Sebagai generasi muda bagaimana cara anda untuk memperkenalkan musik kontemporer

Ilustrasi upaya melestarikan permainan alat musik tradisional Indonesia agar tidak punah. Sumber: Kumparan

Alat musik tradisional Indonesia merupakan salah satu warisan budaya yang harus selalu dipertahankan keberadaannya dan terus dilestarikan dari generasi ke generasi agar tidak punah. Melestarikan budaya nusantara itu sendiri bukanlah kewajiban satu orang saja, melainkan kewajiban seluruh masyarakat Indonesia bersama-sama.

Mengutip dari Riset Budaya Mempertahankan Tradisi di Tengah Krisis Moralitas, Muhammad Qadaruddin (2020: 110), seni musik seperti halnya alat musik tradisional Indonesia merupakan budaya yang mengandung ciri khas dari masyarakat Indonesia itu sendiri secara turun temurun.

Oleh sebab itu, sebagai warga negara yang baik kita haruslah melestarikan budaya khas tersebut ke generasi berikutnya agar tidak lekas punah termakan jaman.

Lalu apa yang akan kamu lakukan agar alat musik tradisional Indonesia tidak punah?

Upaya Melestarikan Alat Musik Tradisional Indonesia Agar Tidak Punah

Di tengah era teknologi seperti sekarang ini, keberadaan musik tradisional ataupun alat musik tradisional itu sendiri sedikit demi sedikit semakin tergeser keberadaannya bahkan hampir punah karena kurangnya minat generasi muda terhadap kesenian tradisional tersebut dan lebih tertarik terhadap sesuatu yang lebih modern.

Oleh karenanya tak jarang kita akan lebih banyak menemui para pemain musik tradisional dari golongan orang tua bahkan mereka yang telah lanjut usia.

Generasi muda sendiri pada dasarnya sangatlah diharapkan dapat berperan melestarikan kebudayaan tradisional tersebut agar alat musik tradisional ataupun kebudayaan khas nusantara lainnya tidak akan punah. Adapun upaya yang bisa generasi muda lakukan untuk mempertahankan budaya tersebut diantaranya seperti berikut:

  • Mengenal beragam alat-alat musik tradisional khas Indonesia

  • Belajar cara memainkan alat musik tradisional Indonesia

  • Berpartisipasi atau mengikuti pertunjukan budaya dengan membawakan alat musik tradisional

Disamping 3 upaya melestarikan alat musik tradisional Indonesia tadi, kita juga bisa berperan aktif untuk memperkenalkan kebudayaan nusantara tersebut lewat berbagai cara.

Misalnya saja dengan menonton pertunjukan budaya dan mengajak orang lain untuk turut menikmati pertunjukan tersebut, dan turut aktif menyebarkan serta mengenalkan budaya Indonesia ke generasi berikutnya. (HAI)

Page 2

MENUMBUHKAN MINAT GENERASI MUDA UNTUK MEMPELAJARI MUSIK TRADISIONAL Mas'ud Abid SMA N 1 Belitang Kabupaten Oku Timur e-mail: Abstrak Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, yang kemudian dipertahankan sebagai sarana hiburan. Namun dengan berkembangnya teknologi zaman sekarang, musik tradisional sangat sulit mendapatkan tempat dihati pendengarnya. Generasi muda yang seharusnya mempertahankan musik tradisional kini merasa bahwa musik tradisional bukanlah seleramusik mereka yang tidak menarik seperti musik barat yang disuguhkan dengan sangat menarik dari segi komposisi dan penyajiannya sehingga mereka menganggap bahwa musik tradisional adalah musik yang sudah ketinggalan zaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi alasan generasi muda kurang berminat didalam mempelajari musik tradisional dan mencari solusi agar generasi muda berminat untuk mempelajari serta melestarikan musik tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya peran aktif dari tenaga pendidik didalam memperkenalkan musik tradisional kepada generasi penerus bangsa. Kata Kunci Menumbuhkan Minat, Generasi Muda, Musik Tradisional Abstract Traditional music is a music that lives in the community for generation to generation, then maintained as a means of entertainment. But with the development of technology today, traditional music is very difficult to get a place in the hearts of listeners. The young generation who are supposed to defend traditional music now feels that traditional music is their unattractive musical tastes such as western music which is very interestingly presented in terms of composition and presentation so that they assume that traditional music is outdated music. This study aims to find out what is the reason for the younger generation to be less interested in learning traditional music and finding solutions so that the younger generation is interested in learning and preserving traditional music. The research method used is qualitative research.the results of the study show that there needs to be an active role of educators in introducing traditional music to the next generation. Keywords FosterInterest, Young Generation, Traditional Music PENDAHULUAN Bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan yang beragam sejak zaman dulu. Banyaknya budaya yang ada akan mengalami kesulitan dalam melestarikannya karena arus global. Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Pengaruh asing pertama yang mewarnai sejarah kebudayaan Indonesia adalah ketika bangsa-bangsa India, Cina dan Arab mendatangi wilayah Indonesiayang kemudian disusul oleh bangsa Eropa. Bangsa-bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang beragam. Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir, paling cepat mengalami perubahan. Dengan semakin baiknya sarana dan prasarana transportasi, hubungan antarkelompok masyarakat semakin intensif dan semakin sering pula mereka melakukan pembauran. Daerah yang terletak jauh dari pantai 428

umumnya hanya terpengaruh sedikit, sehingga berkembang corak budaya yang khas pula. Di zaman sekarang sangatlah jauh berbeda, pengaruh-pengaruh budaya asing dengan sangat mudah masuk ke dalam budaya masyarakatindonesia. Dengan adanya pengaruh budaya-budaya asing, kebanyakan remaja justru lebih tertarik untuk mempelajari budaya dari luar dibandingkan mempelajari budaya yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, remaja zaman sekarang lebih memilih mempelajari musik barat, bernyanyi lagu barat bahkan bergaya hidup ke barat-baratan. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya informasi kepada mereka para generasi muda kita tentang kekayaan budaya daerah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pemuda zaman sekarang beranggapan bahwa musik-musik tradisional ketinggalan jaman. Namun dibalik itu semua, Indonesia sebenarnya memiliki kapasitas untuk melestarikan budaya, hanya saja semua pengetahuan masih tersimpan rapi di generasi pendahulu. Tidak ada lagi sumber pendidikan budaya yang bisa menjadi referensi kaum muda. Generasi muda merasa enggan mempelajari musik tradisional karena kebudayaan ini bersifat tradisional, yang berbanding terbalik dengan gaya hidup generasi muda sekarang yang lebih ke modern. Mereka lebih menyukai kebudayaan asing daripada kebudayaan mereka sendiri, lebih bangga menggunakan produk-produk luar negeri, penggunaan bahasa dan katakata yang kurang baik. Alwi Dahlan (Dalam Syaifullah dan Wuryan, 2008 : 142) mengemukakan bahwa proses globalisasi berjalan dengan sangat cepat, sehingga mendorong perubahan lembaga, pranata dan nilai-nilai sosial budaya (social culture). Dampak lebih lanjut globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan tingkahlaku seperti gaya hidup dan struktur masyarakat menuju kearah kesamaan (convergence) yang dapat menembus batas-batas etnik, agama, daerah, wilayah bahkan negara. Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan baik bersifat pereventif maupun represif harus segera dilakukan agar nasionalisme bangsa Indonesia tetap terjaga. Dalam membangun sikap nasionalisme pada diri siswa dapat melalui berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan pendidikan. Menurut Tilaar (2007 : 25), terdapat beberapa faktor dalam upaya menumbuhkan nasionalisme, di antaranya adalah bahasa, budaya, dan pendidikan. Dengan demikian pendidikan merupakan faktor penting dalam pembinaan warga negara sebagai bagian dari suatu negara. Jika rasa nasionalisme sudah tumbuh dalam diri siswa, maka dengan sangat mudah mengajak mereka untuk melestarikan kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Sesuai dengan pendapat Rohidi (Rohidi, 2000), bahwa kesenian milik bersama dari suatu masyarakat karena mencerminkan pengetahuan dan sistem nilainya. Sekolah merupakan sebuah institusi yang bertujuan mencerdaskan masyarakatnya. Sehingga dapat dijadikan salah satu tempat yang akan mewadahi 429

proses pelestarian kesenian tradisi pada generasi penerus. Sebagai contoh didalam kegiatan ekstrakulikuler musik yang ada di sekolah, guru dapat mengajarkan musikmusik tradisional kepada murid-muridnya dengan cara yang menarik dan tidak kaku misalnya dengan memasukkan instrumen musik tradisional pada musik-musik modern guna menghindari kejenuhan murid dalam mempelajarinya. M. Jazuli (dikutip dalam Dyah, 2013: 25) menjelaskan bahwa kepuasan bagi seorang penikmat seni pertunjukan tergantung sejauh mana aspek jiwa melibatkan diri didalam pertunjukan itu dan kesan yang diperoleh setelah menikmati, sehingga menimbulkan adanya perubahan dalam diri sendiri, seperti memperoleh wawasan baru, pengalaman baru, dan kedalaman atau kepekaan dalam menangkap sesuatu sehingga bermakna. Dapat dilihat bahwa aspek penikmat seni sangat mempengaruhi eksistensi sebuah kesenian khususnya tradisional. Sehingga didalam memperkenalkan musik tradisional terhadap generasi muda agar mereka dapat melestarikan musik tradisional yang sudah mulai dilupakan, perlu adanya pendekatan agar mereka dapat menikmatinya. Upaya untuk memperkenalkan kesenian tradisional kepada para generasi muda sangat diperlukan. Pengenalan tersebut dapat dalam bentuk kesenian tradisional di daerahnya melalui berbagai kegiatan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Hal tersebut sekaligus dapat menjadi cara untuk melestarikan kesenian tradisional yang keberadaannya semakin terancam oleh kebudayaan luar. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan,penulismenulis jurnal mengenai Menumbuhkan Minat Generasi Muda dalam Mempelajari Musik Tradisional karena penulis prihatin dengan kenyataan yang terjadi, begitu kurangnya kita melihat generasii muda kita baik memainkan musik tradisional maupun menikmati musik tradisional tersebut. Selain itu penulis juga ingin memberikan metode untuk para pendidik bagaimana mengemas ilmu serta pengetahuan mengenai musik tradisional agar generasi muda Indonesia dapat lebih tertarik dalam mengenal kesenian musik tradisional dan tentunya dapat melestarikannya. Selain itu, diharapkanagar penulisan jurnal ini dapat membantu pemerintah untuk mendorong dan memotivasi generasi muda untuk mulai mengenal budaya bangsa sendiri,karena generasi muda merupakan tonggak penerus dan sekaligud sebagai aset bagi bangsa. TINJAUAN PUSTAKA Musik tradisional adalah musik yang hidup dimasyarakat secara turun temurun, yang menjadi ciri khas daerah tertentu dan dipertahankan sebagai sarana hiburan. Menurut Sedyawati (1992: 23), musik tradisional adalah musik yang digunakan sebagai perwujudan dan nilai budaya yang sesuai dengan tradisi. Secara tidak langsung, musik tradisional juga bisa 430

dikatakan sebagai kekayaan tradisi dan budaya yang dimiliki oleh sebuah daerah. Menurut Tumbijo (1977: 13), musik tradisional merupakan seni budaya yang sejak lama secara turun temurun telah hidup dan berkembang pada daerah tertentu. Maka dapat dijelaskan bahwa musik tradisional adalah sebuah seni musik yang diwariskan secara turun-temurun dan berkelanjutan hingga generasi selanjutnya pada masyarakat suatu daerah. Jika dilihat dari berbagai pengertian mengenai musik tradisional diatas, dapat disimpulkan bahwa musik tradisional adalah sebuah seni musik yang dipengaruhi oleh adat, budaya, serta tradisi dari sebuah daerah dengan memiliki karakteristik pada gaya bahasa, instrumen, notasi dan alat yang digunakan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia Tradisional adalah sikap dan serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. cara berfikir aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari Tradisional namun bisa musnah karena tidak adanya rasa ingin tahu untuk mengikuti tradisi tersebut. METODE PENELITIAN Berdasarkan pada pokok masalah yang dikaji dalam penelitian mengenai Menumbuhkan Minat Generasi Muda dalam Mempelari Musik Tradisional, makapenulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang dialami (Furchan, 2007:445). Pendekatan penelitian juga memberikan ketentuan-ketentuan dasar untuk mendekati suatu masalah dengan tujuan menemukan dan memperoleh hasil yang akurat dan benar. HASIL DAN PEMBAHASAN Kesenian daerah masih sangat rentan posisinya untuk bersaing dengan kesenian asing, sehingga perlu suatu pembelaan untuk melindungi eksistensinya di tengah arus globalisasi yang semakin mempersempit ruang gerak kesenian daerah tersebut. Meskipun bukan usaha yang mudah, namun kata seorang peneliti budaya Edy Sedyawati, kesenian daerah memang sangat membutuhkan pembelaan dari pihak-pihak terkait. Kesenian daerah perlu diberi ruang gerak yang luas dalam penyajianagar dapat leluasa dalam berekspresi dalam menciptakan keindahan seni demi menarik perhatian konsumen. Industri budaya perlu diarahkan secara tegas dan serius untuk menangani proyek-proyek kesenian daerah agar mampu menjual seni tradisional dan semakin digemari masyarakat. Hal yang tidak kalah penting selanjutnya adalah yang berkaitan dengan penyebaran informasi 431

tentang kelebihan kesenian daerah terhadap konsumen. Pengenalan terhadap berbagai ragam seni daerah harus disebarluaskan jangan hanya di satu tempat yaitu asal kesenian itu muncul, tetapi juga di seluruh penjuru tanah air agar masyarakat dapat lebih mengenal seni-seni budaya yang ada di seluruh negeri. Yang seharusnya menjadi bahan perenungan adalah mengapa remaja yang disalahkan jika tidak tertarik pada kesenian tradisional jika sistemnya sudah jelas, misalnya jika di media disuguhkan musik tradisional seperti music barat yang disuguhkan begitu marak di segala media yang ada, tentu para remaja kita akan tertarik mempelajari kesenian tradisional apapun motivasinya. Para remaja saat ini cenderung menyukai sampai meniru kebudayaan luar. Adanya fasilitas seperti internet, televisi, radio dan majalah yang banyak menampilkan kebudayaan asing, membuat para remaja tidak dapat membendung rasa keingintahuan mereka untuk mencoba dan meniru kebudayaan asing tersebut. Sehingga kebudayaan lokal menjadi tidak mereka sukai dan cenderung menganggap kebudayaan lokal sebagai kebudayaan kuno atau ketinggalan jaman, sedangkan kebudayaan asing mereka anggap sebagai kebudayaan yang modern dan maju. Kehadiran industri penyiaran televisi di Indonesia saat ini telah membentuk pengetahuan tentang suatu realitas yang serba cepat, sekaligus memuat strategi komunikasi agar mampu memelihara atau mengubah sikap atau pendapat sasaran demi kepentingan sumber pembuat strategi (Irianto, 2013). Sehingga, dapat dikatakan bahwa televisi ini cenderung mengajak audience-nya agar patuh kepada pihak yang menguasai modal komunikasi, baik dalam konteks politik maupun ekonomi. Intervensi lain yang mempengaruhi identitas kultural suatu masyarakat di era pascamodernitas ini adalah munculnya industri pariwisata (Irianto, 2016:213-236). Masyarakat yang selama ini diperkirakan mampu mempertahankan budaya homogen pun, akibat industri pariwisata sangat rentan berubah. Riset yang dilakukan Himawan, Sabana, dan Kusmara (2016: 96-101) memberi contoh masyarakat Bali yang dilator belakangi budaya homogen Hindu Bali, industri pariwisata telah mengubah ekspresi seni di antara mereka. Dengan masuknya arus globalisasi ke Indonesia, kesenian tradisional menghadapi tantangan nilai baru yang melahirkan perangkat-perangkat praktis. Lahirnya perangkat-perangkat praktis yang berbasis informasi, komunikasi, dan teknologi melahirkan industrialisasi yang selalu mengarah pada orientasi pasar. Perangkatperangkat tersebut, memproduksi dan mereproduksi ekspresi kebudayaan sebanyak-banyaknya di era globalisasi menjadi suatu keniscayaan (Kuswarsantyo, 2013). Memang tidak ada yang mau disalahkan, begitupun juga para generasi muda kita. Hal terpenting pada saat ini untuk kita lakukan baik itu pemerintah, para pendidik yang terkait dalam hal ini maupun orang tua adalah mencari solusi yang tepat 432

untuk melestarikan budaya kita yang sangat takternilai harganya ini.untuk itu diperlukan strategi agar dapat merevitalisasi kesenian tradisi agar tetap bertahan sekaligus mengimbangi tuntutan globalisasi. Kesenian tradisi yang selama ini menjadi ekspresi masyarakat pendukung untuk menciptakan keserasian antara manusia dan lingkungannya, harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang sejalan dengan tuntutan globalisasi (Coates, 2017: 7-21 dan Pereira, 2017: 125-152). Pemerintah terkait selama ini mungkin kurang dalam menumbuhkan rasa kepada masyarakat bahwa budaya musik tradisional kita harus kita lestarikan bersama karena musik tradisional adalah salah satu kekayaan budaya dan tentunya cerminan masyarakat itu sendiri dan juga kurangnya usaha dalam mempromosikan musik tradisional kepada masyarakat luar. Strategi kebudayaan pada saat ini sangat dibutuhkan bagi bangsa Indonesia seiring dengan berkembangnya paham intoleransi karena lunturnya nasionalisme bangsa, sekaligus sebagai soft diplomacy bagi NKRI ke dunia internasional. Strategi kebudayaan adalah rencana besar kehidupan suatu bangsa dan masa depannya. Ia merupakan grand design yang patut disikapkan sebagai cetak biru suatu bangsa. Strategi kebudayaan mengandung pengertian bagaimana cara atau usaha merencanakan dapat diwujudkan atau juga dikatakan sebagai sebuah gerakan revitalisasi kebudayaan dari berbagai produk budaya. Strategi kebudayaan diharapkan mampu sebagai penangkal berkembangnya paham intoleransi karena lunturnya nasionalisme bangsa. Pengalaman yang dilakukan negara Korea Selatan, melakukan strategi kebudayaan dengan mengembangkan budaya pop telah menunjukkan pengaruh signifikan di kalangan generasi muda dari berbagai belahan dunia. Misalnya, Gangnam Style yang semula merupakan kesenian tradisional direvitalisasi dalam bentuk multimedia menjadi salah satu soft diplomacy dan sangat familiar ke seluruh penjuru dunia. Gerakan soft diplomacy Korea Selatan merupakan bentuk strategi kebudayaan dengan berbasis multimedia sejalan dengan tuntutan era globalisasi (Irianto, 2014: 5-15). Kebudayaan luar itu seharusnya disikapi dengan cermat, apakah kebudayaan asing ini bertentangan dengan kebudayaan lokal atau tidak, bukan langsung diterima begitu saja. Jika tidak bertentangan dengan budaya lokal kita bisa mengolah kebudayaan asing tersebut dengan kebudayaan lokal dan menciptakan suatu perpaduan yang unik sehingga para remaja tidak merasa bosan dengan kebudayaan lokal. Untuk itu perlu adanya penanaman sikap nasionalisme pada diri generasi muda untuk lebih memperhatikan eksistensi kebudayaan lokal. Membangun sikap nasionalisme pada diri generasi muda pun bisa melalui penanaman rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa pada anak sejak dini (Sayer dkk, 2018) (Rozalena dan Kristiawan, 2017) (Lian dkk, 2018) (Kristiawan dan Fitria, 2018) (Kafarisa dan Kristiawan, 2018) 433

(Kristiawan, 2015). Hal tersebut bisa dilakukan melalui pendidikan berbasis nilainilai budaya dan kearifan lokal yang diaplikasikan dalam kegiatan kesenian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Munawar (Dalam Caturiasari, 2013 : 4) bahwa pendidikan seni di sekolah adalah bentuk nyata dalam pembentukan karakter bangsa yang berbudaya, cinta tanah air dan bangsa, disiplin, tanggung jawab, dan masih banyak lagi nilai-nilai yang dapat digali dari seni budaya. Kegiatan kesenian menuntut siswa untuk berkreativitas sehingga dalam proses kreativitas ini siswa secara langsung maupun tidak langsung akan mendapatkan berbagai macam karakter yang kemudian akan menjadi kepribadiannya. Karakter yang dimaksud seperti sabar, kerjasama, jujur, tanggung jawab, toleransi, cinta tanah air dan bangsa yang kemudian akan membangun sikap nasionalisme dalam jiwa mereka (Kristiawan, 2016) (Wuladari dan Kristiawan, 2017). Selain itu, nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kesenian tradisional dapat terimplementasikan sehingga mendukung dalam upaya pembangunan karakter siswa yang nasionalis. Seperti yang dikemukakan oleh Yunus (2014 : 37) bahwa kearifan lokal merupakan budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu dan di tempat-tempat tertentu yang dianggap mampu bertahan dalam menghadapi arus globalisasi, karena kearifan lokal tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai sarana pembangunan karakter bangsa. Pada tingkat pendidikan, di sekolah dapat dilakukan pengenalan melalui ekstrakulikuler. Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dalam Suryosubroto, 2002 : 271) menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Adapun tujuan kegiatan ekstrakurikuler menurut Usman (2011 : 22) adalah memantapkan pengembangan dalam kemampuan kepribadian siswa dan untuk lebih mengaitkan pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Bagi para pendidik seharusnya lebih mengenalkan dan mengajarkan kepada peserta didik apa itudan apa pentingnya kita mengenal dan melestarikan kebudayaan tradisional, jangan hanya memberikan materi yang ada di buku ajar karena yang pasti itu hanya lebih banyak mempelajari tentang teorinya saja, alangkah baiknya jika kita para pendidik lebih kreatif dan inovatif didalam memberikan materi kebudayaan tradisional tersebut. Meskipun demikian, kontrol dalam rumah tangga yaitu orang tua seharusnya lebih fokus lagi dalam melakukan fungsi kontrolnya karena pada zaman sekarang yang sudah sangat maju segala hal bisa didapatkan melalui internet baik itu hal negatif maupun hal positif, hal ini hanya bisa dikontrol dari dalam rumah 434

tangga, sehingga sangat diharapkan peran lebih dari orang tua. Masalah yang mendasar pagi para peserta didik adalah, mereka tidak menyukai bermain musik bahkan mendengar musik tradisional, sebuah tantangan besar bagi para pendidik dalam memberikan pelajaran kepada peserta didik yang tidak menyukai apa yang akan mereka pelajari, banyak metode yang dapat diterapkan dalam rangka memberikan pembelajaran musik tradisional di dalam ekstrakurikuler misalnya, kita bisa melakuan dua langkah langkah yang pertama memberikan motivasi betapa pentingnya kita mempelajari musik kita sendiri, meyakinkan mereka betapa hebat dan luar biasanya budaya Indonesia salah satunya musik tradisional,kenapa orang lain mempelajari musik tradisional kita sedangkan kita jangankan mempelajari mendengarkan saja tidak mau. Langkah selanjutnya memberikan kemasan menarik dalam memberikan materi tersebut, misalnya dengan mengkolaborasikan musik tradisional dengan musik barat sehingga mereka tertarik untuk mendengarkan dan selanjutnya tentu mempelajarinya. Untuk melaksakan hal tersebut memang tidak mudah, karena kalau seorang tenaga pengajar tidak memiliki skil dalam memberikan materi tersebut maka hal tersebut tidak akan tercapai, jadi diharapkan seorang guru harus menguasai musik tradisional maupun musik barat. KESIMPULAN Kebudayaan daerah merupakan kesenian tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah, maupun suku yang ada di Indonesia. Kebudayaan daerah yang di miliki Indonesia merupakan sebuah aset yang tak ternilaiharganya, karena kebuyaan lokal yang di miliki Indonesia memiliki ciri dan identitas yang berfungsi sebagai pemerkaya dan pemersatu keragaman kebudayaan yang ada di Indonesia dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Namun dalam usaha memperkokoh ketahanan bangsa banyak sekali tantangan zaman dan pencegahan pencurianpencurian hasil kebudayaan oleh negara lain, serta pemberian motivasi terhadap para pemuda untuk ikut dalam memperkokoh ketahanan bangsa melalui kebudayaan daerah. Dalam usaha memperkokoh ketahanan bangsa Indonesia dengan kebudayaan daerah,para warga masyarakat terutama para pemudanya diwajibkan untuk ikut berperan serta dalam pelestarian kebudayaan daerah salah satunya melalui musik tradisional, namun bukan hanya masyarakat saja yang dibebani, dalam hal ini para pemerintah pun diharapkan dapat tanggap dan ikut berperan serta dalam pelestarian budaya daerah agar tidak diklaim oleh negara lain. Mempromosikan kebudayaan lokal yang dimiliki Indonesia melalui media cetak, maupun elektronik ke berbagai wilayah yang ada di Indonesia maupun ke berbagai negara luar didunia sangat diharapkan untuk ikut dan berperan serta membantu pemerintah untuk memperkokoh ketahanan bangsa. 435

Yang paling penting bagi para pendidik khususnya yang berkaitan dengan seni dan kebudayaan adalah mengenalkan dan mengajarkan kepada anak didik kita apa itumusik tradisional, tentunya dengan cara yang menarik.menarik bagaimana caranya? Salah satu contoh, penulis sudah menerapkan disekolah dengan cara mengkolaborasikan musik modern dengan musik tradisional dengan sajian yang menarik. Akan tetapi tidak hanya musik tradisional yang harus dilestarikan para generasi muda, tetapi juga semua kebudayaan tradisional yang ada di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Anne Ahira, Pengertian Seni Tradisional, 05 Juli 2012, //www.anneahira.com/pengertianseni-tradisional.html, [diakses tanggal 28 Oktober 2018] 2. Arif, Furchan. 2007.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 3. Basundoro, Sejarah Musik Tradisional, 19 Juni 2009, //basundoro- fib.web.unair.ac.id/artikel_detail-67666- Sejarah-, [diakses tanggal 30 Oktober 2018] 4. Bimbingan Belajar, Kesenian Tradisional di Indonesia, 12 Juni 2009, //www.bimbingan.org/keseniantradisional-di-indonesia.htm, [diakses tanggal 29 Oktober 2018] 5. Caturiasari, Jenita. 2013.Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional Untuk Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air dan Bangsa. Bandung: FPIPS UPI, 6. Coates, Emily. 2017. The Poetics of Physics in Dance.PAJ A Journal of Performance and Art, 39 (2):7-21 7. Puspita, Hanny. 2011 Tergesernya Budaya Tradisional Karena Pengaruh Budaya Asing, 09 Februari 2011, //hannypuspita.wordpress.com/edu cation/tergesernya-budaya-tradisionalkarena- pengaruh-budaya-asing/, [diakses tanggal 30 Oktober 2018] 8. Irianto, Agus Maladi. 2014.Media dan Kekuasaan: Antropologi Membaca Dunia Kontemporer. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri 9. Irianto, Agus Maladi. 2016. Komodifikasi Budaya di Era Ekonomi Global Terhadap Kearifan Lokal: Studi Kasus Eksistensi Industri Pariwisata dan Kesenian Tradisional di Jawa Tengah, Jurnal Theologia, 27 (1): 212-236 10. Kafarisa, R. F., & Kristiawan, M. (2018). Kelas Komunitas Menunjang Terciptanya Karakter Komunikatif Peserta Didik Homeschooling Palembang. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan), 3(1). 11. Kristiawan, M., & Fitria, H. (2018). Menumbuhkan Rasa Cinta Kepada Allah Dan Mahluknya Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Thufula: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 6(2). 12. Kristiawan, M. (2015). A Model of Educational Character in High School Al-Istiqamah Simpang Empat, West Pasaman, West Sumatera. Research Journal of Education, 1(2), 15-20. 13. Kristiawan, M. (2016). Telaah Revolusi Mental dan Pendidikan Karakter dalam Pembentukkan Sumber Daya Manusia Indonesia Yang Pandai dan Berakhlak Mulia. Ta'dib, 18(1), 13-25. 14. Kuswarsantyo. 2013. Seni Tradisional: Bentuk, Fungsi dan Perkembangannya (1986-2013), Disertasi Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Yogyakarta 15. Lian, B., Kristiawan, M., & Fitriya, R. (2018). Giving Creativity Room To Students Through The Friendly School s Program. International Journal of Scientific & Technology Research, 7(7). 16. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000.Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STISI 17. Rozalena, R., & Kristiawan, M. (2017). Pengelolaan Pembelajaran PAUD dalam Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan), 2(1). 18. Sayer, I. M., Kristiawan, M., & Agustina, M. (2018). Fairy Tale as a Medium for Children s Character Cooperation 436

Building. Al-Ta lim Journal, 25(2), 108-116. 19. Sedyawati, Edy. 1992. Wawacan Barjah, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 20. Suryosubroto, B, 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Jakarta: PT. Rinekacipta, Jakarta 21. Tilaar, HAR. 2007.Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta 22. Usman M.U. 2011.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Rosdakarya 23. Wulandari, Y., & Kristiawan, M. (2017). Strategi Sekolah dalam Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa dengan Memaksimalkan Peran Orang Tua. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan), 2(2). 24. Wuyan, Sri dan Syaifullah. 2008.Ilmu Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan 25. Yunus, Rasyid. 2014.Nilai-nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa: Studi Empiris tentang Huyula. Yogyakarta: Deepublish 437

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA