Sebutkan dua alasan yang mendasari Pluto tidak dikelompokkan ke dalam planet

Pluto dianggap sebagai planet kerdil

nasa

Pada 2015, NASA berhasil mengabadikan Pluto dengan New Horizons spacecraft.

Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pada 24 Agustus 2006, International Astronomical Union (IAU) mendeklasifikasi Pluto sebagai planet. IAU mengklasifikasikan Pluto sebagai dwarf planet atau planet kerdil.

Baca Juga

IAU mengklasifikasikan sejumlah kriteria agar benda astronomi bisa disebut planet. Seperti dilansir laman Time and Date, Selasa (24/8), definisi yang dimaksud IAU planet kerdil bukanlah planet atau satelit alami. Pluto tak bisa lagi disebut planet karena belum 'membersihkan' lingkungan orbitnya. Artinya, Pluto merupakan benda langit yang mengorbit bintang yang cukup besar untuk dibulatkan oleh gravitasinya sendiri, tetapi belum membersihkan orbitnya dari puing-puing ruang angkasa.

Ditemukan pada 1930 oleh astronom Amerika Clyde Tombaugh, Pluto adalah planet kerdil terbesar tetapi kedua terbesar di tata surya. Planet kerdil paling masif yang mengorbit matahari adalah Eris.

Beberapa tahun kemudian setelah 2006, banyak yang masih tidak mengerti mengapa pluto tak lagi disebut planet, atau mengapa Pluto terlempar dari posisi planetnya. Tetapi transformasi tata surya dari sembilan planet menjadi delapan adalah waktu yang lama dalam pembuatan dan membantu merangkum salah satu kekuatan terbesar sains, yakni kemampuan untuk mengubah definisi yang tampaknya teguh berdasarkan bukti baru.

  • pluto
  • pluto bukan planet
  • planet kerdil
  • sejarah hari ini
  • jejak waktu

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Pasti kita sering banget belajar nama-nama planet di tata surya, yang jumlahnya 9 planet. Meskipun nyata, ada salah satu planet terkecil sekaligus terjauh dari bumi harus meninggalkan statusnya sebagai planet. Siapakah dia? Ya, namanya Pluto. Lalu, pertanyaan selanjutnya, mengapa kini Pluto tidak lagi dianggap sebagai sebuah planet?

Masih inget sama Pluto? Yang kini sudah tidak dianggap lagi sebagai planet.. Dimanakah dia sekarang?

Ditemukan Terakhir

Sebelum kita membahas hengkangnya Pluto dari geng planet di tata surya, planet kerdil ini ditemukan pada tahun 1930, oleh seorang astronom yang bernama Clyde Tombaugh. Ia tak sengaja menemukan menemukan planet kesembilan di tata surya kita, setelah Neptunus.

Penemuannya pun cukup unik, hanya berbekal ketidaksengajaan pada tahun 1930, Pluto dinobatkan sebagai planet dalam Tata Surya. Selamat bergabung Pluto!

Ukuran pluto ini terbilang kecil sebagai sebuah planet. Oleh karenanya, ia pun dinamai Pluto, yang diambil dari nama mitologi Roma, god of underworld. Nama tersebut disandang berkat usulan pelajar 11 tahun asal Oxford yang bernama Venetia Burney.

Kecil banget ya Pluto dibandingkan teman-temannya!

Meskipun ukurannya sangat kecil, namun pada saat itu para astronomi pun meyakini kalau Pluto memang benar dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita. Ia pun dikategorikan sebagai planet kerdil, karena ukurannya kecil banget, yang diameternya berukuran 2.372 km, atau sama halnya jaraknya Monumen Nasional ke Istana Negara yang bisa ditempuh 10 menit aja kalau jalan kaki. Lantas, mengapa pluto harus melepaskan gelarnya sebagai planet?

Walaupun begitu, tetap saja Pluto saat itu sedang tenar-tenarnya dalam dunia tata surya kita.. Namun nasibnya kini….

Meninggalkan Statusnya sebagai Planet

Setelah 76 tahun menyandang gelar sebagai planet, pluto pun harus merelakan statusnya karena sesuatu hal pada tahun 2006. Apa yang membuat Pluto tidak diakui lagi sebagai planet?

Nah, permasalahannya pun muncul ketika sebuah teleskop canggih pun berhasil dikembangkan pada saat itu. Dari hasil pengamatan, kita pun mengetahui bahwa Pluto hanyalah salah satu dari banyak sekali objek langit, yang berada di area yang bernama Kuiper Belt.

Sejak ada teleskop ini, Pluto pun mengalami nasib yang cukup pahit, yaitu hengkang dari grup planet. Sungguh malang!

Dalam Kuiper Belt ini, terdapat sekitar 70.000 objek langit seperti Pluto. Salah satunya adalah Eris yang ukurannya lebih besar dari Pluto, yang akhirnya itu membuat status Pluto sebagai planet pun dipertanyakan oleh para astronom.

Plutonya ngumpet dalam Kuiper Belt, bersama rekan-rekannya..

Akibat banyaknya obyek langit seperti Pluto di luar sana, membuat para astronom akhirnya membuat syarat untuk sebuah objek langit, bisa disebut sebagai planet. Pertama, objek tersebut harus mengorbit matahari.

Syarat pertama biar jadi planet, harus muterin matahari. Kalo ngga bisa gimana, ya bukan Planet namanya!

Kedua, objek tersebut harus berbentuk bulat sebagai pertanda bahwa objek tersebut memiliki gravitasi yang cukup kuat.

Ngga sampai situ aja, setelah muterin matahari, bentuknya pun harus bulat. Hmm.. apakah itu bakso termasuk Planet?

Dan yang terakhir adalah objek tersebut harus merupakan objek dengan gravitasi yang cukup kuat sehingga dapat membersihkan objek-objek lain dari orbitnya. Nah, Pluto tidak mampu memenuhi syarat yang terakhir, yang akhirnya membuatnya tersingkir dan tidak dianggap sebagai planet. Sungguh malang nasib Pluto ya!

Syarat ketiga kalau mau dibilang Planet, ya harus bisa bersih-bersih!

Idealnya, Pluto harus membersihkan objek-objek lain disekitarnya, untuk bisa disebut sebagai planet. Kemudian, untuk mengelompokkan planet-planet seperti Pluto ini, para astronom menciptakan sebutan khusus yang bernama “dwarf planet” atau planet kerdil.

Gagal pada tahapan ketiga, Pluto pun harus melepaskan diri sebagai planet, Selamat tinggal Pluto!

Jadi, kita harus berterima kasih kepada Pluto, karena faktanya sebelum kasus Pluto di tahun 2006 kita tidak memiliki syarat spesifik untuk sebuah objek langit bisa disebut sebagai planet. Mungkin saja, jika bukan karena Pluto, objek berbentuk bulat apapun yang melayang di angkasa bisa saja kita sebut sebagai planet.

Sejak kejadian Pluto itu, para Astronom bikin persyaratan yang super panjang buat seleksi planet atau bukan. Ternyata, ada pelajaran dibaliknya ya!

Dan seperti biasa, stay curious ya! terima kasih.