus (waktu pengefraisan lebih cepat), dan pada
proses penyelesaiannya/finising digunakan kecepatan pemakanan rendah dengan
tujuan mendapatkan kualitas permukaan hasil penyayatan yang lebih baik sehingga
hasilnya halus (waktu pengefrisan lebih cepat).
Besarnya kecepatan pemakanan (F) pada mesin frais
tentukan oleh seberapa besar bergesernya
pisau frais (f) dalam satuan mm/putaran
dikalikan seberapa besar putaran mesinnya (n) dalam satuan putaran. Maka rumus
untuk mencari kecepatan pemakanan (F) adalah: F = f x n (mm/men)
Keterangan:
f= besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran)
n= putaran mesin (putaran/menit)
Perhitungan Waktu Pemesinan Frais
Dalam
membuat suatu produk atau komponen pada mesin frais, lamanya waktu proses
pemesinan perlu diketahui atau dihitung. Hal ini penting karena dengan
mengetahui kebutuhan waktu yang diperlukan, perencanaan dan kegiatan produksi
dapat berjalan lancar. Apabila diameter alat potong, kecepatan potong dan
kecepatan penyayatan/ penggeseran pisaunya diketahui, waktu pengefraisan dapat dihitung.
- Waktu Pemesinan Pengefraisan Rata
- Waktu Pengeboran Pada Mesin Frais
Faktor-faktor
yang mempengaruhi waktu pemesinan frais adalah, seberapa besar panjang atau
jarak tempuh pengefraisan (L) dalam satuan mm, kecepatan pemakanan (F) dalam satuan mm/menit dan
jumlah mata sayat pisau yang digunakan (t). Pada gambar dibawah menunjukkan
bahwa, panjang total pegefraisan (L) adalah
panjang pengefraisan rata (ℓ) ditambah star awal pisau (ℓa) dan
lepasnya pisau dari benda kerja (lu), atau: L total= ℓ+ℓa+ℓu (mm). Untuk nilai kecepatan pemakanan (F), dengan berpedoman pada
uraian sebelumnya F= f.n
(mm/putaran).
Berdasarkan
prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pemesinan
pengefraisan rata (tm) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
t =
jumlah mata sayat alat potong
f =
pemakanan tiap mata potong
n = Rpm
L = jarak
tempuh pemakanan keseluruhan
ℓ =
panjang benda kerja
ℓa =
kelebihan awal
ℓu =
kelebihan akhir
F =
pemakanan setiap menit
Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah diuraikan diatas, maka perhitungan waktu pengeboran (tm) dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
ℓ = panjang pengeboran
L = panjang total pengeboran
d = diameter mata bor
n = putaran mata bor (Rpm)
f = pemakanan (mm/putaran)